Rangkaian
cerita panjang sejak dari seri
pertama kisah Pelajaran dan Pengalaman Dari Batam –
Singapore Trip 2015 yang kemudian terus berlanjut hingga pada seri
kesembilan dan seri
kesepuluh. Niat awalnya, pada seri kesepuluh yang lalu saya
hendak mengakhiri rangkaian cerita dan kisah perjalanan liburan ini, tetapi
sekali lagi saya masih belum dapat untuk mengakhirinya, sehingga akhirnya
muncullah lanjutannya pada seri kesebelas ini. Namun kali ini saya akhirnya
benar-benar meniatkan serta memutuskan bahwa seri ini harus jadi yang terakhir
walaupun mungkin seri ini akan sangat panjang. Selamat membaca.
Kami
sampai kembali di Vivo City Mall sekitar pukul 13.00. Hari sudah siang dan mall
sudah semakin ramai oleh pengunjung, baik pengunjung lokal maupun wisatawan
asing seperti kami. Waktu kami berikutnya lebih banyak kami habiskan untuk
melihat-lihat di dalam mall. Ibu dan kedua adik saya melihat-lihat pakaian di
beberapa tenant yang terdapat di dalam mall serta kalau tidak salah ingat
mereka akhirnya membeli beberapa potong pakaian dengan harga yang cukup murah.
Beberapa tenant disana sepertinya sadar bahwa akhir tahun merupakan waktu
dimana banyak wisatawan dalam maupun luar negeri yang berkunjung kesana
sehingga mereka memutuskan memberikan diskon yang cukup lumayan untuk menarik
pembeli dan mendongkrak penjualan, sebuah strategi yang sebenarnya sudah cukup
sering digunakan oleh pedagang, khususnya tenant di dalam mall, seperti halnya pula
umum dijumpai di Indonesia. Saya sendiri awalnya mencoba untuk membeli suatu
jenis makanan yang membuat saya penasaran sejak dari Indonesia yaitu Burger
King. Sebenarnya makanan tersebut juga sudah ada di Indonesia, namun tidak ada
di Surabaya (dulu sempat ada, tetapi mungkin karena kurang laris, akhirnya
ditutup), melainkan hanya ada di Jakarta. Saya sempat melihat harganya dan
ternyata cukup mahal, kalau tidak salah untuk satu potong burger sekitar S$ 10
atau sekitar IDR 100.000. Mahal bukan ?
Setelah
puas berjalan-jalan serta melihat-lihat di dalam mall dan karena hari sudah
semakin siang (mendekati pukul 2 siang), kami akhirnya memutuskan untuk menuju
ke lokasi makan semacam food court untuk membeli makan siang kami sebelum kami
akan kembali ke Indonesia menggunakan ferry. Kami segera menuju kesana agar
supaya dapat mengejar ferry dengan jam keberangkatan sekitar pukul 16.00. Kami
hanya memiliki waktu sisa sekitar dua jam untuk santap siang serta menukarkan
tiket dan kemudian menunggu jadwal check-in di ruang tunggu keberangkatan. Kami
mengejar jam keberangkatan itu agar ketika sampai kembali di Indonesia hari masih
belum larut malam, sebab kami juga masih harus singgah ke pusat perbelanjaan
untuk belanja oleh-oleh untuk beberapa kerabat serta teman dari kedua orang tua
saya yang ada di Tuban.
Makan Siang Terakhir Di Singapore (sumber: dok. pribadi) |
Ketika
kami sampai disana, keadaan food court tersebut ternyata sangat ramai sekali.
Banyak sekali orang yang berada disana untuk makan. Bahkan karena terlalu
banyaknya orang, cukup banyak pula orang yang belum mendapat tempat duduk,
begitu juga dengan kami. Kami harus menunggu beberapa saat sebelum akhirnya
kami memperoleh tempat duduk, itupun kami tidak bisa duduk semeja, sebab jumlah
kursi yang ada tidak memadai. Sambil menunggu adanya meja dan kursi yang dapat
ditempati, beberapa dari kami memutuskan untuk berkeliling dulu untuk
melihat-lihat jenis makanan apa saja yang dijual disana. Saya sendiri
berkeliling serta melihat-lihat dulu berbagai macam kedai penjual makanan untuk
mengetahui makanan apa saja yang ada disana. Saya mencari makanan yang terlihat
enak dan unik yang kemungkinan belum ada di Indonesia.
