Showing posts with label Wisata Singapura. Show all posts
Showing posts with label Wisata Singapura. Show all posts

Friday, 19 August 2016

Ternyata Singapura Juga Memiliki Tempat Keramat

Ternyata Singapura juga memiliki tempat keramat
Makam Sharifah Rogayah. Ternyata Singapura juga memiliki tempat keramat.
Saya pernah berkunjung ke Singapura dua kali untuk berwisata disana. Selama dua kali kunjungan tersebut saya ke negara tersebut yang saya rasakan adalah modernitas dan ketertiban (kedisiplinan) negara serta penduduknya. Gedung-gedung bertingkat nan menjulang ke angkasa banyak terdapat dimana-mana. Namun siapa sangka dibalik modernitas tersebut ternyata Singapura juga memiliki tempat keramat. Tulisan ini disadur dari detik.com dan ditambahkan juga dari berbagai situs lain di internet. Semoga bermanfaat.

Dibalik modernitas yang dimilikinya, ternyata Singapura juga memiliki tempat keramat yang dapat dijumpai di Duxton Plain Park. Tempat keramat yang berupa makam tersebut telah menjadi mitos tersendiri yang dipercayai banyak orang. Tempat keramat tersebut berupa sebuah bangunan makam yang dipercayai sebagai makam Sharifah Rogayah yang merupakan cucu dari ulama bernama Habib Noh yang menyebarkan agama Islam di Singapura pada abad ke-19. Diyakini, Sharifah masih memiliki garis keturunan dari Nabi Muhammad SAW.

Disekeliling makam tersebut sebenarnya telah berubah menjadi pemukiman warga yang terletak atau menjadi bagian dari kawasan China Town. Nah disinilah kisah keramat tersebut bermula. Konon katanya, suatu hari ada seorang pemuda yang didatangi dalam mimpi oleh Habib Noh. Dalam mimpinya tersebut, sang pemuda diperintahkan untuk mencari keberadaan makam Sharifah untuk dirawat. Dalam pencariannya, sampailah pemuda tersebut di lokasi dimana makam tersebut sekarang berada.

Pemuda yang diketahui bernama Mohamed Ridhwan tersebut akhirnya membersihkan, merapikan, menata, dan lalu membangun makam tersebut hingga menjadi bentuknya yang sekarang. Makam Sharifah terletak di belakang pemukiman warga Tanjong Pagar dan dinaungi pepohonan yang rindang. Pada makam tersebut tertulis "Shrine of Sharifah Rogayah, 1891".

Namun kisah ajaib atau mistis yang ada bukan hanya sampai disitu. Ada ksiah lain mengapa makam Sharifah Rogayah masih dapat bertahan ditengah padatnya pemukiman penduduk dan gedung-gedung tinggi. Konon ceritanya, dahulu makam tersebut sudah sempat akan digusur, namun makam tersebut ternyata tidak dapat disentuh manusia. Setiap kali akan dilakukan penggusuran, kejadian aneh selalu terjadi, yakni tanah disekitar makam secara tiba-tiba longsor dengan sendirinya. Kejadian longsornya tanah tersebut terjadi beberapa kali hingga akhirnya diputuskan untuk tidak menggusur makam tersebut dan terus merawatnya hingga sekarang.

Itulah kisah ringkas dari suatu tempat keramat yang ada di Singapura, negara yang terkenal akan modernitas dan gedung-gedung bertingkat nan menjulang. Ternyata Singapura juga memiliki tempat keramat modernitas dan pembangunan gedung-gedung megah yang terus berlangsung hingga sekarang.

Saturday, 18 June 2016

Pelajaran dan Pengalaman Dari Batam – Singapore Trip 2015 (Bagian XI)


