Mengenal lebih dekat Anthony Tan sang founder Grab (sumber foto: www.google.com) |
Di kota-kota besar di Indonesia, aplikasi atau
layanan ride sharing maupun ojek atau taksi online sudah jamak dijumpai
dimana-mana. Persaingan sengit yang ada di bisnis tersebut melibatkan antara
perusahaan lokal maupun internasional. Salah satu perusahaan yang terlibat
dalam persaingan tersebut adalah Grab asal Malaysia. Nah, kali ini, kita akan
mencoba mengenal lebih dekat Anthony Tan
sang founder Grab.
Anthony Tan merupakan seorang warga negara Malaysia
yang dilahirkan di kalangan keluarga berada. Anthony menyelesaikan pendidikan
universitas dari Harvard Business School di Harvard University Amerika Serikat.
Keluarga besarnya merupakan pemilik bisnis perakitan mobil dan jaringan distribusi
mobil Jepang di Malaysia dengan nama Tan Chong Motor Holdings Bhd. Perusahaan
tersebut merupakan produsen dan distributor utama mobil Nissan di Malaysia.
Mengenal lebih
dekat Anthony Tan sang founder Grab,
tentu saja kita juga harus dan perlu mengenal lebih dekat pula mengenai
keluarganya. Kisah ini berawal dari kakek buyutnya. Kakek buyut Anthony merupakan
seorang sopir taksi di Malaysia. Kemudian kakeknya, Tan Yuet Foh, merintis
bisnis perakitan mobil dan distributor mobil Jepang dari nol. “Beliau hanya mampu
berbicara bahasa Hokkien. Ia tidak mempunyai teman, tidak ada dukungan
keluarga, namun ia mampu menghasilkan perusahaan yang hebat. Jadi apa alasan
saya ?”, begitulah ucapan Anthony tentang kakeknya yang mungkin juga sekaligus
ditujukan untuk memotivasi dirinya sendiri agar tidak kalah hebat dari sang
kakek. Ucapan Anthony tersebut juga sekaligus mengingatkan saya sendiri untuk
berani berjuang lebih dan lebih lagi dalam menjalankan bisnis saya di bidang IT
dengan produk utama adalah software akuntansi. Kalimat tersebut juga sekaligus menjadi
pengingat dan kritik bagi diri saya pribadi, jika mereka yang memulai dari
kondisi serba terbatas saja bisa sukses, saya yang memulai dengan kondisi lebih
beruntung dari mereka juga harus bisa sukses dan melebihi mereka.
Kini perusahaan keluarga tersebut dijalankan dan
dipimpin oleh ayah Anthony yang bernama Tan Heng Chew. Perlu diketahui pula
bahwa ayah Anthony merupakan salah seorang terkaya di Malaysia tahun 2015. Tan
Heng Chew merupakan seorang lulusan teknik sipil. Sementara ayahnya mengurus
perusahaan keluarga, ibu Anthony merupakan seorang pialang saham di Malaysia.
Jadi dapat dikatakan bahwa keluarga Anthony memang merupakan keluarga pebisnis
di Malaysia dan darah bisnis itu pun menurun ke Anthony.
Dengan melihat latar belakang keluarga besarnya,
kita pun jadi tahu bahwa Anthony yang kini berusia 34 tahun telah dekat dengan
dunia bisnis sejak usia dini. Hampir setiap hari Anthony kecil mendengar
berbagai cerita mengenai perjuangan berat yang harus dilalui kakek buyut dan
kakeknya. Keluarga besar Tan juga memiliki motto, “tidak pernah mengatakan
tidak”, motto yang tampaknya telah tertanam dengan erat di benak Anthony sejak
dia masih kecil.
Cita-cita menjadi pengusaha pun tampaknya sudah
dimiliki Anthony sejak saat dia masih kecil. Hal ini dibuktikan ketika dia
masih berusia 6 tahun dan ditanya mengenai cita-citanya nanti ketika dia
dewasa, dengan penuh percaya diri Anthony menjawab, “Aku ingin menjadi
pengusaha sukses !”. Dari hal itulah, bermulanya usaha pertama Anthony ketika
dia masih berusia 11 tahun yaitu berjualan komik.
Usaha pertama Anthony saat dia berusia 11 tahun
sebenarnya muncul dari sesuatu yang tidak disengaja. Saat itu, orang tua
Anthony mengajaknya ke suatu konvensi komik internasional di Singapura. Anthony
kecil sangat menyukai komik X-Men dan karena saking sukanya, pada acara
tersebut, Anthony memborong banyak sekali komik dengan tema super hero
tersebut. Begitu kembali ke Malaysia, banyak diantara teman-temannya ternyata
juga ingin memiliki komik seperti yang dimilikinya. Dari sana, Anthony memiliki
ide untuk bertukar koleksi buku komik sehingga semua anak punya kesempatan yang
sama untuk membacanya. Namun tak lama setelah pertukaran komik dimulai, Anthony
menyadari bahwa tak semua temannya memiliki komik atau barang sepadan lainnya
yang dapat saling dipertukarkan, maka dari itu teman-temannya memutuskan untuk
menggantinya dengan uang. Dari kejadian yang tak disengaja itulah, Anthony
kecil belajar untuk menjadi pengusaha yang sesungguhnya yaitu dengan
menggunakan uang untuk menambah stok barang dan mengubah stok barang menjadi
uang yang lebih banyak, begitu seterusnya.
