Tuesday 30 March 2010

ONLY GOD CAN DO THAT (HANYA TUHAN YANG BISA LAKUKAN ITU) !

Yes, only God can do that ! Hal ini saya rasakan akhir-akhir ini setelah saya merenungkan semua kejadian yang saya alami selama tahun 2009 lalu. Hanya Tuhan yang bisa lakukan itu terhadap hidup saya, khususnya terhadap perkembangan kerohanian, karakter, kedewasaan, dan kebijaksanaan saya. Semua itu hanya Dia yang bisa melakukannya, hanya Dia saja.

Saya diterima di STTS tahun 2005. Pertama datang ke STTS saya tidak tahu harus beribadah dimana dan saat itu saya sendiri merupakan orang yang kurang suka berlama-lama di gereja atau beribadah. Namun, beberapa waktu kemudian saya segera menemukan gereja untuk tempat beribadah. Saya memutuskan beribadah di gereja Mawar Sharon. Beberapa bulan beribadah, saya mulai tergabung ke dalam kelompok sel atau yang dikenal dengan istilah pemasa (pemuda Mawar Sharon, begitu kalau tidak salah kepanjangannya). Awalnya saya cukup enjoy, namun beberapa waktu kemudian saya mulai merasakan rasa tidak enjoy. Saya merasakan ada sesuatu ketidakcocokkan prinsip antara saya dan beberapa partner atau anggota pemasa, hal inilah yang membuat saya akhirnya secara perlahan mundur dari pemasa dan bahkan jarang pergi ke gereja. Namun akhirnya sekarang saya sadar bahwa saat itu masih kanak-kanak dalam rohani (meskipun sekarang juga belum sepenuhnya dewasa hehehe… :).

Tapi saya yakin Tuhan masih sangat cinta saya dan tidak ingin saya terus-terusan menjauh dari-Nya. Seingat saya, menjelang pendaftaran ketua Pekan Kampus 2009 saya mulai kembali aktif beribadah. Saya memutuskan untuk beribadah di gereja Bethany Manyar jalan Manyar Rejo II. Saya ingat betul bahwa jabatan Ketua Pekan Kampus adalah jabatan yang sudah saya targetkan untuk saya raih selama hidup saya di dunia perkuliahan STTS. Target tersebut sudah saya canangkan menjelang berakhirnya Pekan Kampus 2007. Waktu itu, saya sudah menargetkan bahwa untuk Pekan Kampus 2008 saya akan mendaftar sebagai ketua. Akhirnya memang saya menjadi salah satu orang yang memutuskan untuk maju dan bersaing memperebutkan posisi Ketua Pekan Kampus. Bagi saya, persainganlah yang bisa membuat saya hidup dan mengeluarkan seluruh potensi terbaik yang ada dalam diri saya, meskipun juga tidak selamanya itu benar. Namun saya tetap sangat yakin, bahwa persaingan dalam kadar tertentu tetap dibutuhkan untuk dijadikan sebagai pemicu untuk meraih prestasi yang paling maksimal yang bisa kita raih serta untuk mengeluarkan seluruh potensi maksimal yang kita miliki. Persaingan dalam kadar tertentu yang saya maksud adalah kita semua bersaing tanpa saling sikut atau saling membenci atau bersaing dengan cara-cara yang tidak sehat.

Tapi impian menjadi Ketua Pekan Kampus 2008 belum tercapai dan saya sangat kecewa waktu itu. Saya merasakan suatu keanehan, kenapa orang yang tidak bisa apa-apa justru yang dipilih sebagai ketua. Kenapa tidak saya orang yang punya keahlian yang hebat serta pernah mendapat gelar tidak resmi “Rookie of The Year Panitia Pekan Kampus 2006” yang terpilih ? Namun, waktu itu saya masih labil jadi saya masih mudah terbawa emosi. Saya cukup beruntung saya mengalami kegagalan tersebut, sebab dari situlah titik balik hidup saya alami. Saya diajari oleh kegagalan tersebut beberapa hal yang saya yakin tidak akan pernah saya ketahui seandainya saya tidak gagal. Mengucap syukur untuk semuanya itu !

Kegagalan itu pula yang akhirnya menjadikan sedikit lebih siap untuk persaingan menjadi Ketua Pekan Kampus 2009. Saya melakukan introspeksi diri dan belajar beberapa hal lagi mengenai kepemimpinan. Saya juga memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi kemampuan atau mempraktekkan ilmu yang sudah saya dapat dari training CCNA yang waktu itu sudah saya jalani sampai level 3. Saya memiliki kesempatan menjadi koordinator sie perlengkapan dan keamanan panitia Cyber Game Competition sekaligus merasakan suatu pengalaman yang nyata menjadi bagian dari orang-orang yang turut serta mengambil keputusan bagi kelangsungan hidup suatu event. Meskipun pada akhirnya event tersebut dibatalkan karena kekurangan sponsor, namun saya tetap bersyukur karena saya boleh merasakan kesempatan untuk memimpin tim yang kecil tersebut sebelum akhirnya saya harus memimpin tim yang lebih besar. Thank to Jesus my Lord !

