Menurutku setiap orang berhak bermimpi sebesar apapun yang dapat dia bayangkan, sebesar apapun yang dapat dia impikan. Setiap orang berhak memiliki impian apapun, selama impian tersebut tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Ya setiap orang berhak untuk bermimpi ! Tulisan kali ini adalah sebuah cerita tentang salah satu impian masa kuliah dalam kaitannya dengan kehidupan berorganisasi di kampus.
Aku diterima dan masuk di Sekolah Tinggi Teknik Surabaya pada tahun ajaran 2005. Seperti kebiasaan setiap tahun di kampus, setiap mahasiswa baru dan orang-orang yang belum melewati proses pengenalan kampus yang umum dikenal dengan nama Pekan Kampus wajib mengikuti kegiatan tersebut. Kewajiban ini merupakan salah satu syarat agar dapat menjalani proses wisuda kelak ketika akan lulus dari kuliah. Menjelang akhir kegiatan Pekan Kampus, tepatnya saat kemping besar, beberapa kawan ditanyai oleh salah seorang panitia tentang minat mereka untuk menjadi panitia di tahun berikutnya. Beberapa diantara mereka yang ditanyai menjawab bahwa mereka akan mendaftar sebagai panitia dan memang mereka membuktikannya. Menurutku beberapa dari mereka ditanyai sebab memang mereka tampak sedikit lebih menonjol dibandingkan beberapa peserta yang lain selama kegiatan Pekan Kampus, namun bagiku itu tidak terlalu menjadi masalah. Aku lebih senang tidak terlalu menonjol, kurang diperhatikan, tapi dapat membuat gebrakan atau kejutan.
Di awal tahun 2006, secara ajaib aku memutuskan untuk juga mendaftar sebagai panitia. Jujur setelah aku pikirkan kembali, aku sendiri kurang tahu dengan pasti mengapa secara tiba-tiba aku bisa memutuskan mendaftar sebagai panitia. Tapi aku percaya bahwa memang ada sesuatu yang seolah mengaturnya. Aku mendaftar di sie acara dan database, namun ternyata diterima di sie perlengkapan. Awalnya aku agak kecewa karena aku tidak diterima di sie yang aku inginkan, tapi seiring berlalunya waktu aku belajar menerima keadaan (sebuah pelajaran yang sangat berharga yang pernah ada dalam hidupku, sebab terkadang kita tidak pernah tahu dengan pasti melalui jalur apa kita akan berhasil) dan melakukan yang terbaik yang aku dapat lakukan. Awal bekerja di sie perlengkapan, jujur aku akui bahwa ada rasa gengsi di dalam diriku. Aku sempat berkata dalam hati, masa aku masuk kuliah bayar mahal dan ketika diterima di suatu organisasi aku harus jadi orang yang bekerja di bagian angkat-angkat serta bersih-bersih. Namun entah kenapa secara ajaib pula aku mampu membesarkan hatiku sendiri dan berkata dalam hati, aku percaya ketika aku melakukan yang terbaik bahkan di tempat yang tidak menyenangkan sekalipun suatu saat aku tidak akan selamanya di posisi ini, suatu saat aku akan naik tingkat ke posisi yang lebih tinggi dan hal tersebut terbukti.
Aku selalu lakukan yang terbaik yang aku dapat, baik mengangkat kursi, meja, atau barang-barang yang lain dan bahkan sampai menyapu serta mengepel ruangan aku lakukan dengan penuh kesungguhan. Ternyata semua perjuangan dan pekerjaan yang aku lakukan dengan sangat baik tersebut tidaklah sia-sia. Aku mendengar salah seorang rekan berkata kepada beberapa orang rekan yang lain bahwa aku adalah panitia baru terbaik di kepanitiaan tahun tersebut. Karena hasil kerja yang terbaik itu pula, sejak saat itu aku dikenal sebagai seorang yang selalu totalitas dan mencoba memberikan yang terbaik dalam setiap hal yang aku kerjakan.