Rangkaian cerita panjang sejak dari seri pertama kisah Pelajaran dan Pengalaman Dari Batam – Singapore Trip 2015 yang kemudian terus berlanjut hingga pada seri kesembilan dan seri kesepuluh. Niat awalnya, pada seri kesepuluh yang lalu saya hendak mengakhiri rangkaian cerita dan kisah perjalanan liburan ini, tetapi sekali lagi saya masih belum dapat untuk mengakhirinya, sehingga akhirnya muncullah lanjutannya pada seri kesebelas ini. Namun kali ini saya akhirnya benar-benar meniatkan serta memutuskan bahwa seri ini harus jadi yang terakhir walaupun mungkin seri ini akan sangat panjang. Selamat membaca.
Kami sampai kembali di Vivo City Mall sekitar pukul 13.00. Hari sudah siang dan mall sudah semakin ramai oleh pengunjung, baik pengunjung lokal maupun wisatawan asing seperti kami. Waktu kami berikutnya lebih banyak kami habiskan untuk melihat-lihat di dalam mall. Ibu dan kedua adik saya melihat-lihat pakaian di beberapa tenant yang terdapat di dalam mall serta kalau tidak salah ingat mereka akhirnya membeli beberapa potong pakaian dengan harga yang cukup murah. Beberapa tenant disana sepertinya sadar bahwa akhir tahun merupakan waktu dimana banyak wisatawan dalam maupun luar negeri yang berkunjung kesana sehingga mereka memutuskan memberikan diskon yang cukup lumayan untuk menarik pembeli dan mendongkrak penjualan, sebuah strategi yang sebenarnya sudah cukup sering digunakan oleh pedagang, khususnya tenant di dalam mall, seperti halnya pula umum dijumpai di Indonesia. Saya sendiri awalnya mencoba untuk membeli suatu jenis makanan yang membuat saya penasaran sejak dari Indonesia yaitu Burger King. Sebenarnya makanan tersebut juga sudah ada di Indonesia, namun tidak ada di Surabaya (dulu sempat ada, tetapi mungkin karena kurang laris, akhirnya ditutup), melainkan hanya ada di Jakarta. Saya sempat melihat harganya dan ternyata cukup mahal, kalau tidak salah untuk satu potong burger sekitar S$ 10 atau sekitar IDR 100.000. Mahal bukan ?
Setelah puas berjalan-jalan serta melihat-lihat di dalam mall dan karena hari sudah semakin siang (mendekati pukul 2 siang), kami akhirnya memutuskan untuk menuju ke lokasi makan semacam food court untuk membeli makan siang kami sebelum kami akan kembali ke Indonesia menggunakan ferry. Kami segera menuju kesana agar supaya dapat mengejar ferry dengan jam keberangkatan sekitar pukul 16.00. Kami hanya memiliki waktu sisa sekitar dua jam untuk santap siang serta menukarkan tiket dan kemudian menunggu jadwal check-in di ruang tunggu keberangkatan. Kami mengejar jam keberangkatan itu agar ketika sampai kembali di Indonesia hari masih belum larut malam, sebab kami juga masih harus singgah ke pusat perbelanjaan untuk belanja oleh-oleh untuk beberapa kerabat serta teman dari kedua orang tua saya yang ada di Tuban.
Makan Siang Terakhir Di Singapore
Makan Siang Terakhir Di Singapore (sumber: dok. pribadi)
Ketika kami sampai disana, keadaan food court tersebut ternyata sangat ramai sekali. Banyak sekali orang yang berada disana untuk makan. Bahkan karena terlalu banyaknya orang, cukup banyak pula orang yang belum mendapat tempat duduk, begitu juga dengan kami. Kami harus menunggu beberapa saat sebelum akhirnya kami memperoleh tempat duduk, itupun kami tidak bisa duduk semeja, sebab jumlah kursi yang ada tidak memadai. Sambil menunggu adanya meja dan kursi yang dapat ditempati, beberapa dari kami memutuskan untuk berkeliling dulu untuk melihat-lihat jenis makanan apa saja yang dijual disana. Saya sendiri berkeliling serta melihat-lihat dulu berbagai macam kedai penjual makanan untuk mengetahui makanan apa saja yang ada disana. Saya mencari makanan yang terlihat enak dan unik yang kemungkinan belum ada di Indonesia.

Wednesday, 18 May 2016

Pelajaran dan Pengalaman Dari Batam – Singapore Trip 2015 (Bagian IX)

