Showing posts with label Renungan. Show all posts
Showing posts with label Renungan. Show all posts

Tuesday, 8 November 2016

Latihan Latihan Latihan


Latihan Latihan Latihan
Latihan Latihan Latihan (sumber: www.google.com)
Harus lebih rutin menulis dan lebih produktif lagi. Itu yang masih terus saya ingatkan pada diri saya sendiri dan masih harus lebih konsisten saya lakukan. Sebab saya memiliki salah satu impian yang masih belum terwujud sampai saat ini yaitu menjadi penulis buku yang bukunya diterbitkan dan bisa menjadi buku dengan penjualan terbaik alias best seller. Posting kali ini juga bagian dari perwujudan impian tersebut, Latihan Latihan Latihan.

Topik dari tulisan yang saya posting kali ini terinspirasi oleh beberapa hal yang tiba-tiba melintas kembali di benak saya. Khususnya ketika membaca berita tentang aksi-aksi para mega bintang olahraga, terutama sepak bola. Beberapa diantaranya Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, Eden Hazard, dan banyak bintang lapangan hijau lainnya. Tiba-tiba saja yang teringat dan terinspirasi oleh 'kebintangan' mereka dan tiba-tiba pula saya teringat dan tersadarkan kembali bahwa mereka bisa ada di level mereka yang sekarang bukan secara tiba-tiba. Selain karena bakat alam yang mereka miliki, masih ada satu faktor lain yang tak kalah penting, bahkan bisa dianggap sangat penting yaitu Latihan Latihan Latihan.

Ya, saya yakin, mereka bisa mencapai level mereka yang sekarang bukan hanya dalam semalam saja. Mereka melatih dan terus mengembangkan diri mereka sendiri setiap hari selama bertahun-tahun hingga akhirnya dapat mencapai suatu tingkatan keahlian yang mengagumkan. Secara khusus, saya sering mendengar dan membaca mengenai bagaimana Cristiano Ronaldo menempa dirinya dengan sangat keras hingga dia bisa menjadi superstar lapangan hijau dan salah satu pemain dengan nilai jual termahal dan gaji termahal di dunia.

Banyak pihak telah menyebutkan bahwa Ronaldo mencapai levelnya yang sekarang melalui latihan yang sangat keras. Dia berlatih setiap hari dalam kemampuan olah bola. Selain itu, dia juga berlatih secara rutin dalam hal kemampuan fisik dan daya tahan tubuhnya. Dia rutin ke gym untuk membentuk tubuhnya hingga memiliki bentuk tubuh yang atletis seperti sekarang. Latihan rutinnya di gym mampu membuat dia menjadi pemain sepak bola yang 'sempurna' karena paduan antara keahlain olah bola dan postur tubuh yang atletis dan kuat.

Nah, dari contoh-contoh banyak atlet atau olahragawan tersebut, saya kembali tersadar bahwa jika diri saya ingin mencapai suatu level atau tingkatan yang diatas rata-rata dan bahkan jauh diatas performa orang-orang lain, maka saya juga harus mau secara rutin untuk menempa diri melalui latihan latihan latihan. Hanya dengan terus berlatih dan mengembangkan dirilah saya mencapai suatu tingkatan keahlian yang benar-benar mumpuni dan bahkan mungkin tanpa tanding.

Hal yang sama juga berlaku bagi semua orang yang membaca tulisan ini. Jika kalian juga ingin mencapai suatu tingkatan keahlian yang jauh diatas rata-rata, maka kalian juga harus rutin dan mau atau bersedia untuk latihan latihan latihan. Itulah tantangan yang harus kita semua hadapi dan lakukan untuk menjadi seorang 'mega bintang' dalam hidup kita. Sekian dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Tetap latihan latihan latihan !

Thursday, 27 October 2016

Pernahkah Kita Membaca Ulang Posting Artikel di Blog Kita ?

Pernahkah Kita Membaca Ulang Posting Artikel di Blog Kita ?
Pernahkah Kita Membaca Ulang Posting Artikel di Blog Kita ?
(ilustrasi. Sumber: www.google.com)
Sebagai bagian dari "tugas" harian untuk mengisi artikel di blog yang justru banyak bolongnya, hari ini saya tulis artikel ringkas saja deh. Semoga bermanfaat bagi saya dan yang lain yang membacanya.

Blogging saat ini sudah bukan merupakan aktivitas atau kegiatan yang aneh lagi. Banyak orang telah melakukan aktivitas corat-coret di blog nya masing-masing. Bahkan ada pula yang menjadikannya sebagai profesi hingga mampu menghasilkan pundi-pundi alias pendapatan dari blog nya. Namun, hari ini, tiba-tiba saya tergelitik oleh satu pertanyaan yang awalnya saya tanyakan ke diri saya sendiri. Sebagai blogger, pernahkah kita membaca ulang seluruh atau minimal sebagian tulisan yang pernah kita posting di blog yang kita buat ? Hari ini tiba-tiba saja saya terpikir soal pertanyaan tersebut. Dan jawaban saya jika ditanya pertanyaan itu adalah hampir tidak pernah.

Ya, saya hampir tidak pernah membaca ulang tulisan-tulisan yang sudah saya posting di blog saya ini. Seolah saya hanya mempostingnya untuk dibaca oleh orang lain, tapi tidak untuk saya sendiri. Saya hanya membuat dan kemudian mempostingnya, selesai sampai disitu. Bahkan kadang saya hanya mensadur atau mengedit tulisan atau artikel atau berita yang terdapat di internet dan kemudian saya posting ulang di blog ini, walaupun tulisan yang saya posting ulang tersebut saya yakini layak saya posting di blog karena saya menemukan sesuatu yang bermanfaat disana dan orang lain kemungkinan juga akan menemukan manfaat yang sama. Namun saya hanya membacanya sekali, menuliskan ulang, mempostingnya selesai.