Di dalam food court tersebut dijual aneka ragam makanan, mulai dari makanan asli Singapura, makanan Indonesia seperti penyetan, Nasi Padang, dan lain sebagainya, ada pula makanan khas Jepang, Chinese Food, Korean Food. Cukup lengkap juga jenis makanan yang dijual disana. Banyaknya pilihan makanan yang dijual disana cukup membuat saya bingung dalam menentukan jenis makanan yang hendak saya pilih untuk santap siang itu, namun akhirnya saya memutuskan untuk memilih makanan yang dijual di kedai makanan Jepang (kalau tidak salah ingat). Saya lupa nama makanannya, tetapi yang jelas di dalamnya ada nasi, Ikan Dori Goreng, sambal, dan satu jenis lauk lagi (lihat gambar agar lebih jelas).
Di dalam food court tersebut dijual aneka ragam makanan, mulai dari makanan asli Singapura, makanan Indonesia seperti penyetan, Nasi Padang, dan lain sebagainya, ada pula makanan khas Jepang, Chinese Food, Korean Food. Cukup lengkap juga jenis makanan yang dijual disana. Banyaknya pilihan makanan yang dijual disana cukup membuat saya bingung dalam menentukan jenis makanan yang hendak saya pilih untuk santap siang itu, namun akhirnya saya memutuskan untuk memilih makanan yang dijual di kedai makanan Jepang (kalau tidak salah ingat). Saya lupa nama makanannya, tetapi yang jelas di dalamnya ada nasi, Ikan Dori Goreng, sambal, dan satu jenis lauk lagi (lihat gambar agar lebih jelas).
Setiap
pembeli di food court tersebut harus menunggu sendiri makanan yang telah dia
pesan sampai selesai disiapkan, sebab tampaknya tidak disediakan tenaga
pengantar makanan ke tempat duduk atau meja. Saya sendiri pun juga sama, harus
menunggu makanan yang saya pesan selesai disiapkan oleh penjual makanan.
Lumayan lama saya menunggu karena memang keadaan sedang sangat ramai. Sekitar 5
menit menunggu akhirnya makanan yang saya pesan telah siap dan bisa diambil.
Masing-masing makanan diletakkan di meja dekat kasir serta diberi identitas
masing-masing. Pelayan akan memanggil sesuai dengan nomor urut serta
menyebutkan jenis makanannya.
Setelah
kami semua selesai bersantap siang, kami bergegas meninggalkan area food court
dan menuju ke area utama mall lalu kemudian menuju ke area tempat keberangkatan
ferry. Lokasi keberangkatan ferry masih berada di dalam satu komplek mall, jadi
kami masih bisa berjalan-jalan disekitarnya sambil menunggu jadwal
keberangkatan. Ketika kami telah tiba di lokasi keberangkatan ferry, hal
pertama yang kami lakukan adalah menukarkan bukti pembelian tiket dengan tiket
ferry. Tiket ferry kami telah dibelikan oleh adik saya yang tinggal di Batam
sejak masih di Indonesia. Cukup lama kami menunggu disana yaitu sekitar 1,5 jam
sebelum akhirnya informasi yang terpampang pada penunjuk keberangkatan
memberikan informasi bahwa semua penumpang ferry dengan nomor keberangkatan
yang sesuai tertera di tiket kami telah boleh check-in. Sambil menunggu kami
duduk-duduk di bangku-bangku yang disediakan. Karena cukup lama menunggu
beberapa dari kami sampai mengantuk, selain karena cukup bosan, juga
dikarenakan kami telah sejak dari pagi keliling-keliling ke beberapa tempat
yang tentu cukup menguras tenaga.
