Setelah serangkaian cerita dan perjalanan panjang dari sejak seri pertama kisah Pelajaran dan Pengalaman Dari Batam – Singapore Trip 2015, maka akhirnya sampailah juga saya pada sebuah keputusan untuk segera mengakhiri rangkaian panjang cerita ini. Seri kesembilan ini awalnya saya rancang sebagai seri terakhir dari rangkaian kisah tersebut, namun ternyata setelah saya tulis, rangkaian kalimat demi kalimat yang ada menjadi sangat panjang, oleh karena itu akhirnya saya putuskan untuk menambah satu seri lagi yaitu seri kesepuluh yang akan tayang setelah seri ini. But anyway, selamat membaca.
Jujur, awalnya saya tak pernah mengira jika rangkaian tulisan ini bakal sampai sepanjang ini, tetapi karena memang rangkaian tulisan ini merupakan rangkaian kisah dari perjalanan sejak hari pertama hingga terakhir dari wisata keluarga yang mengunjungi cukup banyak lokasi di dua negara serta memiliki banyak kisah, maka sebenarnya wajar juga jika kisahnya menjadi sepanjang ini. Saya rasa cukup pengantar dan basa-basinya, langsung saja kita masuk ke bagian akhir dari rangkaian cerita ini.
Pada hari terakhir kami di Negeri Singa, kami masih memiliki sejumlah agenda kunjungan ke obyek wisata yang harus kami jalani. Mengingat ini merupakan hari terakhir, maka kami putuskan untuk bangun serta memulai seluruh rangkaian kegiatan sedikit lebih pagi. Hari itu pula kami juga check out dari hotel tempat kami menginap selama tiga hari terakhir. Segera setelah seluruh persiapan mulai dari bangun tidur hingga mandi serta beres-beres seluruh barang bawaan telah selesai, maka kami bergegas menuju lobby hotel dan menyerahkan seluruh kunci kamar hotel yang kami gunakan. Kami keluar dari hotel sekitar pukul 08.30 pagi waktu Singapore.
Tujuan pertama kami pada pagi hari itu adalah Albert Centre (masih ingatkan dengan tempat ini ? Jika lupa, bisa cek infonya disini) untuk sarapan pagi. Seperti biasa, untuk dapat sampai kesana, kami harus melalui Bugis Street Market. Segera setelah sampai disana, kami segera dan bergegas untuk memilih menu sarapan pagi kami masing-masing. Jika tidak salah ingat, pagi itu saya memilih menu yang ringan saja yaitu Bubur Kacang Hijau. Setelah seluruh santapan kami telah habis dimakan, kami bergegas meninggalkan lokasi Albert Centre untuk menuju ke stasiun MRT.
Singapore Botanic Garden (jika tak salah ingat, gate di belakang itu merupakan pintu masuk dan pintu keluar kami dari Botanic Garden) [sumber: google] |
Tujuan pertama kami pada hari itu adalah Singapore Botanic Garden, lokasi yang awalnya kami rencanakan untuk kunjungi pada dua hari sebelumnya, namun akhirnya kami putuskan untuk ubah pada hari terakhir. Mengapa demikian ? Sebab lokasi ini memang kurang menawarkan pilihan untuk dinikmati sebagai obyek wisata, kecuali bagi mereka yang memang mencintai lokasi wisata alam terbuka nan hijau dan sejuk. Singapore Botanic Garden memang merupakan kebun atau taman bunga atau tumbuh-tumbuhan hijau yang dibuat oleh pemerintah Singapura untuk memberikan kesan kesejukan, asri, serta hijau di Singapura yang dikenal sebagai negara dengan banyak gedung tinggi serta pusat perbelanjaan. Pemerintah Singapura agar negeri itu juga dapat dikenal sebagai negara yang hijau, selain sebagai pusat perbelanjaan. Detail mengenai Singapore Botanic Garden mungkin akan saya bahas di lain waktu pada tulisan yang terpisah.