Jadi, pernahkan kita membaca ulang posting artikel di blog kita ? Jika saya seperti itu, jawaban saya adalah tidak dan ini justru jadi tantangan untuk membaca kembali setiap posting artikel yang pernah saya untuk mencari atau mendapatkan kembali inspirasi maupun hal-hal bermanfaat lain yang ada di setiap artikel yang telah saya posting. Sekian dan semoga bermanfaat postingan kali ini.

Monday, 15 August 2016

Selalu Akan Ada Kesempatan Untuk Yang Pertama

Selalu Akan Ada Kesempatan Untuk Yang Pertama
Leicester City Juara Premier League 2015/2016.
Selalu Akan Ada Kesempatan Untuk Yang Pertama
Masih belum terlalu lama berlalu dan barangkali masih teringat jelas dalam benak serta ingatan kita semua bagaimana kiprah Leicester City di Premier League Musim 2015/2016 yang begitu fenomenal. Mereka yang pada musim 2014/2015 hampir saja terdegradasi dan pada musim 2015/2016 hanya mencanangkan target untuk meraih minimal 40 poin agar terhindar dari degradasi, akan tetapi secara luar biasa dan mengejutkan mereka mampu tampil brilian serta konsisten di sepanjang musim yang pada akhirnya membawa mereka untuk pertama kali dalam sejarah mereka sebagai Juara Premier League Inggris. Kejutan Leicester City pada Premier League musim 2015/2016 benar-benar luar biasa dan bahkan mungkin tidak pernah ada atau jarang sekali pihak yang memprediksikan kalau mereka mampu juara. Namun ternyata mereka mampu menjadi juara.
Hari ini, setelah sering mengamati beberapa data dan fakta baik di olahraga sepak bola maupun bidang lain, saya menyadari bahwa dalam segala hal selalu akan ada kesempatan untuk yang pertama. Bukan untuk menjadi yang pertama, melainkan untuk terjadi pertama kalinya. Contoh pada pertemuan dua tim pada sebuah pertandingan sepak bola, fakta atau sejarah yang ada mencatat bahwa salah satu tim belum pernah menang atas tim lainnya. Namun apakah akan selalu demikian ? Apakah pada pertandingan tersebut hasil akan memihak tim yang lebih unggul secara sejarah atau statistik ? Ternyata yang terjadi tidak selalu demikian. Tim yang belum pernah menang atas tim lainnya bisa saja menjadi pemenang pada laga tersebut. Bisa juga tim yang selalu menang atas tim lawannya justru untuk pertama kalinya gagal menang atau dengan kata lain pertandingan dapat berakhir imbang. Dari situ kemudian saya teringat bahwa saat kedua tim tersebut pertama kali bertemu dan ada salah satu diantaranya yang menang, bukankah saat itu juga ada yang pertama kalinya mencetak atau mencatatkan sejarah sebagai pemenang pada pertemuan kedua tim.

Hal yang sama dengan contoh kasus di atas juga bisa terjadi pada semua bidang lain dalam kehidupan. Selalu akan ada peluang untuk sesuatu terjadi untuk pertama kalinya. Sejarah boleh mengatakan bahwa sesuatu tidak akan dapat terjadi karena fakta yang ada sebelumnya menunjukkan kalau hal itu memang tidak akan mungkin terjadi, namun selalu ingat bahwa sebelum sederetan fakta atau sejarah itu ada, bukankah ada sejarah paling awal yang terbentuk. Selalu akan ada kesempatan untuk yang pertama di dalam segala hal. Hanya saja agar kesempatan yang pertama itu datang dan muncul memang harus diperjuangkan dengan penuh kesungguhan dan tidak terlalu takut atau terfokus pada sejarah atau fakta yang sudah ada sebelumnya, sebab memang selalu akan ada kesempatan untuk yang pertama.

Tuesday, 12 July 2016

Selalu Ada Orang Yang Berjasa Di Balik Setiap Aspek Hidup Kita

Beberapa waktu lalu saya menulis sebuah status di akun twitter saya, "saat kita liburan, ada yang masih bekerja. Saat kita bekerja, ada yang masih liburan." Saya menuliskan status tersebut kala saya sedang berwisata bersama keluarga di Batam dan Malaysia serta menyaksikan beberapa orang yang masih bekerja di kala saya menikmati liburan saya bersama keluarga. Mereka adalah orang-orang yang bekerja sebagai petugas imigrasi, petugas pelabuhan, petugas kapal ferry, penjaga hotel, penjual makanan di lokasi wisata, pemandu wisata (tour guide), petugas kebersihan, penjual aksesoris, petugas keamanan (polisi dan tentara), penjaga stan di aneka toko atau tenant di dalam mall, serta masih banyak orang dengan beragam profesi yang masih bekerja ketika saya sedang berlibur. Tanpa saya (dan kita semua) sadari, selalu ada orang-orang yang berjasa di balik setiap aspek hidup kita, termasuk saat kita berwisata atau berlibur sekalipun.

Mereka umumnya dan bisa jadi adalah orang-orang yang masih tetap melakukan pekerjaannya saat kita sedang berlibur dan bersenang-senang. Beberapa video yang share melalui link berikut ini adalha contoh dari mereka-mereka yang tetap bekerja kala kita semua sedang berlibur dan mereka berjasa menjadikan liburan kita semua dapat berjalan dengan baik serta sebagaimana mestinya yang kita rencanakan. Silakan menonton dan coba menghayati kisah mereka semua.

Video 1. Pada video tersebut seorang pramugari salah satu maskapai penerbangan di negeri ini bertutur mengenai pengalaman dia yang tetap bekerja selama Ramadhan dan Lebaran.

Video 2. Pada video ini, kali ini giliran salah seorang ground crew atau petugas di darat dari maskapai yang sama yang berkisah mengenai pengalaman dia bekerja pada bulan Ramadhan dan masa Lebaran.