Sambil
menunggu jadwal check-in untuk ferry yang hendak kami tumpangi untuk kembali ke
Indonesia, kami juga menyempatkan diri untuk mengisi formulir yang nantinya
akan diserahkan ke pihak imigrasi Singapura sebagai bukti atau pernyataan bahwa
kami hendak keluar dari Singapura. Setelah saya selesai mengisi formulir
tersebut, saya duduk-duduk dulu sejenak. Namun karena cukup bosan, waktu menunggu
yang masih cukup lama, serta karena masih penasaran dengan isi Vivo City Mall,
maka saya putuskan untuk melihat-lihat lagi sejenak. Akan tetapi, supaya tidak ketinggalan
informasi check-in, saya memutuskan untuk melihat-lihat tidak terlalu jauh dari
lokasi gerbang keberangkatan ferry. Dari arah lokasi di dekat gerbang
keberangkatan pula kita dapat melihat langsung ke arah pelabuhan yang terdapat
di bawah. Disana tampak beberapa kapal yang sandar maupun kapal yang hendak
berangkat dari pelabuhan. Pelabuhan tampak ramai sekali, baik oleh kapal
berukuran kecil (ferry) maupun kapal yang berukuran lebih besar, bahkan kalau
tidak salah ingat ada pula kapal sekelas cruise yang bersandar disana.
Akhirnya
sekitar pukul 16.00 kami telah bisa check-in ke dalam gerbang keberangkatan.
Kami pun langsung berkemas serta mengecek ulang seluruh barang bawaan kami agar
tidak sampai ada yang tertinggal. Setelah itu kami semua berjalan menuju ke
lokasi gerbang pengecekan imigrasi Singapura. Formulir yang sebelumnya telah
kami isi diminta serta dicek oleh petugas, begitu pula dengan paspor kami. Tak
seberapa lama kami telah memperoleh stempel di paspor kami masing-masing itu
artinya kami telah dinyatakan secara resmi keluar dari Singapura pada saat itu
juga, walaupun secara lokasi kami masih berada di wilayah Singapura, namun
secara ijin resmi kami telah dinyatakan keluar dari Negeri Singa tersebut. Saat
itu juga, di dalam benak saya secara pribadi berkata, ‘Selamat tinggal
Singapura. Semoga suatu saat nanti saya masih memiliki kesempatan untuk dapat
berkunjung ke negerimu lagi. Suatu negeri yang sangat indah, tertib, bersih,
dan rapi dalam cukup banyak aspek.’ Setelah melewati gerbang imigrasi, kami pun
terus melaju menuju ke gerbang yang dapat mengantar kami menuju ke ferry yang
akan mengantar kami kembali ke Indonesia. Tidak dibutuhkan waktu lama untuk
sampai ke ferry yang hendak kami tumpangi, hanya sekitar 5 menit saja, sebab
lokasinya memang tidaklah terlalu jauh dari gerbang pengecekan imigrasi. Segera
setelah kami berada di dermaga, kami segera masuk ke dalam ferry.
Ferry
yang kami tumpangi sore itu tidaklah terlalu penuh dengan penumpang dan bahkan
cenderung kosong. Hal yang wajar mengingat hari dimana kembali ke Indonesia
sebenarnya masih belum waktunya bagi para wisatawan dari Indonesia untuk
kembali. Tanggal 27 Desember bisa jadi justru banyak wisatawan dari Indonesia
yang baru berangkat menuju ke Singapore dan umumnya mereka akan tinggal disana
sampai setelah Tahun Baru. Singapore memang memanjakan wisatawan, baik lokal
maupun asing, dengan pertunjukan yang sangat menawan di malam Tahun Baru.
Setahu saya pertunjukan biasanya diadakan di Sentosa Island dan Marina Bay
Sands.