Setelah serangkaian cerita dan perjalanan panjang dari sejak seri pertama kisah Pelajaran dan Pengalaman Dari Batam – Singapore Trip 2015, maka akhirnya sampailah juga saya pada sebuah keputusan untuk segera mengakhiri rangkaian panjang cerita ini. Seri kesembilan ini awalnya saya rancang sebagai seri terakhir dari rangkaian kisah tersebut, namun ternyata setelah saya tulis, rangkaian kalimat demi kalimat yang ada menjadi sangat panjang, oleh karena itu akhirnya saya putuskan untuk menambah satu seri lagi yaitu seri kesepuluh yang akan tayang setelah seri ini. But anyway, selamat membaca.
Jujur, awalnya saya tak pernah mengira jika rangkaian tulisan ini bakal sampai sepanjang ini, tetapi karena memang rangkaian tulisan ini merupakan rangkaian kisah dari perjalanan sejak hari pertama hingga terakhir dari wisata keluarga yang mengunjungi cukup banyak lokasi di dua negara serta memiliki banyak kisah, maka sebenarnya wajar juga jika kisahnya menjadi sepanjang ini. Saya rasa cukup pengantar dan basa-basinya, langsung saja kita masuk ke bagian akhir dari rangkaian cerita ini.
Pada hari terakhir kami di Negeri Singa, kami masih memiliki sejumlah agenda kunjungan ke obyek wisata yang harus kami jalani. Mengingat ini merupakan hari terakhir, maka kami putuskan untuk bangun serta memulai seluruh rangkaian kegiatan sedikit lebih pagi. Hari itu pula kami juga check out dari hotel tempat kami menginap selama tiga hari terakhir. Segera setelah seluruh persiapan mulai dari bangun tidur hingga mandi serta beres-beres seluruh barang bawaan telah selesai, maka kami bergegas menuju lobby hotel dan menyerahkan seluruh kunci kamar hotel yang kami gunakan. Kami keluar dari hotel sekitar pukul 08.30 pagi waktu Singapore.
Tujuan pertama kami pada pagi hari itu adalah Albert Centre (masih ingatkan dengan tempat ini ? Jika lupa, bisa cek infonya disini) untuk sarapan pagi. Seperti biasa, untuk dapat sampai kesana, kami harus melalui Bugis Street Market. Segera setelah sampai disana, kami segera dan bergegas untuk memilih menu sarapan pagi kami masing-masing. Jika tidak salah ingat, pagi itu saya memilih menu yang ringan saja yaitu Bubur Kacang Hijau. Setelah seluruh santapan kami telah habis dimakan, kami bergegas meninggalkan lokasi Albert Centre untuk menuju ke stasiun MRT.
Singapore Botanic Garden Gate
Singapore Botanic Garden (jika tak salah ingat, gate di belakang itu merupakan
pintu masuk dan pintu keluar kami dari Botanic Garden) [sumber: google]
Tujuan pertama kami pada hari itu adalah Singapore Botanic Garden, lokasi yang awalnya kami rencanakan untuk kunjungi pada dua hari sebelumnya, namun akhirnya kami putuskan untuk ubah pada hari terakhir. Mengapa demikian ? Sebab lokasi ini memang kurang menawarkan pilihan untuk dinikmati sebagai obyek wisata, kecuali bagi mereka yang memang mencintai lokasi wisata alam terbuka nan hijau dan sejuk. Singapore Botanic Garden memang merupakan kebun atau taman bunga atau tumbuh-tumbuhan hijau yang dibuat oleh pemerintah Singapura untuk memberikan kesan kesejukan, asri, serta hijau di Singapura yang dikenal sebagai negara dengan banyak gedung tinggi serta pusat perbelanjaan. Pemerintah Singapura agar negeri itu juga dapat dikenal sebagai negara yang hijau, selain sebagai pusat perbelanjaan. Detail mengenai Singapore Botanic Garden mungkin akan saya bahas di lain waktu pada tulisan yang terpisah.
Suasana Keramaian Singapore Botanic Garden
Kurang lebih seramai inilah suasana saat kami berada di Botanic Garden
(sumber: google).
Singapore Botanic Garden merupakan suatu taman yang sangat luas sekitar 85 hektar luasnya. Taman ini bagaikan surga ditengah himpitan gedung-gedung bertingkat serta pusat perbelanjaan yang ada di lokasi sekitarnya. Taman ini jika tidak salah terletak tidak terlalu jauh dari Orchard Road yang merupakan surga belanja di Singapore. Ketika kami berada disana, kami menyaksikan banyak orang melakukan beragam aktivitas di dalam taman tersebut, ada yang berolahraga, ada yang sekedar jalan-jalan menikmati hijaunya padang rumput serta berbagai ragam tanaman lainnya, piknik bersama keluarga maupun rekan kerja, serta beragam aktivitas lainnya.