Sekarang kita maju cepat ke masa depan. Kisah dan
petualangan bisnis Anthony ternyata masih terus berlanjut ketika dia dewasa.
Anthony dan seorang rekannya Tan Hooi Ling mendirikan perusahaan teknologi yang
menawarkan layanan logistik dan ride-sharing (berbagi tumpangan) yang bernama
Grab. Grab awalnya bernama MyTeksi, kemudian berganti nama menjadi GrabTaxi,
dan akhirnya berganti nama lagi menjadi Grab saja karena semakin luasnya jenis
layanan yang disediakan oleh perusahaan tersebut.
Ide awal Grab muncul saat Anthony masih duduk di
bangku kuliah di Harvard Business School, Harvard University, Amerika Serikat.
Ide tersebut berawal dari ‘curhatan’ salah seorang teman dekatnya. “Ia datang
ke rumah saya dan ketika liburan musim dingin dari sekolah bisnis. Ia
menggunakan taksi, ditipu supir taksi, dan marah-marah. Ia mengeluh kepada saya
dan bertanya, ‘mengapa kamu tidak melakukan sesuatu terhadap industri ini ?’
Hal tersebut seketika memicu saya untuk bertindak”, kata Anthony Tan dalam
suatu acara yang diadakan di Jakarta tahun 2014 yang lalu. Berbekal ide yang
berasal dari ‘curhatan’ temannya tersebut, Anthony akhirnya membangun layanan
pemesanan taksi online berbasis aplikasi yang bernama MyTeksi dan kemudian berganti
nama menjadi GrabTaxi pada tahun 2012. Aplikasi tersebut kemudian berganti nama
lagi menjadi Grab.
Merasa mantap dan yakin dengan aplikasi yang
dibuatnya, Anthony Tan akhirnya memilih meninggalkan bisnis keluarganya.
Padahal saat itu, posisi Anthony sudah cukup bagus di perusahaan dengan menyandang
jabatan kepala marketing Tan Chong Motor Holdings Bhd. yang dipimpin oleh
ayahnya. Anthony berpendapat, “membangun sesuatu dari bawah dengan hanya
bermodal PowerPoint dan menyaksikan bagaimana hidup orang terkena pengaruhnya
itu jauh lebih memuaskan.”
Ternyata pilihan Anthony tidak salah. Grab semakin
populer dan banyak digunakan oleh orang-orang di kawasan Asia Tenggara. Grab
juga mendapat suntikan dana besar dari beberapa investor. Raksasa
telekomunikasi Temasek dan Softbank termasuk yang menjadi investor Grab.
Menurut informasi, tahun 2015 yang lalu, Grab sukses mengumpulkan pendanaan
dari investor dengan nilai total mencapai USD 350 Juta atau sekitar Rp. 4,8
Triliun. Dengan investasi tersebut, Grab telah memperoleh total pendanaan USD
700 Juta sejak pertama kali dirilis pada tahun 2012.
Kini Grab telah berhasil mengekor kesuksesan Uber
dengan fokus utama di pasar Asia Tenggara. Cukup berbekal smartphone, orang
dapat memesan taksi dengan mudah dan dapat melacak dimana lokasinya. Grab kini
beroperasi di Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Indonesia, dan Filipina.
Hingga bulan Juli 2016 yang lalu, total driver yang dimiliki oleh Grab
berjumlah lebih dari 350 ribu driver. Anthony memiliki rencana ke depan untuk membawa
Grab melantai di bursa saham jika jumlah pesanan yang diperoleh Grab sudah
mencapai 2 juta pesanan setiap harinya.
Anthony Tan pernah berkata, “aku hidup di bawah
bayang-bayang kakekku. Namanya cukup terkenal di sini dan itu cukup melelahkan.”
Mendirikan Grab juga merupakan salah satu upayanya untuk dapat lepas dari
bayang-bayang kakeknya, keluarga besarnya, dan mencoba untuk mandiri. Seiring
semakin bagusnya pertumbuhan bisnis Grab, maka bukan tidak mungkin nama Anthony
Tan akan lebih dikenal dan populer dibandingkan nama kakeknya. Itulah sekilas
biografi Anthony Tan. Semoga artikel ini dapat membuat kita mengenal lebih dekat Anthony Tan sang
founder Grab. (diolah dari berbagai sumber di internet).
No comments:
Post a Comment