Kembali
lagi ke cerita kami sebelumnya. Setelah berada di dalam ferry, ferry yang kami
tumpangi tidak langsung berangkat. Kami masih perlu menunggu sejenak, mungkin
sekitar 10 menit, untuk para kru dan petugas pelabuhan mempersiapkan
keberangkatan ferry. Setelah sekitar 10 menit kami menunggu, saya mendengar
pelan-pelan mesin ferry mulai berderu, itu artinya ferry sebentar lagi akan
segera berangkat dan hal itu juga berarti bahwa kami akan segera resmi
meninggalkan Singapura. Pelan-pelan ferry yang kami tumpangi mulai bergerak
mundur dan menjauh dari dermaga. Waktu menunjukkan sekitar pukul 16.30 ketika
ferry mulai beranjak dari dermaga. Setelah cukup jauh dari dermaga, ferry
memutar arah dan mulai bergerak menuju ke Batam di Indonesia. Saat ferry mulai
bergerak itu pula, saya sekali lagi dalam hati dan pikiran berkata, ‘Selamat
tinggal Singapura. Terima kasih untuk kesempatan yang indah ini dimana saya dan
keluarga bisa mengunjungi serta menikmati berbagai atraksi serta keindahan
berbagai lokasi di negaramu. Semoga suatu saat saya dan keluarga masih
berkesempatan untuk berkunjung kembali ke negerimu yang indah. Semoga.’
Walaupun
ferry yang saya tumpangi telah semakin menjauh dari dermaga, namun pandangan
saya masih belum dapat saya lepaskan dari Singapura. Rasanya saya masih
berharap untuk dapat tinggal disana beberapa hari lagi, terlebih untuk
menyaksikan serta menikmati malam Tahun Baru yang indah disana. Saya pun
mengabadikan perjalanan pulang menuju Indonesia dari dalam ferry. Saya
mengabadikannya dalam bentuk video yang masih saya simpan sampai saat ini.
Dalam setiap detik yang berjalan pada rekaman video saya, saya beberapa kali
tetap berujar, ‘semoga suatu saat saya bisa berkesempatan untuk berkunjung lagi
ke Singapura’. Kalimat tersebut saya ulangi beberapa kali dalam hati dan
pikiran dan semoga benar-benar menjadi kenyataan suatu saat nanti.
Pelajaran serta pengalaman lain yang baru saya ingat adalah jangan coba-coba berbuat yang aneh-aneh atau macam-macam atau bertingkah mencurigakan di Singapura, sebab setahu saya di semua lokasi publik disana terdapat kamera pengawas. Saat kami baru datang, ketika kami sedang berjalan menuju ke stasiun MRT yang hendak membawa kami menuju ke daerah Bugis, kami mendengar derap langkah beberapa orang yang turun dengan cepat menggunakan eskalator. Setelah saya menoleh, ternyata mereka adalah beberapa orang petugas keamanan negara Singapura yang sedang mengejar serta kemungkinan menghentikan seorang pria dengan warna kulit agak gelap dan membawa tas ransel. Dugaan saya, mungkin saja, pria tersebut adalah orang yang dicurigai sebagai salah satu buronan pemerintah atau orang yang masuk dalam daftar pencarian orang. Selain itu, jangan pernah sekali-kali menggunakan kamera saat sedang berada dalam antrian di imigrasi, sebab dengan tidak segan-segan petugas keamanan akan menghampiri serta menegur kita.
Total dibutuhkan waktu sekitar 60 menit perjalanan menggunakan ferry untuk sampai kembali di Indonesia. Ferry yang kami tumpangi mulai bersandar kembali di dermaga pelabuhan di Batam Center sekitar pukul 17.30 WIB. Hari sudah mulai gelap ketika kami tiba kembali di negeri kita tercinta Indonesia.
Total dibutuhkan waktu sekitar 60 menit perjalanan menggunakan ferry untuk sampai kembali di Indonesia. Ferry yang kami tumpangi mulai bersandar kembali di dermaga pelabuhan di Batam Center sekitar pukul 17.30 WIB. Hari sudah mulai gelap ketika kami tiba kembali di negeri kita tercinta Indonesia.
