Mungkin sebagian besar dari kita sering mendengar orang mengucapkan kalimat mengenai latar belakang dia melakukan suatu hal tertentu, kalimat tersebut bisa disebut alasan. Mungkin sebagian besar juga sering mengucapkan kata-kata seperti ini, “ah, alasan saja kamu !”, ketika ada seseorang mengucapkan sesuatu kepada kita sebagai upayanya untuk membuat pembenaran atas apa yang telah dia lakukan atau ucapkan sebelumnya. Ya, kata ‘alasan’ memang cukup sering kita dengar dan ucapkan dalam hidup kita sehari-hari. Namun hari Jumat tanggal 2 Juli 2010 malam, ketika saya sedang membaca kitab suci, secara tiba-tiba terlintas di benak saya sesuatu yang berhubungan dengan alasan serta dalih. Alasan dan dalih adalah dua hal yang berbeda tetapi hampir sama, tulisan ini ditujukan untuk menjelaskan secara mengenai dua kata tersebut.
Kata ‘alasan’ memiliki banyak terjemahan dalam bahasa Inggris antara lain ‘reason’ dan ‘motive’. Dalam bahasa Indonesia kata ‘alasan’ memang hanya memiliki satu kata saja yaitu ‘alasan’ itu sendiri yang dapat berarti sebab atau keterangan dari terjadinya suatu hal atau tindakan baik yang kita lakukan sendiri maupun orang lain lakukan, selain itu kata ‘alasan’ juga dapat berarti hal-hal atau motif yang mendorong kita melakukan sesuatu atau memutuskan sesuatu. Kata ‘dalih’ dalam bahasa Inggris disebut menggunakan kata ‘excuse’ yang bila diartikan ke bahasa Indonesia artinya sebenarnya juga bisa disebut dengan kata ‘alasan’. Tetapi meskipun secara arti kata kedua kata tersebut hampir sama, akhirnya saya menemukan perbedaan kedua kata tersebut khususnya secara maknanya.
Alasan adalah sesuatu hal yang bisa berupa pemikiran, tindakan, situasi, kondisi, atau hal lain yang menjadi latar belakang kita melakukan suatu tindakan tertentu atau mengambil suatu keputusan tertentu. Sebagai contoh, kita membuat janji dengan teman kita untuk bertemu di suatu tempat pada pukul 9 pagi tetapi ternyata dalam perjalanan ban motor yang kita naiki tertusuk paku dan kempes, yang pada akhirnya membuat kita terlambat menemui teman kita. Pada saat sampai di lokasi yang sudah ditentukan, kita berkata, ‘maaf ya terlambat soalnya ban motorku tiba-tiba kempes’. Nah itu bisa dikatakan sebagai alasan, sebab kita benar-benar mengalami kondisi ban motor yang kempes karena tertusuk paku di jalan. Sementara dalih adalah alasan yang dibuat-buat. Sebagai contoh kasus yang kita gunakan masih sama dengan kasus sebelumnya yaitu kita membuat janji dengan seorang teman dan kita terlambat datang, tetapi penyebab keterlambatan kita lain. Kali ini kita terlambat karena kita memang biasa terlambat alias tidak disiplin, namun karena teman kita tersebut masih tergolong teman baru maka dia belum tahu kebiasaan kita dan kita ucapkan alasan yang sama bahwa ban motor kita kempes tertusuk paku di jalan. Nah bagi saya ‘alasan’ yang dikemukakan pada contoh kasus kedua bukanlah alasan melainkan ‘dalih’ yaitu alasan yang dibuat-buat atau sengaja diadakan atau dimunculkan guna melindungi atau membuat pembenaran atas hal yang telah kita lakukan (dalam hal ini terlambat datang sesuai jam yang telah ditetapkan) atau keputusan yang telah kita ambil.
Nah dari definisi yang secara tiba-tiba terlintas dalam benak saya tersebut, saya pun sadar bahwa terkadang dalam kondisi atau situasi tertentu saya juga masih membuat dalih untuk membenarkan tindakan atau keputusan yang salah yang saya perbuat. Kita boleh menyampaikan alasan atas kesalahan atau kelalaian yang kita perbuat, namun hendaknya kita semua belajar untuk mengemukakan alasan yang benar-benar merupakan alasan yang sesungguhnya bukan yang dibuat-buat. Mengemukakan alasan juga merupakan salah satu bentuk penjelasan atau akuntabilitas kita terhadap orang-orang lain disekitar kita yang terpengaruh oleh keputusan atau tindakan keliru yang telah kita perbuat. Jadi kesimpulannya mengucapkan suatu alasan itu diperbolehkan, namun tidak dengan dalih !
No comments:
Post a Comment