Tuesday, 17 May 2016

Pelajaran dan Pengalaman Dari Batam – Singapore Trip 2015 (Bagian VIII)

Yuk lanjut lagi ke bagian VIII dari rangkaian tulisan mengenai Pelajaran dan Pengalaman Dari Batam – Singapore Trip 2015. Selamat membaca dan semoga masih senantiasa ada manfaat yang dipetik. Semakin dekat pula dengan ending rangkaian tulisan ini.
Perjalanan pulang menuju hotel saya lalui dengan lancar berbekal peta petunjuk jalur MRT yang sudah saya miliki sebelumnya. Saya pulang sudah cukup larut malam sekitar pukul 23.00. Sekitar pukul 23.30 saya sudah sampai kembali di hotel dan langsung menuju ke kamar. Belum seberapa lama saya berada di kamar, saya kemudian mengaktifkan akses internet menggunakan wifi yang disediakan oleh hotel. Segera, tak seberapa lama setelah handphone saya berhasil tersambung ke internet, salah satu aplikasi chatting yang ada di handphone berbunyi, ternyata ada pesan dari adik saya yang isinya saya diminta datang ke kamarnya kalau sudah sampai di hotel karena ada makanan yang sudah dibelikan. Segera setelah membaca pesan tersebut saya langsung membalasnya dan sesaat kemudian beranjak menuju ke kamar adik saya. Hanya butuh sekitar satu menit untuk sampai ke kamar adik saya. Begitu sampai disana, saya langsung diberikan satu makanan berupa sepotong roti dengan isi ayam dengan tulisan Subway di kemasannya.
Berhubung saya sudah agak lapar, maka segera saja saya terima makanan yang telah dibelikan tersebut. Setelah menerima makanan tersebut, saya baru paham, ternyata yang dimaksud Subway oleh adik saya itu makanan, sebab awalnya saya sempat mengira kalau Subway yang dimaksud itu kendaraan atau angkutan umum yang ada di Singapura. Roti yang saya makan itu secara cara penyajian mirip dengan burger, bedanya rotinya berbentuk memanjang seperti roti untuk hotdog, selain itu isinya juga lebih bervariasi dan cara memasak daging isiannya juga berbeda. Daging ayam yang menjadi isi roti tersebut bukan berbentuk bulat, melainkan berupa potongan atau suwiran daging ayam, yang sepertinya juga tidak digoreng, melainkan direbus. Daging ayam yang menjadi isian roti tersebut cukup banyak dan melimpah dibandingkan burger biasa. Hal yang wajar sebenarnya, sebab setelah saya cek harganya setara dengan harga seporsi nasi dengan lauknya di Singapura, yaitu sekitar S$ 4,50. Secara rasa juga enak menurut saya, hal itu pula yang kemudian mendorong saya untuk mencoba mencari serta membeli lagi roti yang sama. Lokasi kedai Subway disekitar hotel tempat kami menginap hanya ada satu yaitu di dalam mall di sebelah Bugis Street Market (tepatnya berada satu deret dan komplek dengan Bugis Street Market). Berhubung saya juga masih lapar, saya bergegas kesana. Ternyata usaha saya sia-sia, sebab sebagian besar tenant yang terdapat dalam mall sudah tutup. Berhubung banyak tempat disekitar sana sudah tutup, maka saya mencari alternatif tempat makan, dan ketemulah jawabannya McDonald’s.

Sunday, 15 May 2016

Pelajaran dan Pengalaman Dari Batam – Singapore Trip 2015 (Bagian VII)