Usai kepanitiaan tahun 2006, aku memiliki suatu impian di kepanitiaan tahun berikutnya untuk menduduki jabatan sebagai koordinator sie perlengkapan. Aku mendaftar lagi sebagai panitia di tahun berikutnya, kali ini aku mendaftar di sie database dan lagi-lagi diterima di sie perlengkapan. Sempat kembali kecewa, tapi aku tetap berusaha melakukan yang terbaik yang aku bisa dan semuanya tidaklah sia-sia. Kini aku sadar juga bahwa keputusan yang aku buat di tahun 2007 tersebut kurang tepat sehingga aku tidak menjadi koordinator sie perlengkapan. Di kepanitiaan tahun 2007 itu pula, sekali lagi aku membuktikan bahwa diriku tetap adalah salah satu yang terbaik yang ada dan reputasiku semakin meningkat. Selain itu aku juga mendapatkan pelajaran berharga yang baru aku sadari beberapa tahun setelahnya bahwa terkadang Tuhan uji kebesaran hati serta pikiran kita sebelum memberi kita posisi yang lebih tinggi dengan hal-hal yang tampak mengecewakan. Tapi jika kita terus bertekun serta memberikan yang terbaik, suatu saat akan tiba waktunya kita naik ke tingkat yang lebih tinggi dan bahkan mungkin yang tertinggi.
Gagal menjadi koordinator, impianku tidaklah mengecil, sebaliknya impianku justru semakin membesar. Aku tahu bahwa dengan sudah dua kali menjadi panitia, maka aku memiliki kesempatan untuk mendaftar sebagai ketua. Hal itulah yang aku lakukan, aku mendaftar sebagai calon ketua Pekan Kampus 2008. Aku mendaftar dengan penuh kepercayaan diri bahwa aku akan memperolehnya, tapi yang terjadi adalah sebaliknya aku gagal mendapatkannya. Sekali lagi kekecewaan datang di dalam hati. Aku memutuskan untuk tidak mendaftar sebagai panitia di tahun 2008. Tapi di kemudian hari setelah aku renungkan, keputusan tersebut tidaklah aku sesali. Sebab dengan tidak mendaftar sebagai panitia aku memiliki kesempatan untuk menuntaskan tanggung jawabku yang lain serta mengejar impian-impian lain yang dapat aku capai. Waktu yang ada aku gunakan untuk mengikuti training CCNA dan menuntaskan training sampai level tiga di pertengahan tahun 2008 (satu level sebelum level tertinggi). Dari tidak mendaftar sebagai panitia itu pula aku memiliki waktu untuk memulihkan diri dari kekecewaan yang ada serta belajar begitu banyak hal yang aku dapat dari hasil merenungkan semua yang pernah aku lalui. Pelajaran demi pelajaran yang aku dapat disepanjang tahun 2008 itu pula yang ternyata kelak menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi diriku ketika menjadi ketua di tahun 2009 serta membentuk diriku menjadi lebih dewasa serta berani menerima kenyataan. Di tengah masa-masa kecewa itu pula, sempat tercetus dalam pikiran untuk tidak mendaftar lagi sebagai ketua maupun sebagai panitia di tahun berikutnya dan memilih berfokus saja di kuliah. Namun di kemudian hari aku berubah pikiran.
Melihat kesempatan yang lebih besar serta dari hasil belajar yang membuatku lebih siap untuk memimpin dibandingkan sebelumnya merupakan faktor yang membuatku merubah pikiran. Pada akhirnya namaku tercantum sebagai salah satu dari empat orang yang mengambil formulir pendaftaran ketua dan pada akhirnya namaku tercantum sebagai satu-satunya calon ketua yang ada sebab ketika orang lainnya tidak bersungguh-sungguh untuk menjadi ketua. Proses wawancara pun aku lalui. Sekitar dua minggu kemudian hasilnya diumumkan dan akhirnya aku berhasil menjadi ketua. Satu impian lagi tercapai !