Segera
setelah kapal telah benar-benar selesai bersandar di dermaga, kami semua
beranjak turun dari kapal dan segera berjalan menuju ke bagian pengecekan
barang bawaan di pintu kedatangan penumpang di Indonesia. Segera setelah itu
kita menuju ke bagian imigrasi di Indonesia untuk menerima stempel di paspor
sebagai bukti bahwa kami telah kembali ke wilayah negara Indonesia. Setelah
paspor kami distempel oleh petugas, kami segera dan terus melanjutkan
perjalanan kami menuju ke arah pintu keluar dari komplek gedung pelabuhan Batam
Center. Beruntungnya kami sebab pada waktu hari keberangkatan kami, kami
memperoleh lokasi parkir mobil yang cukup dekat dengan pintu keluar sehingga
kami tidak perlu berjalan terlalu jauh. Adik ipar saya dengan segera mengambil
mobil dan kami menunggu di seberang lokasi pintu keluar.
Coklat oleh-oleh yang kami beli di supermarket Top 100 (sumber: dok. pribadi) |
Segera
setelah mobil telah sampai di tempat kami menunggu, kami bergegas memasukkan
seluruh barang bawaan kami ke dalam mobil. Sejurus kemudian kami pun langsung
masuk ke dalam mobil. Tujuan kami berikutnya adalah berhenti sejenak di
supermarket Top 100 untuk membeli oleh-oleh untuk kerabat maupun teman-teman
dekat dari kedua orang tua saya dan juga adik terkecil saya. Kami berada di
dalam supermarket Top 100 tidak terlalu lama, mungkin hanya sekitar 30 menit
saja. Setelah seluruh belanjaan oleh-oleh telah terkumpul, dengan segera kami
menuju ke kasir untuk membayar dan sejurus kemudian segera beranjak keluar dari
sana. Waktu telah menunjukkan sekitar pukul 19.00 WIB ketika kami keluar dari
lokasi perbelanjaan tersebut.
Sate Padang (sumber: dok. pribadi) |
Setelah
urusan berbelanja oleh-oleh telah beres semua, maka saatnya untuk menikmati
santap malam. Malam terakhir kami di pulau Batam, kami sekeluarga memutuskan
untuk makan malam di lokasi tempat makan terbuka yang bernama Acia Ikan Bakar
yang terletak di dekat Nagoya City Walk Mall. Walaupun tempat makan tersebut
bernama Acia Ikan Bakar, namun makanan yang dijual disana tidak hanya berbahan
dasar ikan, terdapat pula berbagai jenis makanan lain seperti Sate Padang,
Rujak, aneka macam gorengan, Kwetiau, Ifumie, dan lain-lain. Cukup lengkap
makanan yang dijual oleh para pedagang disana.
Ifumie Binjai (sumber: dok. pribadi) |
Saya
sendiri malam itu memesan Ifumie Binjai sebagai santap malam saya. Ayah saya
memesan Sate Padang untuk dijadikan lauk bersama dan juga sebagai camilan
sambil menunggu makanan utama yang dipesannya selesai dibuat dan diantarkan.
Adik terkecil saya juga memesan makanan yang sama dengan saya. Harga seporsi Ifumie
Binjai IDR 25 Ribu. Harga tersebut setahu saya sedikit lebih mahal dibandingkan
harga di Jawa, tetapi masih dapat dimaklumi sebab beberapa bahan makanan di
Batam disuplai dari Jawa maka wajar jika harganya sedikit lebih tinggi.
Tampilan Ifumie Binjai sekilas mirip dengan Tamie Kuah, perbedaan hanya pada
warna kuah yang kehitaman, dimana pada Tamie Kuah biasanya berwarna bening
(silakan lihat pada foto di atas untuk foto Ifumie Binjai). Untuk minuman,
kalau tidak salah waktu itu saya memesan segelas Es Teh Manis. Perlu diketahui
juga bahwa Es Teh Manis di Batam lebih dikenal dengan nama Teh Obeng. Saya
sendiri awalnya juga tidak tahu istilah tersebut, namun seiring waktu akhirnya
mulai paham dan sedikit terbiasa.
Secara
keseluruhan sekitar satu jam kami waktu yang kami butuhkan untuk makan malam,
mulai dari memesan makanan hingga seluruh makanan telah ludes kami santap.