Mari kita lanjut lagi ke bagian VII dari rangkaian tulisan mengenai Pelajaran dan Pengalaman Dari Batam – Singapore Trip 2015 saya buat menjadi lebih pendek untuk tiap bagiannya supaya lebih enak serta tidak membosankan untuk dibaca. Selamat membaca bagian ini.
Marina Bay Sands dari sisi lain.
Marina Bay Sands difoto dari sudut lain komplek Merlion Park (dok: pribadi)
Akhirnya saya memutuskan dan berkata kepada adik saya untuk menunggu disana saja (kearah pengunjung yang ada di jembatan dialirkan sesuai petunjuk petugas) dan saya akan mencoba mencari ke arah kerumunan orang yang turun dari jembatan penyeberangan, barangkali kedua orang tua serta adik terkecil saya sudah berada disana. Adik saya pun setuju dan mengiyakan. Saya mencoba memperhatikan sekeliling selama beberapa saat dan ternyata kedua orang tua serta adik terkecil saya belum berada disana, itu artinya mereka masih berada di atas. Setelah itu saya bergegas kembali ke tempat adik saya menunggu. Sampai disana saya mendapat info dari adik ipar saya bahwa adik saya akhirnya diperbolehkan naik ke atas untuk mengecek keberadaan kedua orang tua serta adik terkecil saya. Adik saya akhirnya diperbolehkan karena saat itu kondisi jembatan sudah mulai reda dari pengunjung dan karena saat itu tidak ada orang lain lagi disekitar lift selain dua orang adik saya. Tidak seberapa lama, adik kedua saya akhirnya turun bersama kedua orang tua dan adik terkecil saya. Kami berkumpul sejenak tidak jauh dari tangga tempat seluruh pengunjung turun dari jembatan penyeberangan sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke Marina Bay Sands melalui jalur yang persis sama yang kami gunakan untuk bisa berada di Gardens by the Bay. Kami melalui lorong yang sama dengan lorong atau terowongan yang kami lalui waktu menuju ke Gardens by the Bay dan lorong tersebut juga masih padat pengunjung yang hendak menuju ke arah Gardens by the Bay. Kali ini kami mengambil lajur yang mengarah ke Marina Bay Sands.
Marina Bay Sands, Gardens by The Bay.
Marina Bay Sands difoto dari dalam komplek Garden By The Bays (dok: pribadi).
Perjalanan kami menuju ke Marina Bay Sands sedikit lebih rileks, sebab suasana pengunjung yang mengarah kesana sudah lebih lengang. Kami mengira kalau di dalam Marina Bay Sands nanti bakalan padat pengunjung sebab kami mengira lengangnya jalan menandakan sudah banyak pengunjung berada di dalam sana. Ternyata oh ternyata, di dalam Marina Bay Sands juga tidak terlalu ramai. Terus kami bertanya-tanya, apa benar tadi itu jembatan penyeberangan padat oleh pengunjung ? Jika benar, terus pada kemana para pengunjung itu sekarang, kok mall nya sepi ? Tapi sudahlah kami tidak terlalu ambil pusing. Tujuan kami ke Marina Bay Sands adalah untuk melihat-lihat keadaan di dalam mall yang tampak megah dan mewah dari luar ini serta untuk mencari makan malam. Namun setelah berada di dalam, papa saya berpendapat, ‘kok sepertinya biasa saja dan sama dengan mall-mall yang ada di Surabaya’. Akhirnya kami langsung memutuskan hanya mencari makan saja dan kemudian kembali ke hotel, mengingat hari juga sudah cukup malam. Namun info dari adik pertama bahwa harga makanan di dalam sana lebih mahal beberapa kali lipat dibandingkan tempat makan biasa, akhirnya papa saya langsung memutuskan untuk membatalkan rencana makan di dalam Marina Bay Sands serta memutuskan kembali ke arah hotel dan mencari mereka makan disekitar hotel saja.
Awalnya saya pun hendak ikut berbalik bersama mereka, namun setelah saya berpikir kembali sejenak, masa jauh-jauh datang ke Singapore tidak tahu isi Marina Bay Sands secara lebih lengkap. Belum tentu juga di masa yang akan datang akan ada kesempatan untuk bisa datang kesini lagi, begitu pikir saya. Akhirnya saya memutuskan untuk tidak ikut kembali ke hotel. Saya mencoba melihat-lihat dahulu dan akhirnya mencoba masuk ke kasino yang terdapat disana. Kasino disana luas sekali dan cukup ramai dengan pengunjung yang hendak mencari hiburan dengan bermain judi.
Saya mencoba berkeliling ke berbagai penjuru kasino sambil beberapa kali mengambil serta menikmati minuman gratis yang disediakan disana. Oya, bagi yang ingin sedikit menghemat budget selama berada di Singapore, minuman gratis yang disediakan secara melimpah di dalam kasino bisa menjadi salah satu solusi. Bagi warga asing, untuk masuk ke dalam kasino, cukup menunjukkan paspor dan akses masuk ke dalam kasino diberikan secara gratis. Setelah puas berkeliling di dalam kasino serta menikmati beberapa macam minuman yang disediakan disana, akhirnya saya memutuskan untuk keluar dan mencari makan di restoran yang terdapat di dalam mall. Namun karena sudah agak malam, restoran yang saya tuju sudah tutup dan tidak menerima pembeli lagi. Akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke arah hotel dan mencari makan di sekeliling hotel saja.
Tunggu kelanjutannya di bagian selanjutnya ya. Semoga tetap bermanfaat selalu.

