Showing posts with label Ekspresi Blogger Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Ekspresi Blogger Indonesia. Show all posts

Thursday, 27 October 2016

Pernahkah Kita Membaca Ulang Posting Artikel di Blog Kita ?

Pernahkah Kita Membaca Ulang Posting Artikel di Blog Kita ?
Pernahkah Kita Membaca Ulang Posting Artikel di Blog Kita ?
(ilustrasi. Sumber: www.google.com)
Sebagai bagian dari "tugas" harian untuk mengisi artikel di blog yang justru banyak bolongnya, hari ini saya tulis artikel ringkas saja deh. Semoga bermanfaat bagi saya dan yang lain yang membacanya.

Blogging saat ini sudah bukan merupakan aktivitas atau kegiatan yang aneh lagi. Banyak orang telah melakukan aktivitas corat-coret di blog nya masing-masing. Bahkan ada pula yang menjadikannya sebagai profesi hingga mampu menghasilkan pundi-pundi alias pendapatan dari blog nya. Namun, hari ini, tiba-tiba saya tergelitik oleh satu pertanyaan yang awalnya saya tanyakan ke diri saya sendiri. Sebagai blogger, pernahkah kita membaca ulang seluruh atau minimal sebagian tulisan yang pernah kita posting di blog yang kita buat ? Hari ini tiba-tiba saja saya terpikir soal pertanyaan tersebut. Dan jawaban saya jika ditanya pertanyaan itu adalah hampir tidak pernah.

Ya, saya hampir tidak pernah membaca ulang tulisan-tulisan yang sudah saya posting di blog saya ini. Seolah saya hanya mempostingnya untuk dibaca oleh orang lain, tapi tidak untuk saya sendiri. Saya hanya membuat dan kemudian mempostingnya, selesai sampai disitu. Bahkan kadang saya hanya mensadur atau mengedit tulisan atau artikel atau berita yang terdapat di internet dan kemudian saya posting ulang di blog ini, walaupun tulisan yang saya posting ulang tersebut saya yakini layak saya posting di blog karena saya menemukan sesuatu yang bermanfaat disana dan orang lain kemungkinan juga akan menemukan manfaat yang sama. Namun saya hanya membacanya sekali, menuliskan ulang, mempostingnya selesai.

Jadi, pernahkan kita membaca ulang posting artikel di blog kita ? Jika saya seperti itu, jawaban saya adalah tidak dan ini justru jadi tantangan untuk membaca kembali setiap posting artikel yang pernah saya untuk mencari atau mendapatkan kembali inspirasi maupun hal-hal bermanfaat lain yang ada di setiap artikel yang telah saya posting. Sekian dan semoga bermanfaat postingan kali ini.

Friday, 20 May 2016

Pecel Salah Satu Makanan Favorit Saya

Negara kita, Indonesia, selain terkenal akan ragam budaya serta keindahan alamnya, juga terkenal memiliki beraneka ragam makanan khas daerah yang begitu lezat dan menggoda. Sebagai orang yang lahir dan besar di Jawa Timur, maka sepertinya wajar jika pecel menjadi salah satu makanan favorit saya. Pecel adalah satu makanan yang cukup terkenal di seantero wilayah negeri ini, begitu pula di Jawa Timur dimana makanan tersebut berasal.
Bagi yang mungkin belum tahu, pecel adalah makanan yang merupakan perpaduan antara berbagai macam sayuran seperti tauge, daun singkong, daun pepaya, bunga turi, kubis, dll serta saus (bumbu) yang terbuat dari kacang tanah yang dihaluskan dan dipadu dengan berbagai macam rempah atau bahan masakan yang lain. Setiap daerah atau pedagang pecel biasanya memiliki variasi yang berbeda dalam isian (sayuran) yang digunakan dalam makanan tersebut.
Sayuran Pecel
Pecel (sumber: google.com)
Kenapa saya menyukai pecel ? Sederhana saja, karena di dalam makanan tersebut terdapat banyak sayuran yang berserat yang tentu saja baik bagi pencernaan dan yang terutama adalah rasa bumbu kacangnya yang enak. Meskipun tidak setiap hari memakan pecel, namun makanan tersebut tetap adalah satu makanan kegemaran saya.
Daerah di Jawa Timur yang terkenal sebagai daerah asal penghasil (pencipta) pecel adalah Madiun, oleh karena itu cukup banyak kita jumpai dimana-mana setiap pedagang pecel rata-rata mencantumkan embel-embel ‘Madiun’ di belakang nama menu atau nama rumah makan atau tempat berdagangnya. Ya, Madiun memang sudah menjadi kiblat dan acuan jika berbicara mengenai pecel. Saya sendiri tidak tahu pasti apakah benar pecel itu awalnya berasal dari sana atau bisa jadi berasal dari daerah lain, tetapi biarlah apa yang sudah menjadi kebenaran umum tetap berlangsung sebagaimana adanya.
Nah, tanpa sengaja, saya menemukan suatu artikel menarik mengenai pecel. Seorang juru masak atau chef dari salah satu hotel di Madiun ingin mempopulerkan pecel dengan cara baru. Untuk memenuhi tujuan itu, dia membuat suatu inovasi dalam resep masakan pecel. Untuk mengetahui seperti apa keunikan resepnya, ada baiknya disimak langsung saja artikel lengkapnya di Inovasi Resep Baru Pecel Madiun. Bagi yang suka memasak atau yang suka mencoba makanan yang unik, layak dibaca itu artikel. Sekian dan semoga bermanfaat.

Saturday, 7 January 2012

Surabaya Oh… Surabaya


Surabaya, suatu kota yang dapat dijangkau dengan berkendara selama sekitar 2,5 jam dari kota asal saya. Kota yang dikenal sebagai Kota Pahlawan karena heroisme para rakyatnya di kala zaman penjajahan dahulu kala. Sebuah kota yang cukup sering saya kunjungi bersama adik saya tatkala saya masih duduk di bangku sekolah dasar hingga awal sekolah menengah pertama. Saat itu, hampir dapat dipastikan pada setiap masa liburan panjang sekolah tiba, saya dan adik pertama saya selalu menginap di rumah adik orang tua kami (bibi kami) untuk menikmati masa liburan kami. Selama saya dan adik saya menikmati masa liburan yang hampir rutin kami jalani setiap tahun di kota ini, berbagai tempat telah pernah kami kunjungi, diantaranya Taman Hiburan Rakyat (THR) di jalan Kusuma Bangsa, Pasar Pucang, dan Pasar Atum. Biasanya saya menghabiskan waktu sekitar satu minggu untuk menikmati masa liburan tersebut.
Surabaya, siapa sangka ternyata setelah saya beranjak dewasa, saya akhirnya menempuh pendidikan tinggi di salah satu universitas swasta di kota yang juga menjadi ibukota propinsi Jawa Timur. Bahkan kini saya juga mulai berupaya meretas jalan karir profesional saya sebagai konsultan teknologi informasi dan programmer komputer di kota ini. Secara total, sejak mulai pertama kali kuliah hingga kini, saya telah sekitar tujuh tahun tinggal di kota ini. Walaupun selama rentang waktu tujuh tahun tersebut saya tidak selalu tinggal di kota ini, sebab tatkala libur kuliah biasanya saya melakukan ritual rutin yaitu pulang kampung.

KumpulBlogger