Segera setelah seluruh proses makan malam kami telah usai, kami bergegas
meninggalkan lokasi Acia Ikan Bakar, sebab hari telah mulai beranjak malam
sekitar pukul 20.00 WIB. Kami masih harus menata kembali seluruh barang bawaan
kami serta seluruh buah tangan yang telah kami beli sebelumnya. Setelah itu
kami juga perlu untuk segera beristirahat, sebab keesokan pagi kami harus sudah
berada di bandara untuk terbang kembali ke Surabaya. Sekitar pukul 20.30 WIB
kami semua telah sampai kembali di rumah adik saya yang telah selama 3 hari
terakhir kami tinggalkan. Begitu telah berada di dalam rumah, sebagian dari
kami beristirahat dan duduk sejenak, sebagian lagi sibuk menata ulang barang
bawaan kami yang akan kami bawa kembali ke Surabaya. Setelah istirahat sejenak,
satu per satu kami pun mandi agar badan ini terasa segar kembali setelah
seharian beraktivitas diluar ruangan.
Ketika
semua acara beres-beres dan mandi telah selesai kami semua lakukan, kami semua
sudah berada di dalam kamar. Namun kami masih belum langsung tidur, kami
sempatkan untuk menonton televisi sejenak setelah selama sekitar tiga hari minim
sekali menonton televisi. Namun kami tidak terlalu lama menonton televisi,
sebab esok hari kami harus bersiap agak pagi, walaupun tidak sepagi saat hendak
berangkat ke Singapura beberapa hari sebelumnya. Pesawat yang hendak kami
tumpangi untuk kembali ke Surabaya akan berangkat sekitar pukul 09.00 WIB.
Pagi
hari tanggal 28 Desember 2015, kami semua bangun sekitar pukul 05.30 WIB dan
kemudian segera bersiap-siap. Kami segera mandi dan kemudian mengecek ulang
seluruh barang bawaan kami agar tidak ada yang tertinggal. Sekitar pukul 06.30
WIB kami semua telah selesai bersiap-siap dan segera meninggalkan rumah untuk
sarapan pagi terlebih dahulu sebelum kemudian menuju ke bandara. Pagi itu kami
sekali lagi sarapan pagi di komplek Penuin. Namun kali ini kami sarapan pagi
berupa Pangsit Mie yang menurut adik saya merupakan salah satu yang paling enak
di sekitar tempat tinggalnya di Batam. Sekitar 30 menit kami habiskan untuk
sarapan pagi. Segera setelah sarapan kami selesai, kami segera beranjak dari
rumah makan. Tujuan kami selanjutnya adalah menuju ke bagian lain komplek pasar
untuk membeli beberapa makanan ringan yang barangkali dapat digunakan untuk
mengganjal perut jika siang hari nanti lapar dan sekaligus supaya kami semua
tahu rasa makanan atau jajanan yang ada di Batam. Tak terlalu banyak jajanan
yang kami beli sebab selain kami memang masih kenyang, tujuan utamanya hanya
supaya tahu rasanya serta untuk berjaga-jaga saja jika sewaktu-waktu lapar.
Setelah
acara sarapan dan membeli jajanan selesai, kami segera beranjak dari komplek
Penuin dan kemudian memulai perjalanan menuju bandara. Dibutuhkan sekitar 20
menit dari komplek Penuin untuk sampai ke bandara. Lokasinya memang tidak
terlalu jauh dan didukung pula lalu lintas yang belum terlalu ramai pagi itu,
mungkin karena masih cukup banyak yang berlibur. Di sepanjang perjalanan kami
menyaksikan beberapa orang yang masih masuk kerja berangkat bekerja serta
melihat pemandangan sekilas yang ada di sisi kiri dan kanan jalan. Secara umum
lokasi atau wilayah di Batam memang masih cukup banyak yang kosong terutama di
wilayah pinggiran.