Sunday, 5 June 2016

Jangan Sekedar Berbagi

Saya sadar, tahu, dan yakin bahwa berbagi itu baik, berbagi itu indah. Saya juga tahu bahwa semua agama menganjurkan untuk saling berbagi, terutama kepada orang-orang atau kalangan yang tidak mampu. Berbagi itu bermanfaat pula, baik bagi yang menerima, maupun bagi kita yang membagikannya. Berbagi akan mendatangkan manfaat secara langsung maupun tidak langsung kepada pihak yang telah sudi berbagi sesuatu yang bermanfaat.

Jadi, kita semua dianjurkan untuk berbagi, baik oleh agama maupun oleh orang-orang disekitar kita serta oleh norma (aturan tidak tertulis) yang terdapat di dalam masyarakat. Namun kita tidak boleh sekedar berbagi, melainkan harus mampu dan mau berbagi sesuatu yang bermanfaat, baik, indah, serta kepada orang atau pihak yang tepat. Oleh karena itu dalam berbagi kita juga perlu jeli dan hati-hati agar tidak salah berbagi.

Jika memang berbagi itu juga bermanfaat kita sebagai pihak yang membagikan atau memberikan sesuatu, mengapa ada pihak yang masih belum atau tidak mau berbagi ? Mungkin saja karena mereka belum mengetahui bahwa berbagi bisa mendatangkan manfaat bagi diri mereka sendiri. Bagi mereka yang suka berbagi dan sekaligus ingin mendatangkan manfaat ketika berbagi sesuatu, kini ada suatu website yang memungkinkan untuk itu. Website itu bernama 8share, sebuah website yang memungkinkan kita untuk berbagi informasi maupun konten yang bermanfaat dan sekaligus memperoleh manfaat bagi diri kita sendiri secara langsung. Manfaat yang diberikan kepada kita ketika berbagi sesuatu dapat berupa poin bonus dan uang tunai. Poin bonus yang telah terkumpul nantinya dapat ditukarkan ke dalam bentuk barang-barang tertentu yang disediakan oleh website tersebut. Tanpa panjang lebar lagi, silakan kunjungi link berikut ini 8share.com untuk mulai berbagi dan sekaligus memperoleh manfaat darinya secara langsung. Semoga bermanfaat.

Saturday, 21 May 2016

Waktunya Jadikan Hari Senin Kita Lebih Menyenangkan

Hari Jumat biasanya merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu oleh para pekerja sedunia, sebab keesokan harinya mereka dapat mulai menikmati hari libur akhir pekan. Seluruh pekerja khususnya mereka yang bekerja kantoran hampir dapat dipastikan akan selalu menantikan hari ini, sebab hari tersebut adalah hari ketika mereka dapat melupakan sejenak semua rutinitas serta beban pekerjaan yang mereka hadapi di kantor. Itulah pula mengapa sampai di beberapa di dunia ada istilah Thanks God It’s Friday. Suatu istilah atau frasa yang digunakan untuk mengekspresikan betapa gembiranya ketika hari kerja telah berakhir pada hari itu.
Namun apakah hanya hari Jumat yang dapat menjadi hari yang menyenangkan ? Tentu saja tidak. Kita dapat menjadikan setiap hari kita menyenangkan, begitu yang mungkin sering kita dengar atau baca dari para motivator yang ada. Ya, sepertinya memang benar bahwa kita bisa menjadikan setiap hari kita itu menyenangkan, sebab setiap hari itu memang dijadikan indah sebagaimana adanya, hanya saja kita sendiri yang terkadang membuatnya menjadi tidak indah. Setiap hari dapat kita jadikan sebagai hari yang menyenangkan, termasuk hari Senin. Silakan simak artikel 9 Hal Yang Akan Membuat Senin Jadi Menyenangkan. Semoga bermanfaat.

Friday, 1 May 2015

Hebat, Dahsyat, Selamanya !

Hebat, Dahsyat, Selamanya !
Ilustrasi Hebat, Dahsyat, Selamanya ! (sumber: www.google.com)
Sebagai pribadi yang sedang kembali membangun, membangun banyak sekali hal, bisnis, keterampilan-keterampilan baru, dan tentu saja yang terpenting adalah membangun diri sendiri. Ya, benar, saya sedang emmbangun kembali diri sendiri menjadi pribadi yang Hebat, Dahsyat, Selamanya !

Dari upaya untuk kembali menjadi pribadi yang lebih hebat ini, saya menyadari satu hal, kita di Indonesia (dan kemungkinan di banyak negara lain di dunia ini) terlalu malu-malu untuk mengakui kepada diri sendiri maupun kepada (di hadapan) orang lain bahwa kita ini hebat, bahwa ini berbakat, bahwa kita ini juga mampu, bertalenta, memiliki keahlian yang sama dengan orang-orang lain, atau bahkan bisa jadi lebih baik. Ini semacam suatu kebiasaan atau 'norma' yang berlaku di masyarakat kita untuk malu-malu mengakui bahwa dirinya sendiri itu hebat. Malu mengakuinya karena takut dianggap sombong, takut dianggap sok jagoan, takut dianggap merendahkan atau meremehkan orang lain, atau ketakutan akan berbagai anggapan atau pikiran skeptis orang-orang disekitar kita.

Namun hari ini, saya ingatkan diri saya sendiri dan mari kalian semua juga ingatkan diri kalian sendiri bahwa kita ini Hebat, Dahsyat, Selamanya ! Kita juga memiliki kehebatan seperti orang lain juga memiliki kehebatan. Kita memiliki bakat dan kemampuan tertentu yang pantas dan bisa kita tonjolkan. Kita memiliki sesuatu yang istimewa dalam diri kita. Benar sekali, kita memiliki dan harus mengakuinya kepada diri sendiri maupun di hadapan orang lain. Kita harus mengakui kepada diri sendiri maupun kepada banyak orang bahwa kita hebat, kita istimewa, kita spesial, apapun yang terjadi atau apapun kondisi kita saat ini. Kita harus bangga pada diri kita sendiri, jika tidak siapa yang akan bangga ? Jika kita tak bangga pada diri kita sendiri, mana mungkin pula orang lain akan bangga pada diri kita sendiri ?