Beberapa hari sebelum aku membuat tulisan ini, aku menyadari bahwa segala sesuatunya butuh proses yang terkadang lebih lama dari yang kita pikirkan. Ketika kita mengalami kegagalan demi kegagalan dalam meraih apa yang kita impikan, sebenarnya kita sedang diuji apakah kita benar-benar ingin meraih impian tersebut. Prosesnya memang tidak enak, mengecewakan, menimbulkan amarah, dan banyak hal tidak baik lainnya, tapi ketika kita mampu mengatasinya, tetap bertekun, tetap bersemangat, suatu saat akan tiba waktunya ketika impian tersebut akan terealisasi. Di kemudian hari aku menjadi sadar bahwa impian kita mensyaratkan kita untuk bersemangat dan bertekun mengejarnya untuk membuktikan bahwa kita benar-benar menginginkan impian tersebut.
Di kemudian hari aku tidak pernah menyesali perjalanan panjang dan berliku yang harus aku tempuh untuk dapat meraih posisi sebagai ketua Pekan Kampus. Justru aku merasa bersyukur aku boleh menempuh perjalanan tersebut, sebab perjalanan tersebut mengajarkanku begitu banyak hal yang tidak aku dapatkan dari kuliah dan begitu berkesan serta berguna bagi diriku di kemudian hari. Dari perjalanan panjang dan berliku tersebut aku belajar tentang ketekunan dan kegigihan untuk mengejar impian. Suatu perjalanan yang sungguh-sungguh berharga bagiku karena perjalanan mampu membentuk mentalku menjadi individu yang lebih tangguh serta tidak mudah menyerah. Melalui perjalanan itu pula prinsip yang dahulu pernah aku ajarkan kepada regu yang aku bina ketika menjadi panitia tahun 2007 diujikan kepada diriku sendiri. Aku masih ingat terus sampai sekarang akan prinsip tersebut, milikilah selalu semangat sebab semangat akan mampu mengalahkan segalanya, mengalahkan ketidakbisaan, mengalahkan rasa takut, mengalahkan rasa lelah, mengalahkan segalanya. Prinsip tersebut adalah benar adanya sejauh yang aku alami. Kini aku sedang berusaha menerapkan kembali seluruh prinsip hebat yang sudah dapat aku cetuskan di usiaku yang masih begitu muda ini. Aku berusaha menerapkannya untuk meraih impian besar lain dalam hidupku.
Begitulah ceritaku tentang perjalanan panjang dan berliku yang harus aku tempuh untuk membuat impianku menjadi ketua Pekan Kampus terwujud. Aku juga sadar satu hal lagi bahwa ternyata terkadang waktu yang dibutuhkan untuk meraih atau mewujudkan impian dapat lebih lama dari yang kita perkirakan, tapi satu yang pasti selama kita tidak menyerah suatu saat impian tersebut pasti terwujud. Pelajarannya adalah milikilah impian, apapun itu, kemudian berjuanglah, bertekunlah, serta bersabarlah sampai impian tersebut terwujud. Sebuah pelajaran yang akan terus berguna bagi hidupku dan semoga juga bagi kehidupan kalian yang membaca. Tulisan ini hanya dimaksudkan untuk berbagi pelajaran-pelajaran hebat yang pernah aku dapat serta berbagi inspirasi dan motivasi bagi orang-orang (khususnya bagi seluruh panitia Pekan Kampus). Aku tahu bahwa pendapat setiap orang terhadap tulisan ini dapat bermacam-macam, tapi aku tidak akan mempedulikan semua pendapat atau komentar yang tidak membangun, selain itu tujuanku berbagi tentang salah satu impianku ini juga baik. Bermimpilah !
No comments:
Post a Comment