Kami
tiba di bandara sekitar pukul 07.40 WIB dan langsung menurunkan barang bawaan
kami semua dari mobil. Tak lupa kemudian kami sekeluarga berpamitan dengan adik
dan juga adik ipar saya sekaligus mengucapkan salam perpisahan dan ucapan
terima kasih karena selama sekitar enam hari terakhir telah menjamu kami semua
serta menemani kami berjalan-jalan di Batam dan Singapura. Agak sedih rasanya
harus berpisah, namun kadang perpisahan memang harus ada, sebab kami semua
masing-masing memang memiliki aktivitas maupun kesibukan lain yang harus
dikerjakan. Pagi itu pula, adik saya juga harus mulai membuka kembali apoteknya
yang sudah ditutup selama beberapa hari, mulai dari tanggal 24 Desember sampai
dengan tanggal 27 Desember. Segera setelah kami selesai berpamitan, kami
sekeluarga pun masuk ke bandara dan saya menyaksikan tak lama kemudian adik
saya juga beranjak dari bandara. Berakhir sudah pertemuan kami sekeluarga pada
pagi hari itu.
Pagi
itu, pesawat kami berangkat sekitar pukul 09.40 WIB dan dijadwalkan tiba di
Surabaya sekitar pukul 11.40 WIB. Di dalam bandara kami masih memiliki waktu
sekitar 1 jam 30 menit sebelum akhirnya kami mulai diijinkan untuk masuk ke
dalam pesawat. Sebelum menuju ke ruang tunggu keberangkatan pesawat, terlebih
dahulu kami perlu melakukan check-in dengan menunjukkan bukti tiket yang telah
kami beli sebelumnya ke petugas yang berwenang serta menaruh sebagian besar
barang bawaan kami ke conveyor belt yang nantinya akan diterima petugas di sisi
lain serta ditaruh pada bagasi pesawat.
Wafer yang saya beli untuk oleh-oleh (sumber: dok. pribadi) |
Waktu
menunggu yang cukup lama kami manfaatkan untuk duduk di ruang tunggu
keberangkatan. Akan tetapi karena waktu yang menurut saya masih cukup lama,
akhirnya saya bosan juga (saya termasuk orang yang cukup mudah bosan apabila
diharuskan menunggu dalam waktu terlalu lama), daripada bosan akhirnya saya
putuskan untuk berjalan-jalan melihat-lihat keadaan bandara. Saya melihat-lihat
apa saja yang ada di dalam bandara Hang Nadim. Saya berjalan-jalan serta
melihat-lihat toko maupun stand yang terdapat dalam bandara. Rata-rata toko
atau stand yang ada disana menjual makanan dan oleh-oleh, baik yang khas Batam
maupun makanan atau snack yang umum dijual di pasaran. Saya jalan cukup jauh
dari ruang tunggu keberangkatan dan kemudian kembali lagi kesana. Ternyata
masih belum waktunya berangkat. Saya duduk sebentar dan tak lama kemudian
beranjak jalan lagi, kali ini sedikit lebih jauh dari sebelumnya. Saat kembali,
saya memutuskan untuk membeli suatu snack impor yang dijual di salah satu toko
dalam bandara. Snack impor tersebut ternyata harganya tidak terlalu mahal,
kalau tidak salah ingat hanya sekitar IDR 30 ribu saja. Saya membeli satu
bungkus untuk seseorang di Tuban. Snack yang saya beli tersebut berupa wafer
rasa Strawberry (jika saya tidak salah ingat).
Segera
setelah selesai membeli buah tangan kecil tersebut, saya bergegas kembali ke
area ruang tunggu keberangkatan pesawat. Perlu diketahui pula mengingat bahwa
Bandara Hang Nadim tidak sebesar Bandara Juanda di Surabaya, maka ruang tunggu
keberangkatan juga tidak terlalu besar ukurannya. Namun mengingat saat itu
masih cukup pagi, jadi ruang tunggu tersebut masih cukup untuk menampung
seluruh calon penumpang yang akan terbang pada pagi hari itu. Jika tidak salah
ingat, pagi hari itu langit tampak mendung dan sedikit gerimis. Menunggu memang
membosankan, namun ada sedikit keindahan di ruang tunggu bandara pada pagi hari
itu yaitu saya bisa melihat secara langsung ke landasan di bandara sehingga
dapat melihat beberapa pesawat yang bergerak untuk parkir setelah mendarat
maupun pesawat yang hendak lepas landas.