Jangan terlalu peduli akan anggapan orang lain, dengarkan, tapi tak semuanya perlu diambil 'pusing'. Anggapan dan ucapan diri kita terhadap diri kita sendiri lah yang paling penting di dunia ini. Sebab, saya percaya bahwa selain Tuhan, diri kita adalah yang lebih tahu tentang diri kita sendiri. Hebat, Dahsyat, Selamanya !

Monday, 18 November 2013

Awal Semula

Ketika sedang berada di perjalanan ke lokasi saya berada sekarang, secara tiba-tiba terbersit kata-kata yang menjadi judul dari tulisan kali ini. Tulisan ini bukan bermaksud membahas film semi dokumenter tentang salah satu band ternama di negeri ini yang saya yakin sedang booming sekarang. Bukan ini sama sekali bukan tentang film tersebut maupun grup band nya. Walaupun gagasan dasarnya kemungkinan besar mirip dengan gagasan yang coba diangkat oleh film tersebut.
Menurut banyak ulasan maupun berita yang saya baca di internet, film tersebut berkisah tentang upaya kebangkitan kembali dari grup band Noah setelah mengganti nama band dari nama yang sebelumnya. Seperti yang mungkin sebagian besar dari kita semua tahu bahwa grup band tersebut (masih dengan nama lama) sempat mengalami perpecahan di dalam kubu band tersebut yang pada akhirnya berujung pada pemecatan dua orang anggota band. Itulah awal mula kisah permasalahan yang dihadapi oleh grup band tersebut. Permasalahan berlanjut ketika sang vokalis terkena kasus yang akhirnya mengharuskannya mendekam di balik jeruji besi selama sekitar dua tahun. Masalah kedua ini yang dapat dikatakan menurunkan pamor serta kinerja band secara drastis. Banyak pekerjaan yang harus mereka lakukan akhirnya tertunda.
Setelah masalah demi masalah yang sempat menghempaskan band tersebut, akhirnya titik cerah mulai datang. Hal itu diawali oleh bebas bersyaratnya sang vokalis yang turut memberi kesempatan kepada band tersebut untuk segera bersiap melanjutkan seluruh pekerjaan yang sempat tertunda. Dengan segera dan gegas mereka pun bergerak untuk menuntaskan pekerjaan yang ada. Dukungan dari manajemen baru turut mempermudah mereka dalam menyelesaikan seluruh tanggung jawab yang harus mereka tuntaskan. Gerak cepat yang mereka lakukan akhirnya sanggup membawa popularitas band tersebut kembali naik dengan cepat. Berbagai pekerjaan terkait dengan pembuatan album mereka tuntaskan, promo album mereka jalankan, konser demi konser pun mulai terselenggara kembali. Kesempatan kedua yang mereka miliki mereka manfaatkan sebaik mungkin sehingga akhirnya nama mereka berkibar kembali dan bahkan mungkin lebih terkenal dibandingkan ketika masih menggunakan nama lama mereka.

Friday, 15 November 2013

Belajar Ikhlas

Beberapa bulan lalu saya mengikuti seminar pengusaha dimana salah satu pembicaranya adalah Erbe Sentanu, seorang tokoh yang sudah terkenal akan ajarannya tentang ikhlas. Inti penyampaiannya saat itu adalah jika para peserta seminar yang hadir saat itu sudah benar-benar memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha, maka tiap-tiap orangnya harus sungguh-sungguh ikhlas dalam menjalaninya. Pelajaran ikhlas ini pula yang selalu saya ingat dan selalu saya jadikan penyadar sekaligus penguat dalam setiap kondisi, khususnya ketika saya sedang malas, tertekan, down, dan sebagainya.
Akhir-akhir ini saya pun kembali menggunakan pelajaran tentang ikhlas tersebut. Saya menggunakan dalam hubungannya dengan pilihan saya maupun pilihan rekan-rekan saya. Saya menyadarkan diri saya sendiri bahwa setiap orang berhak untuk memiliki pilihan dalam hidupnya masing-masing, apapun pilihannya, dan mereka juga harus siap sedia dengan segala konsekuensi maupun hasil yang diperoleh terkait dengan pilihannya tersebut. Berat memang untuk dapat menerapkan pelajaran ikhlas ini dengan sepenuhnya baik. Saya masih cukup sering untuk merasa kecewa, berat, tidak suka, marah, dan beberapa emosi serta pikiran negatif lainnya. Namun seiring berjalannya waktu saya semakin dapat menerima tentang perbedaan pilihan kami dalam menjalani hidup. Mereka memilih yang mereka pilih, saya juga memilih yang saya pilih. Saya mencoba meyakini bahwa setiap pilihan yang kami adalah pilihan terbaik dalam pendapat kami masing-masing.