Pelajaran dan Pengalaman Dari Batam – Singapore Trip 2015 (Bagian VI)

Mulai bagian VI ini, tulisan lanjutan mengenai Pelajaran dan Pengalaman Dari Batam – Singapore Trip 2015 saya buat menjadi lebih pendek untuk tiap bagiannya supaya lebih enak serta tidak membosankan untuk dibaca. Selamat membaca bagian ini.
Marina Bay Sands Singapore at afternoon
Marina Bay Sands pada sore hari di foto dari Merlion Park (dok: pribadi)
Marina Bay Sands lokasinya terletak di seberang lokasi Gardens by the Bay sehingga untuk menuju kesana tidak perlu lagi untuk menggunakan MRT. Kami cukup menaiki jembatan penyeberangan yang telah disediakan yang langsung terhubung ke dalam mall di Marina Bay Sands. Saat kami menuju ke arah keluar dari seluruh area Gardens by the Bay, oleh petugas kami diarahkan ke arah yang sama dengan saat kami masuk, bukan ke arah keluar yang tertera pada petunjuk yang sempat kami baca di awal kami hendak masuk. Ternyata berdasarkan info yang kami terima, area keluar yang tertera sesuai petunjuk awal yang kami lihat sedang penuh sesak oleh pengunjung sehingga tidak memungkinkan lagi untuk dilalui atau ditambah lagi oleh pengunjung lain, maka dari itu kami dialihkan ke jalur keluar yang berbeda. Ada beberapa orang yang tetap mencoba serta memaksa untuk menggunakan yang ditutup sementara tersebut, namun petugas tetap tegas melarang dan tetap menyuruh untuk bergerak ke arah yang ditentukan. Mungkin para petugas sudah mengantisipasi jika jumlah pengunjung terlalu banyak menumpuk di suatu area dapat menimbulkan kesesakan, aksi saling dorong, dan bahkan kericuhan. Ini suatu ketegasan dan bentuk antisipasi yang cukup berbeda jauh dengan yang biasa ada di Indonesia. Petugas keamanan atau pihak yang berwenang disana benar-benar strict (patuh atau ketat) terhadap aturan atau sistem yang telah dibuat.
Marina Bay Sands, Merlion Park.
Saya berfoto di Merlion Park dengan latar belakang
Marina Bay Sands (dok: pribadi)
Akhirnya kami pun mau tidak mau menuruti serta mengikuti arahan petugas daripada nanti ada ribut di negeri orang kan bisa menjadi masalah yang lebih ruwet, toh tujuan kami disana juga untuk senang-senang, bukan untuk tujuan yang lain. Setelah mengikuti arah jalan yang ditentukan, kami akhirnya mendekati lift yang akan mengantar kami naik ke jembatan penyeberangan menuju ke Marina Bay Sands. Sekali lagi tumpukan dan antrian pengunjung tampak disana. Akan tetapi petugas juga telah sigap mengantisipasi hal ini. Petugas berdiri tepat di depan pintu lift untuk mengawasi pengunjung serta mengatur antrian pengunjung masuk ke dalam lift. Antrian cukup panjang dan kami mengantri sekitar hampir 20 menit. Saat antrian kami sudah semakin dekat dengan pintu lift, kami mulai mendengar info dari peralatan komunikasi petugas bahwa jembatan penyeberangan hampir penuh dengan antrian pengunjung dan hampir mencapai kapasitas maksimalnya dalam menampung orang. Petugas yang menjaga lift diinfokan untuk menahan dulu orang yang hendak naik keatas sedikit lebih lama supaya antrian atau jumlah tumpukan pengunjung dapat berkurang lebih dahulu.