Saya
masih perlu menunggu sekitar 30 menit setelah membeli oleh-oleh pagi itu.
Setelah itu kami diinfokan bahwa pesawat telah selesai disiapkan dan para
penumpang bisa masuk ke dalam pesawat melalui lorong yang disediakan yang
langsung terhubung ke pintu masuk pesawat. Kali ini kami tidak perlu berjalan
kaki dan turun ke landasan tetapi langsung terhubung dan masuk ke dalam badan
pesawat. Kami semua masuk ke dalam pesawat dengan tidak tergesa-gesa sebab
waktu yang tersedia memang masih cukup. Begitu berada di dalam pesawat, kami
lalu menaruh sebagian besar barang bawaan ke dalam bagasi yang berada di kabin
pesawat. Setelah itu kami semua di bangku masing-masing sesuai dengan nomor
yang tertera pada tiket pesawat kami.
Di
dalam pesawat kami menunggu tidak terlalu lama, hanya sekitar 10 menit. Waktu
tersebut tampaknya digunakan oleh pihak kru pesawat untuk berkoordinasi,
mengecek, serta mempersiapkan keberangkatan pesawat. Perlu diketahui pula bahwa
naik pesawat berbeda dengan naik kendaraan atau transportasi umum lainnya,
salah satu perbedaan yang paling saya ingat adalah ketika kita sudah menaruh
barang bawaan di bagasi yang terdapat dalam kabin pesawat, maka kita dilarang
atau disarankan untuk tidak menutup sendiri pintu bagasi tersebut, sebab
petugas atau pramugari pesawat akan mengecek serta merapikan ulang seluruh
barang yang terdapat dalam kompartemen bagasi pesawat agar aman dan
meminimalkan pintu bagasi terbuka serta barang yang terdapat di dalamnya jatuh
serta menimpa kepala penumpang. Hal yang berbeda jika kita naik misalnya bus
dimana kita dianjurkan atau bahkan diwajibkan untuk menutup sendiri pintu atau
penutup bagasi yang terletak di atas kepala. Bahkan ada pula bus yang bagasinya
tidak memiliki penutup sehingga barang bisa terjatuh dan menimpa kepala
penumpang.
Penerbangan
berlangsung sama seperti ketika kami berangkat dahulu yaitu sekitar 2 jam.
Penerbangan berjalan lancar dan tanpa gangguan sehingga kami bisa tiba di
Bandara Juanda Surabaya dengan selamat dan tepat waktu. Dalam penerbangan saya
sedikit tertidur mungkin karena cukup lelah selama agenda jalan-jalan di Batam
dan Singapura. Segera setelah mendarat di Bandara Juanda Surabaya, agenda
pertama kami adalah menunggu serta mengambil bagasi di bagian pengambilan
bagasi pesawat. Cukup lama kami menunggu sampai kami dapat memperoleh seluruh
barang bawaan kami yang ditaruh di bagasi pesawat yaitu sekitar 30 menit.
Segera setelah seluruh barang bawaan kami telah berhasil kami kumpulkan, kami
bergegas keluar dari area ruang kedatangan bandara. Kami menunggu ayah saya
diluar area kedatangan bandara. Ayah saya menuju ke parkiran untuk mengambil mobil
yang sudah diparkir serta menginap di sana selama beberapa hari.
Sekitar
pukul 12.00 kami sekeluarga beranjak keluar dari lokasi Bandara Internasional
Juanda, setelah sebelumnya memasukkan seluruh barang bawaan kami ke dalam
mobil. Bersamaan dengan perjalanan kami keluar dari Bandara Internasional
Juanda, maka berakhir pula seluruh rangkaian kisah perjalanan liburan kami
sekeluarga di Batam dan Singapura pada akhir tahun 2015 yang lalu. Semoga
celoteh panjang dan sharing saya ini dapat memberi sedikit pelajaran, kesan,
tambahan wawasan, dan sebagainya. Tetap nantikan sharing kisah perjalanan saya
berikutnya apabila ada. Sekian.
No comments:
Post a Comment