Beberapa bulan lalu saya mengikuti seminar pengusaha
dimana salah satu pembicaranya adalah Erbe Sentanu, seorang tokoh yang sudah
terkenal akan ajarannya tentang ikhlas. Inti penyampaiannya saat itu adalah
jika para peserta seminar yang hadir saat itu sudah benar-benar memutuskan
untuk menjadi seorang pengusaha, maka tiap-tiap orangnya harus sungguh-sungguh
ikhlas dalam menjalaninya. Pelajaran ikhlas ini pula yang selalu saya ingat dan
selalu saya jadikan penyadar sekaligus penguat dalam setiap kondisi, khususnya
ketika saya sedang malas, tertekan, down, dan sebagainya.
Akhir-akhir ini saya pun kembali menggunakan
pelajaran tentang ikhlas tersebut. Saya menggunakan dalam hubungannya dengan
pilihan saya maupun pilihan rekan-rekan saya. Saya menyadarkan diri saya
sendiri bahwa setiap orang berhak untuk memiliki pilihan dalam hidupnya
masing-masing, apapun pilihannya, dan mereka juga harus siap sedia dengan
segala konsekuensi maupun hasil yang diperoleh terkait dengan pilihannya
tersebut. Berat memang untuk dapat menerapkan pelajaran ikhlas ini dengan
sepenuhnya baik. Saya masih cukup sering untuk merasa kecewa, berat, tidak
suka, marah, dan beberapa emosi serta pikiran negatif lainnya. Namun seiring
berjalannya waktu saya semakin dapat menerima tentang perbedaan pilihan kami
dalam menjalani hidup. Mereka memilih yang mereka pilih, saya juga memilih yang
saya pilih. Saya mencoba meyakini bahwa setiap pilihan yang kami adalah pilihan
terbaik dalam pendapat kami masing-masing.
Salah satu hal yang mendorong untuk semakin sadar
dan semakin mau belajar menerapkan prinsip ikhlas adalah karena ketika saya
tidak ikhlas, terus-terusan kecewa, selalu marah, kerap tidak suka, serta
selalu berperasaan dan berpikiran negatif lainnya yang dirugikan bukanlah
mereka, melainkan saya sendiri. Saya jadi tidak berkonsentrasi dan berfokus
pada hal-hal yang penting untuk saya jalani dan kerjakan. Fokus saya tersita
oleh keinginan saya sendiri untuk menyaksikan atau melihat rekan-rekan saya
membuat pilihan yang sama dengan pilihan saya. Oleh karena itu akhirnya saya
mendorong serta memaksa diri ini untuk dapat memiliki perasaan ikhlas yang
seikhlas-ikhlasnya agar dada menjadi lapang, pikiran menjadi terbuka, dan dapat
menjadi ruang untuk perasaan-perasaan serta pikiran-pikiran yang jauh lebih
bermanfaat untuk masuk dan berkembang. Perasaan-perasaan serta pikiran-pikiran
yang dapat mendorong kehidupan saya menjadi kehidupan lebih penuh, lebih
bahagia, lebih sukses, lebih sehat, dan segala kelebihan lainnya. Ikhlas !
No comments:
Post a Comment