Tahu tidak bahwa rata-rata dari kita berpikir untuk menjadi orang yang biasa-biasa saja ? Ya memang benar bahwa itulah kenyataan atau faktanya. Sebagian besar dari kita rata-rata punya pola pikir seperti itu, pola pikir yang berkata bahwa kita adalah orang yang biasa saja. Pola pikir yang biasa itu pula yang akhirnya akan membentuk kita jadi orang yang benar-benar biasa, padahal seharusnya kita adalah orang-orang yang luar biasa seandainya saja kita mau berpikir menggunakan pola pikir yang luar biasa pula. Yakinlah bahwa setiap kita diciptakan dengan maksud dan tujuannya masing-masing. Kita semua diciptakan untuk menjadi orang yang luar biasa pada bidang-bidang dimana kita semua ditempatkan.
Inspirasi judul tulisan ini aku dapatkan setelah tanpa sengaja tiba-tiba hari ini saya ingin membuka kembali salah satu koleksi buku terbaik saya. Buku yang saya baca ini tidak hanya keren secara judul, tapi juga keren secara isi. Judul buku itu adalah Berpikir dan Berjiwa Besar atau dalam judul aslinya the Magic of Thinking Big (Mukjizat Berpikir Besar). Buku ini mengatakan setiap kita sebenarnya adalah produk secara tidak langsung dari cara berpikir orang-orang di sekeliling kita. Dimana pada umumnya cara berpikir orang-orang di sekeliling kita adalah cara berpikir yang kecil. Cara berpikir mereka selalu berusaha menarik kita turun ke bawah, bukan mengangkat kita ke atas. Cara berpikir sebagian orang di sekeliling kita mengajak kita menjadi orang yang sedang-sedang atau biasa-biasa saja. Padahal seandainya kita mau mengubah sedikit saja cara berpikir kita, maka kita yang tadinya tampak biasa-biasa saja akan benar-benar jadi orang yang luar biasa.
Akibat dari pola pikir yang kecil ini pula, hasil-hasil serta hal-hal yang kita peroleh atau pun lakukan hanyalah hasil-hasil atau hal-hal yang kecil. Satu-satunya cara yang kita butuhkan untuk menghasilkan hal-hal besar bukanlah kemampuan atau kepintaran yang besar, melainkan hanyalah cara berpikir yang besar. Berpikir bahwa hal sesulit apapun asal kita mau sungguh-sungguh memperjuangkannya, maka hal tersebut akan dapat berhasil. Berpikirlah untuk berhasil maka kita akan benar-benar berhasil, itulah yang buku itu ajarkan. Buku tersebut juga menuliskan, bahwa sebenarnya kita semua punya kemampuan yang luar biasa yang belum kita eksplorasi dengan sepenuhnya.
Satu kalimat yang masih saya ingat dengan jelas yang buku tersebut tuliskan adalah soal memindahkan gunung. Buku tersebut menulis mengutip isi dari firman Tuhan, “bahwa iman atau kepercayaan dapat memindahkan gunung”. Sebenarnya makna yang ingin diajarkan oleh buku tersebut adalah milikilah kepercayaan yang besar terhadap segala sesuatu yang ingin kamu raih. Percaya dan benar-benar percaya seratus persen tidak boleh kurang sedikit pun bahwa segala sesuatu yang inginkan dapat tercapai. Buku tersebut juga menjelaskan bahwa iman atau kepercayaan itu beda dengan angan-angan atau imajinasi. Dijelaskan bahwa adalah tidak mungkin memindahkan gunung dengan hanya mengangankan bahwa gunung tersebut akan berpindah. Yang perlu kita lakukan hanyalah percaya, benar-benar percaya bahwa gunung dapat dipindahkan, dan kemudian mencari cara bagaimana agar gunung tersebut dapat benar-benar berpindah.