Tuesday, 16 July 2013

Menuai Buah Dari Tindakan di Masa Lalu


Akhir-akhir ini, setelah melalui, menjalani, serta merenungkan semua hasil yang saya peroleh, baik hasil baik maupun hasil yang tidak baik, namun khususnya untuk hasil yang baik, dalam beberapa tahun terakhir, saya memperoleh pelajaran yang sangat berharga dari semua hal tersebut. Saya semakin sadar dan yakin bahwa tindakan atau perbuatan atau apapun yang kita tanam di masa lalu, suatu saat nanti pasti akan kita terima buah atau hasilnya di masa sekarang maupun masa yang akan datang. Hal ini saya sadari dan yakini sebagai hasil merenungkan seluruh perjalanan hidup saya dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu pula yang kemudian mendorong saya untuk kembali menanam tindakan-tindakan, perbuatan-perbuatan, sikap-sikap, dan segala sesuatu lainnya yang baik untuk dapat menuai hasil-hasil yang baik dan semakin baik pula di masa depan.
Saya ingat sekali, saya untuk pertama kalinya mulai kembali menjadi pribadi yang tekun belajar, disiplin, termotivasi adalah saat saya mengenal untuk pertama kali seorang pribadi yang bisa saya anggap sebagai pelatih pribadi saya walaupun saya belum pernah bertemu dengannya, Jose Mourinho. Kala itu, saat saya berada semester dua kelas 3 SMU, untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun berada pada masa atau ‘jalan’ yang salah, saya merasa termotivasi untuk kembali rajin belajar, untuk kembali meraih sesuatu yang berharga bagi hidup saya sendiri di masa depan. Itulah masa dimana untuk pertama kalinya saya kembali menjadi pribadi yang mulai mengelola hidup saya setelah bertahun-tahun tidak tentu arah. Itulah masa dimana untuk pertama kalinya saya mendisiplin diri saya sendiri dan menata jalur menuju peraihan prestasi yang sudah sangat lama tak pernah saya raih. Saya belajar dengan penuh ketekunan, gairah, motivasi, disiplin, serta hasrat untuk menang yang pada akhirnya membawa saya meraih prestasi yang tak pernah saya duga sebelumnya yaitu peringkat lima dalam kelas dari 39 siswa.

Wednesday, 23 January 2013

Senantiasa Mengawasi Diri Sendiri


Sebagai manusia, adalah wajar jika pada suatu waktu kita membuat kesalahan atau kelalaian. Pada suatu waktu tertentu terkadang kita melanggar disiplin yang sudah kita terapkan sebelumnya untuk diri kita sendiri. Terkadang kita melanggar disiplin waktu tidur, disiplin waktu makan, disiplin kerja, dan berbagai macam aturan bermanfaat lain dalam hidup kita. Sebelumnya mungkin kita pernah mengingatkan diri sendiri agar selalu fokus pada impian atau membiasakan diri mengerjakan suatu kebiasaan positif baru yang bermanfaat, namun terkadang pula kita lalai mengerjakan disiplin positif yang telah kita katakan atau tetapkan bagi diri kita sendiri.
Sungguh, mungkin dapat dikatakan wajar jika dalam sejumlah kesempatan kita tidak tertib atau tidak berlaku sesuai dengan aturan positif yang kita tetapkan sendiri. Namun hal tersebut tidak boleh kita abaikan begitu saja, minimal tidak boleh lolos dari pengamatan kita sendiri untuk kemudian dapat diperbaiki dan dapat meningkatkan kualitas diri kita secara pribadi. Kita perlu menjadi pengawas disiplin yang baik untuk diri kita sendiri. Mengamati setiap pelanggaran aturan yang kita lakukan, mengingatkan dan mendisiplinkannya, dan kemudian menerapkan perbaikan diri yang positif untuk dapat kembali berdisiplin. Memang adalah wajar pada beberapa kesempatan kita lalai menjalankan disiplin, namun jika terlalu sering, hal itu menjadi tidak wajar bagi seseorang yang memimpikan dirinya menjadi seorang yang besar. Sering lalai dalam menjalankan disiplin yang positif adalah tidak wajar bagi seseorang yang ditakdirkan menjadi pribadi yang hebat nan sukses luar biasa di masa depan. Oleh karenanya, kita perlu terus dan selalu menjagai serta mengawasi diri kita sendiri. Kita perlu belajar untuk dapat menjadi pelaku disiplin serta pengawas disiplin bagi kebaikan diri kita sendiri.

Friday, 11 January 2013

Menghasilkan, Bukan Sekedar Sibuk

Kita semua barangkali sering mengalami hal ini. Kita sering terjebak untuk tampak sibuk, namun tidak menghasilkan apa-apa di dalam hidup kita. Kita berusaha kelihatan aktif, bergerak, dan terus bergerak namun tanpa hasil apapun yang pernah kita buat atau hasilkan. Saya pun pernah dan terkadang masih mengalami hal seperti itu.

Kondisi disekitar di masyarakat kita, terkadang memang mendukung apa yang telah saya sampaikan di atas. Masyarakat sekitar kita mendukung atau tampak menghargai orang yang kelihatan sibuk dan memiliki banyak aktivitas, namun sesungguhnya orang tersebut tidaklah benar-benar produktif atau menghasilkan. Mereka hanya sekedar bergerak dan bergerak, tampak sibuk, tanpa hasil apa-apa yang mereka dapat raih atau wujudkan di dalam hidupnya. Saya pun terkadang begitu. Saya kadang tampak bangga dan senang ketika dapat terlihat sibuk, aktif, bergerak terus kesana-kemari, namun sesungguhnya dalam setiap kesibukan, keaktifan, dan pergerakan yang saya lakukan saya tidaklah menghasilkan apa-apa. Satu-satunya hal yang saya hasilkan dari setiap kesibukan tersebut hanyalah rasa capek dan justru cenderung menggerogoti moral serta semangat saya.