Petugas penjaga lift mengikuti petunjuk yang diterimanya dari rekan yang ada diatas dan aliran pengunjung yang hendak naik keatas sedikit diperlambat dan ditunda olehnya. Petugas memberi info bahwa sementara yang boleh naik menggunakan lift hanyalah mereka yang menggunakan kursi roda, orang tua, maupun orang yang menggendong atau membawa anak kecil. Pengunjung yang lain diharap bersabar menunggu atau dapat memilih menggunakan tangga biasa untuk naik keatas. Tidak seberapa lama, terdengar kembali info dari peralatan komunikasi petugas bahwa kondisi antrian diatas jembatan sudah mulai berkurang dan petugas di bawah diperbolehkan menaikkan pengunjung ke atas namun tetap dengan interval yang dibuat berjeda agar antrian di atas tidak cepat penuh lagi. Tepat pada saat itulah papa, mama, dan adik terkecil saya ikut masuk ke dalam lift dan naik ke atas. Saya, adik saya, dan adik ipar saya belum dapat ikut masuk ke dalam lift karena lift sudah penuh. Kami menunggu antrian berikutnya untuk naik ke atas. Tapi ada suatu kejadian yang mendadak sekali, petugas di bawah menerima info bahwa jalur penyeberangan ditutup total sementara waktu, sebab keadaan di dalam mall di ujung jembatan penyeberangan terlalu penuh oleh pengunjung. Info itu kami terima langsung dari petugas yang berjaga di depan lift dan dia juga memberikan info bahwa semua orang yang baru saja naik ke atas serta semua pengunjung lain yang telah ada di jembatan akan dipaksa turun serta dialirkan ke jalur yang telah ditentukan.
Mengetahui hal tersebut adik saya sedikit panik sebab kedua orang tua saya dan adik saya yang terkecil, tak ada satupun yang dapat berbahasa Inggris dengan baik. Mereka bertiga juga tidak terlalu mengerti jalur MRT yang harus ditempuh untuk dapat kembali ke hotel. Jadi adik saya khawatir kalau mereka akan tersesat dan kebingungan. Hal itu pun kami utarakan ke petugas yang berjaga disana dan meminta supaya dia mengijinkan adik saya untuk naik ke atas guna mencari kedua orang tua serta adik terkecil saya. Namun petugas tetap bersikukuh bahwa sudah tidak boleh ada lagi pengunjung yang naik ke atas sebab jembatan telah ditutup total sampai waktu yang belum ditentukan dan semua pengunjung yang telah berada di atas akan dipaksa turun serta dialirkan ke lokasi yang telah ditentukan. Namun kami juga tidak mau menyerah begitu saja, kami tetap mencoba menjelaskan keadaannya yang sebenarnya dan meminta keringanan supaya hanya adik saya saja yang diperbolehkan untuk naik ke atas. Namun sekali lagi petugas tetap tidak mengijinkan serta tetap berkata, ‘everyone go over there, the bridge is closed’. Dia juga berargumen bahwa kalau ada satu orang yang diijinkan orang lain yang mengetahui akan iri dan akhirnya minta naik juga. Hal ini juga sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan yang ada di Indonesia.
Tunggu kelanjutannya di bagian selanjutnya ya. Semoga masih ada sesuatu yang bermanfaat dari rangkaian tulisan saya ini. Terima kasih sudah membaca sampai sejauh ini.

