Judul tulisan ini agak rancu atau ambigu ya ? Memang begitu, tetapi hal ini aku lakukan hanya untuk menghemat pemakaian kata. Judul tulisan tersebut sebenarnya terdiri dari dua kalimat yaitu ‘Kita membentuk kebiasaan kita’ dan ‘Kebiasaan kita akan membentuk kita’. Sebuah judul tulisan yang bagus bukan ?
Aku menulis tulisan ini setelah membaca secara singkat isi dari buku The 6 Most Important Decision You’ll Ever Make. Pada salah satu bagian dari buku karangan Sean Covey tersebut, sang penulis menyertakan sedikit isi dari bukunya yang lain yang berjudul The 7 Habit of Highly Effective Teens. Ya, si penulis menyertakan sedikit bahasan mengenai kebiasaan.
Dari tujuh kebiasaan yang ada, aku terinspirasi oleh kebiasaan ketiga yaitu ‘Dahulukan yang Utama’ atau dalam Bahasa Inggrisnya ‘First Things First’. Kebiasaan ini bercerita tentang pemanfaatan waktu yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Kebiasaan ini menegurku dengan keras sebab sejak sekitar dua tahun terakhir, aku terlalu sering menunda-nunda sesuatu. Akibat dari kebiasaan menunda tersebut, kuliahku yang seharusnya sudah selesai tahun pun akhirnya ikut tertunda. Selain mengakibatkan kelulusanku tertunda, kebiasaan menunda juga menjadikan kehidupanku tidak efektif. Aku merasakan dan menyadari terlalu banyak waktu yang terbuang percuma dari waktu hidup sehari-hariku.
Keadaanku yang sekarang berlawanan dengan keadaanku yang dahulu. Dahulu aku merupakan salah satu orang yang tidak suka menunda-nunda dalam melakukan pekerjaan, apapun pekerjaan itu. Akibat dari kebiasaan tidak suka menunda tersebut, aku menjadi pribadi yang sangat efektif. Aku menyelesaikan setiap pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadaku dengan cepat dan hasil yang baik. Atas hasil kerjaku yang efektif dan baik tersebut, namaku mulai dikenal di kampus dan dijadikan sebagai simbol ‘kerajinan’ oleh teman-teman yang mengenalku.
Namun, semuanya mulai berubah sejak sekitar tahun 2008 awal. Aku mulai mencoba menyesuaikan diri dengan teman-temanku yang memiliki kebiasaan hidup yang tidak efektif. Awalnya belum terlalu menjadi masalah, namun lama-kelamaan aku akhirnya terbawa arus dan hidupku menjadi semakin tidak efektif seiring berjalannya waktu.
Namun aku bersyukur bahwa aku bisa menemukan kembali jati diriku. Aku bisa menyadari bahwa kebiasaan hidupku tersebut tidak baik dan membawa dampak penurunan kinerja serta prestasiku. Sejak awal tahun 2010 dengan bersusah payah aku mulai mencoba menerapkan kembali prinsip-prinsip keefektifan pribadi yang dulu pernah aku gunakan. Perjalanan kembali menjadi pribadi yang efektif memang tidaklah mudah. Aku merasakan susah payah serta banyaknya godaan agar dapat kembali menjadi pribadi yang efektif.
Perlahan tapi pasti, aku mulai menemukan kembali jati diriku dan mulai kembali menjadi pribadi yang lebih efektif. Dari hasil membaca buku diatas dan dari hasil perenungan atas semua hal yang telah terjadi dalam hidupku, aku akhirnya menyadari arti penting kebiasaan bagi diri kita. Awalnya kita membentuk kebiasaan kita, yang biasanya membutuhkan waktu yang tidak singkat (bisa bertahun-tahun), namun kebiasaan yang sudah kita latih setiap hari selama rentang waktu tertentu pada akhirnya yang akan membentuk kita. Kebiasaan yang telah terbentuk akan memberi kita semacam panduan secara tidak kita sadari agar hidup kita berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip baik yang kita anut. Pesannya, bentuklah kebiasaan-kebiasaan baik dan biarkanlah kebiasaan-kebiasaan baik tersebut membentuk kita. Semoga berguna.
No comments:
Post a Comment