Namun seiring berjalannya waktu dan melalui proses perenungan, saya mulai dan semakin menyadari bahwa hal tersebut tidaklah benar. Saya harus berubah. Saya tidak perlu hanya sekedar kelihatan sibuk, aktif, dan bergerak agar tidak dianggap pemalas oleh masyarakat, namun sesungguhnya dibalik seluruh kesibukan dan keaktifan tersebut, saya tidaklah menghasilkan sesuatu yang benar-benar bermanfaat atau berharga. Saya harus berubah dari sekedar menjadi sibuk, aktif, dan bergerak menjadi lebih produktif dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri saya sendiri maupun bagi orang lain disekitar saya. Saya dan kita harus menyadarkan agar menjadi diri yang produktif dan bukan diri yang sibuk. Menjadi pribadi yang bertumbuh serta menghasilkan manfaat bagi diri sendiri serta orang lain. Tugas dan tanggung untuk menjadi diri yang produktif memang tidaklah mudah. Kita harus melawan opini masyarakat mengenai apa yang biasa dianggap oleh masyarakat kita sebagai produktivitas maupun melawan cara berpikir kita sendiri yang tidak bermanfaat. 

Wednesday, 2 January 2013

Sayalah Yang Harus Berubah Terlebih Dahulu


Apa yang akan saya tulis atau bagikan disini mungkin bukanlah sesuatu yang baru lagi, sebab kemungkinan kita sudah sering mendengar atau membacanya. Namun di pagi hari ini, saya tersadar akan hal ini. Kesadaran yang berharga bagi setiap kita.
Mungkin kita sering berkata bahwa lingkungan disekitar tidak baik atau kurang baik dan kita ingin atau berharap lingkungan kita dapat berubah menjadi lebih baik sehingga kita dapat terpengaruh menjadi lebih baik. Namun ada satu kesadaran yang tidak kalah berharga dan penting, yaitu kita perlu mengubah diri kita sendiri terlebih dahulu sebelum kita dapat mengubah lingkungan kita atau berharap lingkungan kita dapat berubah. Sebab kita juga adalah bagian dari lingkungan kita itu sendiri. Maka ketika kita dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya, secara otomatis lingkungan kita telah menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Dengan memiliki kesadaran bahwa sebelum kita dapat mengubah lingkungan kita atau berharap lingkungan kita dapat berubah, kita sendirilah yang harus mengubah diri, sikap, serta karakter menjadi lebih baik, maka pada kondisi ini kita memposisikan diri bukan sebagai korban tetapi sebagai aktor. Dengan kesadaran untuk mengubah diri menjadi lebih, maka kita telah memilih untuk menjadi tokoh perubahan itu sendiri, penggerak dan pelopor, bukan sekedar menunggu atau memiliki mentalitas sebagai ‘korban’. Dengan menjadi diri kita sendiri yang lebih baik, maka kita pun akan dapat menjadi contoh atau teladan bagi orang disekitar kita untuk menjadi lebih baik seperti atau bahkan melampaui diri kita.

Sunday, 30 December 2012

Semua Kemampuan Hebat Tak Datang Begitu Saja

Talenta atau bakat memang dianugerahkan secara gratis sejak dari awal semula kita dilahirkan ke dunia ini. Namun semua talenta atau bakat tersebut tetaplah akan menjadi talenta atau bakat jika kita tidak pernah melatihnya setiap waktu setiap saat hingga berkembang menjadi berbagai macam keahlian atau kemampuan. Kita memang seringkali terkesan ‘mendewakan’ orang-orang dengan talenta atau bakat yang hebat, namun sebenarnya yang hal itu bukanlah talenta atau bakat yang hebat, melainkan kemampuan atau keterampilan yang hebat.

Setiap kemampuan atau keterampilan hebat yang seseorang miliki selalu hampir dapat dipastikan berasal dari talenta atau bakatnya yang terus dilatih dan dilatih setiap hari, setiap waktu sedini mungkin. Dan karena siapapun diberi talenta, maka siapapun juga memiliki kemampuan hebat. Hanya saja keputusan tersebut ada di tangan masing-masing orang secara pribadi, apakah mereka mau serius dan tekun melatih serta mengembangkan talenta yang dimilikinya tersebut hingga menjadi hebat. Keputusan masing-masing individu berbeda-beda dan itu pula yang mempengaruhi mengapa kemampuan atau kehebatan setiap individu berbeda-beda.

Jadi, kesimpulannya adalah setiap orang pada dasarnya berbakat, hanya saja tidak setiap orang menjadi ahli atau memiliki kemampuan yang hebat. Sebab bakat hanyalah dasar saja dan baru akan menjadi sebuah keahlian atau kemampuan hebat jika kita sebagai pribadi mau mengambil keputusan untuk dengan tekun dan serius melatihnya setiap hari dan setiap saat di dalam hidup kita. Tak ada orang yang tiba-tiba menjadi hebat, semua orang yang sekarang yang menjadi hebat mengalami proses yang cukup untuk dapat menjadi dirinya yang sehebat sekarang. Sekian dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Thursday, 13 December 2012

Selalu Kembali Ke Jalur Yang Benar


Setiap kita di sepanjang perjalanan hidup kita memiliki kemungkinan untuk keluar dari jalur hidup yang benar yang telah kita rancang untuk kehidupan masa sekarang maupun masa depan kita. Kita mungkin telah merancang jalur target maupun jalur impian yang harus kita kejar atau wujudkan, namun di sepanjang perjalanan dengan adanya berbagai macam godaan yang datang dari luar serta adanya sesuatu yang ‘kurang tepat’ di dalam diri maupun pikiran kita, kita dapat teralihkan atau keluar dari jalur rancangan kita sendiri.
Namun, walau sebanyak apapun godaan yang sering membuat kita keluar dari ‘jalur’ tersebut, selalu ada satu hal yang juga harus menyertainya yaitu kesadaran diri. Kesadaran diri bahwa kita telah keluar dari ‘jalur’ yang sudah seharusnya dan semestinya kita lalui. Kesadaran untuk segera kembali ke ‘jalur’ yang benar segera setelah menyadarinya bahwa kita telah keluar ‘jalur’. Kesadaran untuk kembali berada di track yang tepat dalam upaya meraih seluruh target dan mewujudkan impian kita. Saya pikir, tidaklah terlalu menjadi masalah bahwa kita pernah atau sedang keluar ‘jalur’, yang paling menjadi masalah atau fokus utama kita seharusnya adalah memunculkan kesadaran diri agar dapat mengetahui apakah kita sudah berada di ‘jalur’ atau arah yang benar atau tidak. Kesadaran dan kemampuan untuk introspeksi diri pribadi guna terus mengetahui serta mengawasi arah perjalanan hidup yang sedang kita lalui dan tempuh. Kesadaran dan kemampuan untuk mengawal tiap ayunan langkah kehidupan kita serta kemampuan untuk mengembalikannya ke ‘jalur’ yang benar setiap kali kita menyimpang.