Sunday, 27 March 2016

Pelajaran dan Pengalaman Dari Batam – Singapore Trip 2015 (Bagian V)

Foto yang saya ambil dari jembatan jalan masuk Gardens by the Bay.
Foto yang saya ambil dari jembatan jalan masuk
Gardens by the Bay (dok. pribadi).
Tujuan kami berikutnya adalah Gardens by the Bay. Agar dapat sampai ke tujuan kami ini, kami perlu menggunakan MRT lagi dan kami pun menuju ke stasiun MRT yang aksesnya tersedia di bagian bawah gedung Esplanade. Oya, sebagai tambahan info, di dalam komplek Esplanade ini juga terdapat mall yang disebut sebagai Esplanade Mall. Baiklah, sekarang kembali lagi ke cerita soal perjalanan menuju ke Gardens by the Bay. Dari bagian bawah gedung Esplanade kami mengarah ke CityLink Mall untuk menuju ke stasiun MRT City Hall. Dari City Hall kami menumpang MRT dengan tujuan stasiun Bayfront yang dapat langsung mengantarkan kami menuju ke Gardens by the Bay. Perjalanan kami tempuh dalam waktu yang tidak terlalu lama. Segera setelah sampai di stasiun Bayfront, kami segera mencari petunjuk arah menuju ke Gardens by the Bay. Gardens by the Bay terletak di komplek Marina Bay di bagian tengah Singapore dan berbatasan dengan Marina Reservoir (Waduk Marina). Untuk dapat mencapai lokasi Gardens by the Bay yang berada di atas tanah, terlebih dahulu kami perlu melewati suatu jalan berupa terowongan atau tunnel yang terdapat dalam komplek bangunan yang menghubungkan bangunan stasiun dengan bangunan-bangunan lain disekitarnya termasuk juga Marina Bay Sands.
Ketika kami telah semakin dekat dengan lokasi terowongan tersebut, ternyata situasi disana sudah sangat ramai sekali dengan kerumunan orang yang hendak menuju ke Marina Bay Sands maupun ke Gardens by the Bay (lihat videonya disini). Orang-orang berjubel sekali dan merangsek perlahan ingin segera sampai ke lokasi yang hendak dituju masing-masing. Banyaknya orang yang berada di terowongan tersebut juga membuat pendingin udara yang dipasang jadi tidak sedingin biasanya, meskipun masih tetap terasa sejuk. Melihat banyaknya orang atau pengunjung yang berjubel, pihak keamanan gedung dan sepertinya juga pihak kepolisian turut dilibatkan untuk mengatur dan mengarahkan orang-orang ke jalur yang benar menuju ke lokasi yang hendak dituju. Kami pun memperhatikan arahan dari petugas yang mengarahkan setiap orang yang hendak menuju ke Gardens by the Bay ke sisi kanan terowongan. Untuk memperjelas juga yang saya maksud sebagai terowongan disini bukan berarti ada pemisah seperti umumnya gambaran terowongan yang biasa kita miliki, tetapi hanya berupa jalan lorong biasa yang memang sedikit lebih menyempit dibandingkan jalan sebelumnya sehingga jika dilihat dari agak jauh akan terliha seperti terowongan atau tunnel. Sebagai tambahan pula, walaupun suasana sangat padat dan berdesakan, tetapi tetap tertib dan rapi serta tidak ada satupun orang-orang yang saling mendorong orang-orang disekitarnya.
Suasana di dalam Gardens by the Bay (dok. pribadi).
Setelah berjuang dan merangsek perlahan selama sekitar 20 menit, akhirnya kami bisa sampai di ujung terowongan berupa eskalator yang akan mengantarkan kami ke permukaan tanah. Dari sana kami masih harus berjalan kaki untuk dapat sampai ke area taman yang berluas total 101 hektar ini. Ketika kami sampai disana hari sudah sore, mungkin sekitar pukul 17.30, namun hari masih cukup terang untuk kami masih dapat menikmati sejenak hijaunya pemandangan rumput dan pepohonan lain yang ada disana. Begitu sampai disana kami juga menyaksikan banyak sekali pengunjung yang hadir di taman tersebut, baik warga lokal Singapura maupun wisatawan asing dari berbagai negara. Saya juga menjumpai cukup banyak warga negara Indonesia yang berwisata kesana. Melihat hijaunya rumput dan pemandangan asri yang terdapat di dalam taman tersebut, saya seolah lupa bahwa ini adalah negara Singapura yang selama ini saya tahu terkenal sebagai negara dengan banyak gedung-gedung bertingkat yang menjulang tinggi dan kotanya yang modern.
Gardens by the Bay yang berluas total 101 hektar memiliki tiga area taman, yaitu Bay South Garden, Bay East Garden, dan Bay Central Garden. Adapun taman yang terluas adalah Bay South Garden dengan luas 54 hektar. Gardens by the Bay digagas oleh Pemerintah Singapura sebagai bagian dari upaya untuk menciptakan kesan bahwa negara Singapura merupakan suatu kota yang terletak di dalam taman, bukan taman di dalam kota. Adapun tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara menambah ruang-ruang hijau dan tanaman di dalam kota. Guna membangun taman ini, pada tahun 2006 diadakan kompetisi internasional oleh pemerintah Singapura dengan tujuan mencari dua perusahaan dengan karya rancangan desain taman terbaik. Akhirnya terpilih dua perusahaan asal Inggris sebagai pemenang. Masing-masing perusahaan akan menangani pembangunan satu bagian taman. Secara keseluruhan taman ini selesai dibangun dan dibuka untuk umum pertama kali pada pertengahan tahun 2012.

KumpulBlogger