Kurang lebih seramai inilah suasana saat kami berada di Botanic Garden (sumber: google). |
Singapore Botanic Garden merupakan suatu taman yang sangat luas sekitar 85 hektar luasnya. Taman ini bagaikan surga ditengah himpitan gedung-gedung bertingkat serta pusat perbelanjaan yang ada di lokasi sekitarnya. Taman ini jika tidak salah terletak tidak terlalu jauh dari Orchard Road yang merupakan surga belanja di Singapore. Ketika kami berada disana, kami menyaksikan banyak orang melakukan beragam aktivitas di dalam taman tersebut, ada yang berolahraga, ada yang sekedar jalan-jalan menikmati hijaunya padang rumput serta berbagai ragam tanaman lainnya, piknik bersama keluarga maupun rekan kerja, serta beragam aktivitas lainnya.
Mengingat begitu luasnya taman tersebut dan karena beberapa dari kami agak sedikit malas berjalan-jalan di dalam taman, maka kami memilih duduk-duduk di gazebo yang disediakan di beberapa lokasi di dalam taman. Saya dan adik-adik saya mencoba untuk berjalan-jalan sebentar melihat-lihat lokasi serta beberapa macam tumbuhan yang terdapat di dalam taman tersebut. Kami menemukan bahwa disana terdapat beberapa macam tumbuhan yang sepertinya (seharusnya) tidak dapat bertumbuh di Negeri Singa. Namun dengan kecanggihan serta kehebatan penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti dan ahli botani, akhirnya ditemukan cara agar tanaman-tanaman yang seharusnya tidak dapat ditanam serta bertumbuh di Singapore dapat bertumbuh dengan baik di negara tersebut.
Kala kami sedang duduk-duduk di salah satu gazebo, tanpa sengaja kami mendengar beberapa orang berbicara menggunakan bahasa Jawa yang bercampur dengan bahasa Indonesia. Ternyata setelah ditanya oleh ayah saya, mereka adalah para tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Singapura. Mereka berkumpul bersama di taman tersebut seminggu sekali agar tetap dapat menjaga tali silaturahmi antar sesama tenaga kerja Indonesia disana. Mereka membawa beraneka ragam masakan serta makanan khas daerahnya masing-masing. Kebetulan saja yang kami jumpai waktu itu adalah mereka semua yang berasal dari beberapa kota di Jawa Timur, makanya mereka menggunakan logat Jawa Timuran yang cukup kental. Mereka menghabiskan hari Minggu bersama untuk berkumpul, berbagi cerita, serta menikmati makanan bersama-sama. Cukup akrab kebersamaan mereka, mungkin karena sama-sama didorong serta adanya kesadaran bahwa mereka adalah pekerja di negeri orang dan akan adanya kemungkinan suatu saat nanti mereka akan saling membutuhkan. Saya melihat mereka membawa sayur asem, sambal, tempe goreng, serta beberapa makanan khas Jawa Timur dan Indonesia lainnya. Kami hanya berbincang sebentar saja dengan mereka, sebab kami harus segera berpindah ke tujuan kami berikutnya dan sekaligus mengejar waktu agar tidak terlambat menggunakan penyeberangan ferry untuk kembali ke Indonesia di sore hari nanti.
Kami segera berjalan menuju ke arah keluar dari Singapore Botanic Garden. Singapore Botanic Garden memiliki arah pintu masuk dan pintu keluar yang sama. Oya sebagai tambahan info, kita dapat menikmati hijau dan asrinya Singapore Botanic Garden tanpa dipungut biaya sepeserpun. Detail lain mengenai Singapore Botanic Garden mungkin akan saya tulis secara terpisah pada tulisan lain (itupun jika saya sempat dan tidak malas). Ketika kami meninggalkan Botanic Garden, hari sudah cukup siang, mungkin sudah sekitar pukul 11.00.
Sekian dulu seri kesembilan dari rangkaian tulisan Pelajaran dan Pengalaman Dari Batam – Singapore Trip 2015. Semoga ada manfaat yang dapat diambil dari tulisan ini. Nantikan seri terakhirnya pada seri berikutnya.
No comments:
Post a Comment