Kegagalan menjadi Ketua Pekan Kampus 2008 pula yang akhirnya menjadikan seorang pribadi yang lebih dewasa baik dalam kehidupan sekuler maupun rohani. Saya jadi ingat semua pelajaran baik yang pernah saya dapat dari beberapa teman atau pemimpin terhebatku selama di STTS, antara lain Mikha Kristian, Andy Sutanto, Joseph Adi Saputra, David Boy, Yulia Kurniawati Ongkojoyo, dan Max Meiden Dasuki. Mereka semua orang yang secara langsung maupun tidak langsung telah melengkapi diri saya hingga menjadi seperti sekarang dan saya tidak akan pernah melupakan mereka semua. Dari kegagalan itu pula, saya akhirnya menjadi lebih dekat kepada Tuhan dan secara ajaib saya dipulihkan. Tidak hanya dipulihkan, namun Dia menambahkan beberapa kemampuan baru pada diri saya serta membukakan mata saya mengenai seluruh talenta yang selama ini tersembunyi dalam diri saya. Dia pula yang secara tidak langsung mengarahkan saya dan membuat saya mengenal para pemimpin sekaligus pelatih kepemimpinan terbaik dunia yang ada saat itu (dan sampai sekarang). Sungguh, ternyata Dia memiliki rencana-Nya sendiri bagi setiap umat-Nya yang belum tentu sama dengan rencana yang sudah kita buat. Dia bekerja secara ajaib untuk membentuk kita menjadi lebih baik dan meningkatkan kapasitas kita pada waktu-Nya sesuai dengan kebutuhan diri kita.

Akhirnya menjelang akhir tahun 2008, setelah melalui proses wawancara yang hanya menyisakan saya sebagai satu-satunya orang yang mengambil formulir pendaftaran Ketua Pekan Kampus 2009 yang mengembalikan, akhirnya saya resmi diterima menjadi Ketua Pekan Kampus 2009. Saya bangga sekali bahwa akhirnya impian tersebut tercapai dan saya sadar satu hal yaitu seandainya saja di tahun 2008 yang karena kekecewaan saya tidak diterima menjadi ketua waktu itu, saya memutuskan untuk tidak turut ambil bagian lagi sebagai panitia (meskipun hanya panitia tambahan), saya yakin saya tidak akan pernah bisa menjadi ketua tahun depannya. Saya yakin bahwa itu semua rencana yang sudah Tuhan buat bagi saya, suatu rencana yang merupakan master plan-Nya untuk saya. Dia ijinkan saya untuk mengalami kekecewaan dan terpuruk yang pada akhirnya dari situ Dia ingin saya belajar beberapa hal baru sekaligus menumbuhkan kapasitas saya sebelum secara resmi menjadi pemimpin. Sungguh rencana yang dahsyat bagi saya !

Memasuki tahun 2009, saya mulai mempersiapkan atau mematangkan seluruh rencana saya untuk Pekan Kampus 2009 termasuk konsep-konsep serta jumlah panitia yang dibutuhkan. Saya mematangkannya bersama dua orang wakil yang juga luar biasa melengkapi saya, Suhendro dan Aileen Cindy. Saya tidak akan pernah melupakan sumbangsih mereka selama masa-masa awal saya menjadi ketua hingga berakhirnya seluruh rangkaian acara Pekan Kampus 2009. Mereka yang membantu memberi saya saran-saran serta juga menenangkan saya ketika saya menghadapi tekanan atau ketika saya sudah hampir “meledak” karena beberapa masalah. Hal ini saya sadari setelah saya merenungkan semuanya setelah Pekan Kampus 2009 berakhir. Thank to you all !

Setelah beberapa persiapan awal yang saya buat bersama kedua wakil saya, akhirnya waktu pendaftaran panitia dimulai. Selama sekitar dua minggu awal di bulan Februari 2009, pendaftaran Panitia Pekan Kampus 2009 dibuka. Sungguh saya sebenarnya agak khawatir juga jika jumlah orang yang mendaftar sebagai calon panitia jumlahnya kurang dari jumlah panitia yang dibutuhkan. Namun, selama masa-masa pendaftaran tersebut, saya teringat ucapan Max yaitu “jangan khawatir tidak dapat panitia, pasti akan ada yang daftar dan pasti jumlahnya cukup”. Ucapan yang singkat namun sangat membangun dan menguatkan hati, thank Max.