Hal itu pula yang akhir-akhir ini aku sadari, bahwa apapun yang kita pikirkan akan mempengaruhi apapun yang kita lakukan, dan pada akhirnya akan mempengaruhi juga segala sesuatu yang kita peroleh. Hal tersebut aku sadari karena selama semester ini aku lebih cenderung berpikir soal hal-hal yang negatif, khususnya mulai dari tengah semester sampai menjelang akhir semester ini. Tanpa kusadari, semua pikiran negatif tersebut telah mempengaruhi hal-hal yang aku lakukan dan juga mempengaruhi semua hasil yang aku peroleh. Untungnya menjelang akhir semester ini aku mulai sadar kembali bahwa apapun yang aku pikirkan, itu pula yang akan aku peroleh. Jika mungkin kalian tidak percaya coba saja pikirkan bahwa kamu akan gagal, maka kamu benar-benar akan gagal. Coba pula pikirkan bahwa kamu adalah orang yang tidak bisa apa-apa, maka kamu pun akan jadi orang yang tidak bisa apa-apa. Sebaliknya pikirkan bahwa kamu adalah orang yang luar biasa, maka lambat laun suatu saat nanti kamu akan benar-benar jadi orang yang luar biasa.
Satu hal lagi yang menginspirasi aku untuk membuat tulisan ini adalah suatu film yang luar biasa menurutku. Film tersebut berjudul Facing the Giants (Hadapilah sang Raksasa). Film ini sangat inspiratif menurutku dan juga layak sekali untuk ditonton bagi orang-orang yang sedang putus harapan atau kehilangan semangat hidup. Di film tersebut digambarkan seorang pria yang merupakan seorang pelatih tim futbol suatu sekolah menengah atas Kristen yang bernama SMU Shiloh. Dalam enam tahun pekerjaannya sebagai pelatih dia tidak pernah membawa tim tersebut menjadi juara, hanya satu kesempatan saja dia hampir membawa tersebut menjadi juara namun kalah di langkah terakhir. Selain masalah yang dihadapi dalam pekerjaannya, dia juga menghadapi banyak masalah lain yang berhubungan dengan kehidupan pribadinya. Namun dia tidak pernah menyerah, sampai suatu saat dia akhirnya sadar bahwa dia harus berubah. Sejak saat itu dia merubah filosofi hidupnya, dari yang awalnya berjuang untuk memperoleh segala sesuatu yang terbaik, menjadi berjuang untuk melakukan segala sesuatunya dengan baik dan menyerahkan hasilnya pada Tuhan.
Film tersebut juga mengajariku keberanian untuk mencoba meskipun pada akhirnya harus gagal. Ada seorang tokoh yang berkata kepada anaknya yang jago bermain sepakbola, “kemampuan bermain bolamu sudah jago, tetapi mengapa kamu tidak mencoba masuk tim sepakbola ?”. Sang anak menjawab, “di sekolah tidak ada tim sepakbola, yang ada hanyalah tim futbol, dan aku bisa terbunuh seandainya aku ikut futbol”. Sang ayah menimpali, “kamu tidak mau ikut karena kamu tidak suka futbol atau sebenarnya kamu suka tapi takut untuk mencoba ?”. Sang anak kembali menjawab, “sebenarnya aku ingin mencoba namun aku takut tidak diterima”. Nah kalimat jawaban sang ayah berikutnya yang menginspirasiku untuk tidak takut mencoba meskipun harus gagal, “kenapa harus takut tidak diterima ? Bukankah kamu sekarang sudah tidak menjadi anggota tim, masa kamu akan lebih tidak menjadi anggota tim dibanding yang sekarang ?. Jika kamu terus menunggu sampai tim sepakbola ada, maka kemungkinan kamu akan kehilangan kesempatan”. Kalimat yang tersebut menginspirasiku untuk tidak pernah takut mencoba, meskipun harus gagal berulang kali. Kalimat tersebut juga mengajariku untuk tidak pernah menunggu diam sampai segala sesuatunya menjadi sempurna, tetapi untuk segera bergerak meskipun keadaannya tidak sempurna sekalipun. Bergerak sambil terus belajar untuk menyempurnakan keadaan. Dalam film tersebut diceritakan akhirnya sang anak memutuskan mencoba menjadi anggota tim futbol, dan yang luar biasa sang anak akhirnya menjadi penentu kemenangan tim sekolahnya sebagai juara daerah mengalahkan sebuah tim yang jumlah anggota timnya tiga kali lipat jumlah dari jumlah anggota tim sekolahnya.
No comments:
Post a Comment