Saturday, 10 November 2012

Anda Tidak Harus Kuliah !

Dahulu, saya berpikir bahwa setelah lulus dari masa pendidikan menengah atas saya harus melanjutkan ke bangku kuliah. Itu pula yang sering saya dengar dari orang tua, rekan-rekan sekolah saya, dan beberapa orang lain. Namun, kini saya menyadari dan berani mengatakan bahwa Anda (kita) tidaklah harus melanjutkan pendidikan ke jenjang bangku kuliah (pendidikan tinggi). Benar, Anda tidak harus melanjutkan pendidikan ke jenjang tertinggi tersebut.
Saya mengatakan bahwa Anda tidaklah harus melanjutkan pendidikan ke jenjang kuliah, namun bukan berarti Anda tidak perlu kuliah. Anda dapat saja melanjutkan kuliah jika Anda merasa perlu dan yakin bahwa kalian akan dapat memperoleh ilmu yang benar-benar berharga disana. Ilmu yang kalian yakini dapat membantu kalian untuk meraih masa depan yang lebih cerah atau membantu kalian untuk dapat mewujudkan atau meraih impian masa depan kalian. Kalian dapat saja memutuskan untuk kuliah jika kalian dengan pasti mengetahui bahwa pendidikan universitas akan memberi kalian semua pengetahuan dan keahlian yang pasti dapat kalian gunakan untuk tujuan masa depan kalian. Pengetahuan dan keahlian yang benar-benar dapat digunakan segera setelah kalian menyelesaikan kuliah (lebih baik lagi jika sebelum lulus pun sudah dapat digunakan), bukan sekedar teori-teori yang tidak jelas dimana dapat digunakan atau bahkan yang lebih parah lagi tidak jelas apakah benar-benar dapat dipraktikkan.
Saya berikan satu contoh mengenai argumen saya di atas. Misal, kalian bermimpi menjadi seorang artis peran profesional, maka jika kalian tahu bahwa untuk meraihnya kalian membutuhkan pendidikan universitas, maka pergilah kuliah. Jika tidak, janganlah kuliah, lebih baik mengikuti kursus atau pelatihan yang diadakan oleh artis peran berpengalaman atau belajar langsung dari mereka dengan menjadi rekan mereka dalam suatu film. Meskipun tentu saja untuk dapat menjadi rekan mereka, kalian harus berupaya keras agar dapat diterima melalui audisi agar dapat menjadi seorang pemeran dalam suatu film yang dibintangi mereka, tanpa terlalu apapun peran yang kalian dapat (termasuk figuran sekalipun).

Saturday, 22 September 2012

Nasib Kita Di Tangan Siapa ?


Hi, apa kabar semua pengunjung setia blog Action Man ini ? Tulisan terbaru untuk kalian semua dan untuk kita renungkan bersama di pagi hari ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Nasib, kita sering mendengar kata ini dituliskan maupun diucapkan bukan ? Kita sering mendengar banyak hal seputar, mulai nasib baik, nasib buruk, nasib mujur, dan sebagainya. Kita juga seringkali mengaitkan kesuksesan atau kegagalan seseorang atau diri kita sendiri dengan nasib atau keberuntungan. Benar demikian bukan ?
Pertanyaannya, jika memang benar nasib itu ada dan tingkat sukses atau gagal kita dipengaruhi oleh nasib atau kemujuran, siapakah yang bertanggung jawab terhadap nasib kita ? Beberapa waktu lalu, saya membaca sebagian dari buku pengembangan yang diri yang menurut saya luar biasa bagus. Buku tersebut berjudul, Master Your Mind Design Your Destiny yang ditulis oleh seorang motivator dan sekaligus pengusaha asal Singapura, Adam Khoo. Saya menyebutkan judul dan pengarang buku tersebut bukan untuk mempromosikannya dengan alasan apapun, kecuali bahwa buku tersebut memang bagus dan kemungkinan besar dapat memberikan manfaat bagi kalian.
Dalam buku Master Your Mind Design Your Destiny, sang penulis menyebutkan bahwa kita adalah orang yang bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita. Kita bertanggung jawab terhadap pikiran kita, ucapan kita, tindakan kita, kesuksesan maupun kegagalan yang kita raih, tingkat pemahaman orang lain terhadap diri kita maupun ucapan dan tindakan kita. Pada intinya kita semua memegang tanggung jawab penuh terhadap segala yang kita dapatkan, rasakan, pikirkan, maupun yang orang lain rasakan atau pikirkan terhadap diri kita.

Monday, 27 August 2012

Stop Talking, Start Doing !


Sudah sangat lama sekali saya tidak menuangkan gagasan dalam tulisan. Pagi ini inspirasi menghampiri dan langsung saja saya tuangkan dalam bentuk tulisan. Inspirasi ini datang dari pengalaman saya sendiri dalam sekitar dua bulan terakhir. Pengalaman yang berhubungan diri saya pribadi maupun orang-orang disekitar saya. Semoga bermanfaat !