Setelah masa pendaftaran berakhir, saya menghitung jumlah orang yang mendaftar sebanyak 26 orang. Jumlah tersebut hanya lebih 3 orang dari total jumlah panitia yang dibutuhkan. Sungguh sekali lagi Dia begitu luar biasa. Dia sediakan jumlah calon panitia yang benar-benar sesuai dan masih melebihi jumlah yang dibutuhkan sehingga kami masih memiliki alternatif untuk memilih yang terbaik yang dapat kami temukan. Really, You’re incredible my Lord ! Namun sedikit kekhawatiran lagi muncul menjelang hari pertama wawancara panitia, secara tiba-tiba sore itu hujan turun. Saya khawatir tidak ada orang yang mau datang untuk menghadiri wawancara. Sebelum saya berangkat ke kampus saya akhirnya berdoa dulu (sungguh-sungguh berdoa setelah sekian lama tidak pernah berdoa seperti itu) agar hujannya tidak terlalu deras dan dapat segera reda, sehingga semua orang yang seharusnya menjalani wawancara hari itu bersedia datang. Dia kabulkan dan dengarkan doaku itu. Mereka semua datang ! Thank again my Lord !

Akhirnya proses wawancara selesai dan daftar 23 panitia yang terpilih sudah ada di tangan. Rapat pertama dimulai tanggal 21 Februari 2009 pukul 07.00 pagi. Senang melihat mereka datang dengan penuh antusiasme ke rapat itu.

Rapat demi rapat terus bergulir sejak rapat pertama tersebut. Rapat terkadang berlangsung demi, namun seringkali pula rapat berlangsung dalam kondisi penuh “pertikaian” dan “saling serang”. Kadang senang melihat hal tersebut, namun kadang bingung juga melihatnya. Kita semua seolah-olah sedang berusaha “saling membantai” dan “saling menjatuhkan” satu sama lain. Namun, akhirnya pula saya menyadari bahwa justru semua “pertikaian” itu yang membentuk kami dan mendewasakan kami. Kami saling mengasah serta menajamkan satu sama lain. Rapat terus bergulir dan tanpa terasa kita sudah mencapai tahap persiapan sebelum pendaftaran peserta Pekan Kampus 2009. Ketegangan semakin meningkat, meskipun rasa percaya diri juga semakin tinggi sebagai hasil dari latihan yang selama kami semua jalani.

Masa pendaftaran berlangsung lancar, tanpa ada masalah yang berarti. Selanjutnya persiapan berlanjut kembali setelah sempat libur selama 1 hari. Persiapan berikutnya adalah untuk pelaksanaan Pekan Kampus 2009 selama 5 hari di kampus. Kami harus buat persiapan yang lebih matang disini, sebab beban akan semakin meningkat, karena kami harus mengenalkan seluruh peserta yang mayoritas merupakan mahasiswa baru terhadap sistem perkuliahan di STTS sekaligus untuk mengajarkan mereka sesuatu yang mungkin tidak pernah mereka ketahui tentang kehidupan perkuliahan serta untuk mendisiplinkan mereka. Kegiatan di kampus bisa dikatakan berlangsung lancar, kecuali pada hari kedua ketika kami semua mendapat “wejangan” dari bapak Ferdinandus mengenai tindakan kami yang terlalu ekstrem dalam menghukum peserta. Suatu wejangan yang menusuk hati sekaligus sempat menurunkan sempat serta kekompakan kami semua. Namun akhirnya wejangan itu pula yang memberi saya sebuah ide untuk acara puncak Pekan Kampus 2009, yang meskipun pada akhirnya tidak disetujui oleh pihak kampus. Dari sini, saya belajar satu hal yaitu suatu hal yang tampaknya negatif (sebut saja masalah) bisa menjadi sesuatu yang positif jika kita mau memandangnya dengan cara yang benar atau melalui sudut pandang yang lain.

Setelah seluruh rangkaian kegiatan Pekan Kampus 2009 berakhir, mulai dari kegiatan di kampus sampai kemping, saya merasakan suatu kelegaan. Berakhirnya kegiatan tersebut juga memberi saya waktu untuk introspeksi dan memperbaiki diri atas semua kekurangan yang ada selama saya menjadi pemimpin. Hasil dari renungan tersebut, menjadikan saya individu yang lebih bijak lagi dalam memandang segala sesuatunya serta menjadikan saya sebagai pemimpin serta individu yang terus berkembang. Hasil dari merenung itu pula, saya akhirnya semakin menyadari panggilan saya sebagai pemimpin dan saya juga menemukan talenta-talenta lain lagi dalam diri saya yang belum pernah saya temukan atau sadari sebelumnya. Saya juga akhirnya menyadari bahwa Tuhan itu sungguh aneh, karena Dia justru memilih orang yang sebenarnya bukan pemimpin yang baik untuk menjadi pemimpin. Namun setelah membaca sekilas buku yang ditulis oleh Joyce Meyer (salah seorang perempuan pemimpin dari Amerika Serikat), saya menemukan suatu jawaban sekaligus penguatan yang luar biasa. Joyce Meyer menulis bahwa Tuhan pilih orang-orang yang secara kapasitas bukanlah pemimpin yang handal hanya karena satu alasan yaitu Dia ingin mengembangkan kapasitas orang tersebut sebagai individu dan pemimpin. Itu pula yang akhirnya saya sadari.

Finally, I can say thank to Jesus my Lord for all of experiences You gave for me. Thank for make my dream bring into reality. Thank for equipping and always growing me up. Praise you Lord !

No comments:

Post a Comment

KumpulBlogger