Pernah tidak, pada suatu kita begitu bersemangat, ‘membara’, bergelora, antusias terhadap sesuatu atau untuk melakukan sesuatu dan beberapa saat kemudian ketika halangan, rintangan, atau tantangan datang, semangat, ‘bara api’ yang menyala di dalam tubuh kita, dan antusiasme kita secara perlahan tetapi pasti mulai meredup ? Saya tidak tahu dengan pasti kondisi setiap orang, tetapi kemungkinannya kita semua pernah mengalaminya. Saya yang ketika kuliah dikenal sebagai seorang yang sangat ‘panas’, antusias, dan semangat sempat pula kehilangan semangat, antusiasme, dan ‘panas’ saya. Saya sempat menurun, sebelum akhirnya tersadar bahwa saya harus melatih diri, memotivasi diri saya, dan kembali bersemangat untuk mengejar segala impian. Tulisan kali ini tidak akan semata-mata membahas mengenai upaya saya untuk kembali bersemangat, namun akan lebih membahas mengenai komitmen.
Pagi ini, ketika saya bangun tidur, secara mendadak dan tiba-tiba saya ‘mendapat’ suatu kalimat yang berbunyi: jangan hanya jadi euforia sementara saja. Kalimat yang tiba-tiba muncul sempat membuat saya ‘tertampar’ dan tersadar untuk merenung sejenak guna memahami makna kalimat tersebut. Setelah merenung sejenak, akhirnya saya dapat menjabarkan secara lebih luas makna kalimat tersebut, sebagai berikut: jangan hanya antusias di awal saja dan kemudian ketika tantangan, kesulitan, rintangan mulai datang semangat kita menyusut, menciut, dan akhirnya hilang. Jangan hanya bersemangat atau antusias ketika segala sesuatunya mudah, tetapi tetaplah bersemangat termasuk ketika segala sesuatunya berjalan tidak sempurna sesuai dengan yang kita rencanakan. Tetaplah berjalan dengan semangat awal yang kita miliki saat kita menginginkan sesuatu atau memutuskan melakukan sesuatu, jangan pernah berhenti di tengah jalan.
Secara keseluruhan, semua penjabaran kalimat yang saya peroleh tersebut bermaksud mengingatkan kita tentang arti komitmen. Jika kita melakukan sesuatu dengan penuh antusias hanya saat segala sesuatunya tampak mudah saja, dan kemudian ketika kesulitan mulai datang atau ketika rencana yang telah kita susun tidak berjalan sebagaimana mestinya, semangat kita mulai hilang, itu berarti kita tidak berkomitmen terhadap apa yang sedang kita kerjakan atau terhadap impian kita. Keadaan hilangnya semangat ketika menghadapi tantangan, kesulitan, atau ketika rencana kita tidak berjalan sebagaimana mestinya kemungkinan besar pernah kita semua alami. Saya rasa itu wajar. Namun kita tidak boleh berdiam diri saja, kita perlu melatih diri untuk dapat berkomitmen untuk tetap terus bersemangat dari awal hingga akhir dalam mengejar tujuan kita, menuntaskan segala sesuatu yang telah kita mulai, dan tetap bertahan sambil mencari cara-cara yang dapat kita gunakan untuk menyelesaikan tanggung jawab.
Saya dapat menulis hal-hal seperti yang sebutkan diatas, bukan berarti saya sudah sempurna dalam menjalankan komitmen saya terhadap segala sesuatu yang saya kerjakan, terhadap impian yang ingin saya raih, atau terhadap tanggung jawab yang saya emban. Saya pun pernah mundur dari sesuatu karena kehilangan atau kurangnya komitmen. Saya pun pernah begitu semangat kala memulai sesuatu, sebelumnya akhirnya semangat tersebut semakin menyusut seiring dengan berjalannya waktu dan datangnya rintangan. Saya percaya, kemungkinan besar kita semua pernah mengalaminya. Mulai saat ini, tantangan kita adalah untuk belajar agar dapat tetap berkomitmen terhadap segala sesuatu yang ada dalam hidup kita, dan bukan cuma euforia semata. Saya dan kita semua perlu belajar untuk bertahan dari hingga akhir dengan semangat yang menyala-nyala. Ya, kita perlu untuk berupaya agar dapat terus ‘menyala-nyala’ dari awal hingga akhir kita menuntaskan pekerjaan kita, tanggung jawab kita, atau hingga kita meraih impian yang kita inginkan. Semoga kita semua tidak hanya memiliki euforia semata, tetapi dapat benar-benar berkomitmen dari awal hingga akhir. Sekian dan semoga bermanfaat untuk kita semua.
No comments:
Post a Comment