Banyak orang memiliki gagasan atau ide yang bagus sekali. Namun berapa banyak yang benar-benar menuangkan gagasannya dalam bentuk suatu karya atau tindakan yang nyata ? Kemungkinannya tidaklah banyak. Banyak orang yang memiliki gagasan atau wacana, dan tetap menjadikannya sebagai gagasan atau wacana saja. Banyak orang, kemungkinan juga termasuk saya sendiri, pintar menjalin ide, gagasan, teori, wacana, dan sejenisnya, namun sedikit yang benar-benar bertindak mewujudkan seluruh ide, gagasan, teori, maupun wacana tersebut.

Saya belajar banyak akhir-akhir ini seputar hal ini. Saya pun sadar bahwa saya perlu terus mengingatkan maupun menegur diri sendiri agar tidak hanya memunculkan ide, gagasan, teori, atau wacana, namun juga berupaya untuk memperbanyak tindakan. Memperbanyak aksi dalam mewujudkan setiap ide, gagasan, teori, maupun wacana yang brilian tersebut agar dapat menghasilkan atau memberikan manfaat bagi orang lain maupun diri sendiri.

Jadi, intinya, boleh saja kita mencoba dan terus mencoba untuk menggali ide-ide, gagasan-gagasan, memunculkan teori-teori maupun wacana-wacana, namun diatas segalanya, kita juga perlu berupaya untuk lebih banyak bertindak mewujudkan ide, gagasan, teori, maupun wacana tersebut. Pelajaran yang sangat berharga untuk diri saya sendiri dan semoga juga menjadi pelajaran berharga untuk setiap orang yang membacanya. Semoga ! Ditunggu komentarnya juga.

Monday, 5 March 2012

Bukan Hanya Euforia Semata !

Pernah tidak, pada suatu kita begitu bersemangat, ‘membara’, bergelora, antusias terhadap sesuatu atau untuk melakukan sesuatu dan beberapa saat kemudian ketika halangan, rintangan, atau tantangan datang, semangat, ‘bara api’ yang menyala di dalam tubuh kita, dan antusiasme kita secara perlahan tetapi pasti mulai meredup ? Saya tidak tahu dengan pasti kondisi setiap orang, tetapi kemungkinannya kita semua pernah mengalaminya. Saya yang ketika kuliah dikenal sebagai seorang yang sangat ‘panas’, antusias, dan semangat sempat pula kehilangan semangat, antusiasme, dan ‘panas’ saya. Saya sempat menurun, sebelum akhirnya tersadar bahwa saya harus melatih diri, memotivasi diri saya, dan kembali bersemangat untuk mengejar segala impian. Tulisan kali ini tidak akan semata-mata membahas mengenai upaya saya untuk kembali bersemangat, namun akan lebih membahas mengenai komitmen.
Pagi ini, ketika saya bangun tidur, secara mendadak dan tiba-tiba saya ‘mendapat’ suatu kalimat yang berbunyi: jangan hanya jadi euforia sementara saja. Kalimat yang tiba-tiba muncul sempat membuat saya ‘tertampar’ dan tersadar untuk merenung sejenak guna memahami makna kalimat tersebut. Setelah merenung sejenak, akhirnya saya dapat menjabarkan secara lebih luas makna kalimat tersebut, sebagai berikut: jangan hanya antusias di awal saja dan kemudian ketika tantangan, kesulitan, rintangan mulai datang semangat kita menyusut, menciut, dan akhirnya hilang. Jangan hanya bersemangat atau antusias ketika segala sesuatunya mudah, tetapi tetaplah bersemangat termasuk ketika segala sesuatunya berjalan tidak sempurna sesuai dengan yang kita rencanakan. Tetaplah berjalan dengan semangat awal yang kita miliki saat kita menginginkan sesuatu atau memutuskan melakukan sesuatu, jangan pernah berhenti di tengah jalan.

Tuesday, 17 January 2012

Merengkuh Kembali Semua Kendali Kehidupan


Tanpa terlalu saya sadari selama lebih dari dua tahun terakhir saya telah menggantungkan tanggung jawab hidup saya kepada rekan-rekan kerja, sahabat atau teman, saudara, dan orang tua. Saya terlalu bergantung atau ‘mendengarkan’ pendapat mereka sehingga saya tidak atau kurang berani mengambil keputusan bagi diri saya sendiri. Keputusan yang saya tahu baik bagi diri saya dan masa depan saya. Saya memang sadar bahwa saya perlu mendengarkan pendapat orang lain, namun karena terlalu banyak mendengarkan itu pula, saya akhirnya takut atau kurang percaya terhadap suara hati saya sendiri. Saya terlalu bergantung pada pendapat orang lain.
Selama sekitar dua sampai tiga bulan terakhir, saya mulai berupaya kembali untuk mengembalikan jati diri saya yang sesungguhnya. Saya tetap berupaya mendengar pendapat orang lain, namun pada akhirnya saya akan menyesuaikan atau menyelaraskan pendapat mereka dengan apa yang ‘hati’ saya katakan. Saya akan belajar untuk lebih percaya kepada apa yang ‘hati’ maupun intuisi saya katakan, sebab saya telah belajar dan terus meyakini bahwa intuisi kita tidak pernah salah. Orang lain boleh berpendapat apapun tentang kita, tetapi hanya ada dua pribadi yang paling tahu tentang diri kita, yaitu Tuhan kita dan diri kita sendiri. Jadi pelajarannya adalah dengarkan pendapat orang lain, namun pada akhirnya tetaplah percaya kepada intuisi atau suara ‘hati’ kita sendiri. Sebab hampir dapat dipastikan bahwa suara ‘hati’ kita adalah benar dan merupakan bisikan suara Tuhan.
Itulah sekilas cerita saya. Cerita dan pengalaman saya dapat berbeda dengan cerita dan pengalaman Anda. Bagaimana dengan cerita dan pengalaman Anda ? Silakan berbagi dan saya siap mendengar. Selamat belajar untuk merengkuh dan memegang kendali sepenuhnya atas kehidupan kita sendiri.

KumpulBlogger