Saturday 29 December 2012

Kualitas Pribadi Yang Meningkat


Pagi ini, saya membaca judul berita online yang memberitakan salah satu opini pimpinan lembaga negara yang menyatakan bahwa kualitas undang-undang yang dihasilkan para wakil rakyat kita menurun. Berita tersebut dengan segera memberikan inspirasi kepada diri saya secara pribadi untuk membuat tulisan. Tulisan mengenai peningkatan pribadi saya.
Sebagai pribadi, kita semua juga memiliki kualitas individu yang kita nilai sendiri maupun dinilai oleh orang lain disekitar kita. Kualitas diri kita memiliki berbagai macam level atau tingkatan, mulai dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi. Walaupun memang cukup susah juga untuk menentukan rentang penilaian yang pasti untuk kualitas individu seseorang, sebab memang kualitas individu adalah sesuatu yang tidak kasat mata. Namun, bagaimanapun juga diri kita maupun orang-orang disekitar kita dapat ‘melihat’ dan merasakan kualitas diri kita.
Nah, mengingat hal di atas, adalah tugas serta tanggung jawab kita secara pribadi untuk meningkatkan kualitas pribadi kita. Kewajiban yang sangat utama untuk terus meningkatkan keahlian teknik, keahlian non-teknik, sikap positif, dan berbagai hal lainnya yang penting dan diperlukan di dalam diri kita untuk meraih segala impian dan puncak kesuksesan yang kita idamkan. Saya sebagai pribadi juga tentu saja wajib untuk melakukan peningkatan kualitas diri saya agar nilai jual saya secara pribadi semakin meningkat di tengah persaingan atau kompetisi yang semakin ketat. Peningkatan kualitas pribadi ini sangat penting dan semakin penting serta mendesak agar saya dapat terus ‘survive’ di tengah kompetisi yang ketat. Banyak upaya harus terus dilakukan, banyak manuver atau pergerakan diperlukan agar terus dapat berada di garis terdepan dalam persaingan untuk memenangkan kompetisi.

Wednesday 26 December 2012

Entrepreneur Tak Ragu Bekerja 24 Jam

Saya sampaikan dalam Kuliah Umum Prasetiya Mulya kemarin betapa menjadi entrepreneur yang sukses membutuhkan perjuangan yang tidak sedikit, dan mereka harus bersiap untuk banyak berkorban. Kehidupan seorang entrepreneur tidak melulu menyenangkan, tetapi juga penuh dengan pengrobanan dalam berbagai bentuk. Kenyataan ini perlu disadari oleh generasi muda kita agar secara mental dan psikologis mereka sudah siap.

Misalnya saja Anda memiliki usaha tambak. Saat cuaca hujan deras di malam hari, Anda harus bangun dan pergi ke tambak Anda untuk memeriksa apakah ikan yang Anda sudah kembangbiakkan dengan susah payah selama ini masih aman atau terbawa arus banjir dari sungai di sekitarnya. Nah, saya yakin tidak semua orang apalagi para pemuda mau bekerja keras seperti itu.

Yang saya ketahui, hampir semua pengusaha sukses yang saya pernah temui memiliki komitmen yang sangat tinggi untuk mau dan bersedia bekerja kapanpun demi usaha mereka. Pengusaha-pengusaha besar seperti Lim Sioe Liong, Eka Tjipta, termasuk saya tidak mengeluh saat dihubungi di waktu-waktu istirahat kami untuk membicarakan urusan bisnis yang urgent. Karena memang bisnis inilah penghidupan kami.

Saat bawahan saya baru menelpon 1 kali, saya setidaknya menelpon lebih banyak karena saya entrepreneur, saya harus menjadi kekuatan pendorong atau driving force untuk bawahan saya. Mereka masih profesional.

Karena itu, saya kembali lontarkan pertanyaan ini pada mereka yang hendak menjadi entrepreneur: "Apakah Anda mau mati-matian berpikir dan bekerja, tidak cuma dengan keras tetapi cerdas?" Bukan 'clever', tetapi 'smart', cerdas!


KumpulBlogger