Tuesday 11 May 2010

PELAJARAN #4 DARI PEKAN KAMPUS 2009: BEING CREATIVE, PLEASE !

Masih banyak pelajaran-pelajaran yang aku dapatkan selama aku menjadi ketua Pekan Kampus untuk yang pertama kalinya sekaligus yang terakhir kalinya. Pelajaran-pelajaran yang berharga bagiku dan yang aku harapkan juga berharga bagi semua orang yang membaca tulisan-tulisanku mengenai pelajaran-pelajaran tersebut. Semoga !

Pelajaran kali ini adalah tentang kreativitas. Awalnya aku terinspirasi oleh cerita yang dituturkan oleh kedua pendiri Google, Inc. melalui buku yang berjudul Kisah Sukses Google. Dari penuturan mereka berdua yang menceritakan budaya perusahaan yang ada dalam Google yang begitu luar biasa menurut mereka, karyawan mereka, dan juga menurutku, aku terinspirasi untuk menciptakan budaya yang serupa dengan budaya yang ada dalam Google. Budaya seperti apakah yang kumaksud ? Jawabannya adalah budaya senang-senang selama bekerja keras.

Aku sendiri mengetahui dan menyadari berdasarkan pengalamanku selama 3 kali menjadi panitia Pekan Kampus (sebelum tahun 2009) bahwa bekerja sebagai panitia Pekan Kampus itu bukanlah pekerjaan yang ringan. Sungguh merupakan pekerjaan yang berat, bahkan lebih berat daripada beberapa kepanitiaan lain yang ada di kampus. Kami semua bertanggung jawab untuk mengenalkan kampus kepada sebagian besar mahasiswa baru yang menjadi peserta Pekan Kampus. Selain itu kami juga bertanggung untuk mendidik mereka menjadi generasi-generasi baru yang tangguh yang hebat, paling tidak bagi diri mereka sendiri. Dari Pekan Kampus juga aku merasakan bahwa mendidik serta menyiapkan orang lain untuk menjadi orang yang hebat itu tidak mudah, butuh perjuangan yang luar biasa sebab seringkali kita ditentang ketika kita ingin menyampaikan sesuatu yang lebih baik kepada orang lain.

Atas dasar pengetahuan serta pengalaman tersebut, aku ingin membawa suatu budaya yang sedikit berbeda ke Pekan Kampus 2009. Aku ingin menimbulkan suasana yang sedikit lebih relaks serta membawa variasi-variasi dalam setiap rapat yang diadakan oleh panitia.Variasi-variasi yang aku harapkan tidak membuat kami semua bosan dan dapat lebih happy menjadi Pekan Kampus. Sebuah upaya yang aku coba lakukan untuk menghilangkan stigma bahwa menjadi panitia Pekan Kampus itu membosankan, melelahkan, dan tidak ada enaknya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah keikutsertaanku sebagai panitia, rapat panitia beberapa kali menggunakan LCD projector untuk menampilkan materi rapat serta menampilkan teks lagu yang kami nyanyikan bersama-sama, untuk pertama kalinya kami rapat dengan diiringi lagu-lagu yang mengalun pelan untuk mencegah kebosanan, untuk pertama kalinya kami mengadakan acara rujakan dan game untuk seluruh panitia yang dirancang oleh tim kreatif BPH Pekan Kampus 2009 (Aileen, Aretta, Grace O, dan Suhendro), untuk pertama kalinya pula aku menghadirkan acara pijat-pijatan untuk meredakan kelelahan di punggung karena lamanya rapat, serta ada beberapa kreasi lain yang aku maupun BPH lain buat.

Sungguh sesuatu yang sangat menarik bagi kami semua. Sesuatu yang juga aku syukuri selama Pekan Kampus 2009 berlangsung adalah kami semua dapat saling memahami dan mengenal satu sama lain meskipun masih belum terlalu dalam mengenal. Yang juga tidak kalah syukuri adalah kami semua masih mampu bangkit dan berdiri dengan teguh setelah menerima teguran yang cukup keras dari Pak Ferdi selaku pengawas utama kegiatan Pekan Kampus 2009. Bahkan teguran dan peringatan keras tersebut sempat aku jadikan ide untuk acara puncak Pekan Kampus 2009, yang akhirnya tidak jadi dijalankan sebab Pak Ferdi tidak ingin dilibatkan sebagai bagian dari acara puncak Pekan Kampus 2009. But it doesn’t matter, overall I still feel happy and complacence with all we do in Pekan Kampus 2009.

So the lesson is that being creative, always try to make something different in our daily life and never let problem make us down. Problem can be our inspiration to make something new that we never thinked it before. This is happen in Pekan Kampus 2009, I get an inspiration to our top agenda while in campus from the problem we’re all get. So don’t limiting ourself to being creative people, find any inspirations we can get from our environment and people around us. Being creative !

PELAJARAN #3 DARI PEKAN KAMPUS 2009: JANGAN PERNAH MENURUNKAN STANDAR !

Mungkin ada yang bertanya-tanya, apa hubungannya antara Pekan Kampus yang merupakan acara pengenalan kampus dan semua sistem yang ada di dalamnya kepada mahasiswa baru dengan penurunan standar ? Saya katakana tetap ada hubungannya. Hubungannya dalam urusan kerja yang kami, khususnya saya, lakukan selama menjadi panitia penyelenggara acara tersebut. Pertanyaan penting yang perlu diajukan kepada setiap kami adalah, apakah kami tetap mampu menjaga standar kerja kami tetap prima selama kami menjadi panitia penyelenggara acara ?

Ya, inilah kesalahan paling utama dan mungkin terbesar yang aku lakukan selama aku menjadi ketua Pekan Kampus 2009, yaitu aku menurunkan standar kerjaku sendiri sebagai seorang pemimpin. Penurunan standar tersebut awalnya kelihatan sepele, tapi pada saat Pekan Kampus 2009 sudah mulai berjalan ternyata hal tersebut berdampak besar dan bahkan bisa dibilang sangat besar. Dampak itu tidak hanya pada diriku sendiri, tapi juga pada diri seluruh orang-orangku di kepanitiaan. Mereka semua tidak bekerja maksimal, sebab pemimpinnya juga tidak maksimal bekerja. Mereka semua tidak bekerja secara maksimal sebab pemimpinnya tidak memberi contoh cara bekerja yang maksimal sebagai seorang panitia Pekan Kampus.

Awalnya aku berpikir bahwa aku turunkan standar kerjaku agar yang lain memiliki kesempatan untuk bekerja serta mengembangkan diri dengan maksimal, tapi ternyata itu salah besar. Yang terjadi justru mereka semua ikut menurun. Kesadaran ini agak terlambat memang, sebab aku baru menyadari ini setelah aku merenungkannya semua yang terjadi selama Pekan Kampus 2009 setelah acara tersebut berakhir. Namun bagaimanapun aku tetap bersyukur sebab aku masih bisa menyadari kesalahan tersebut dan menjadikannya pelajaran yang berharga bagi diriku sendiri. Sebuah pelajaran yang aku yakin akan sangat berguna untuk menumbuhkan kembali diriku menjadi seorang pemimpin yang berkarakter. Sebuah pelajaran yang akan menjadikanku seorang pribadi dan pemimpin yang lebih baik dan lebih baik di masa depan. Sebuah pelajaran yang sungguh-sungguh berharga dalam membentuk karakterku.

Finally, I would say thanks to all people who have support me while Pekan Kampus 2009 still going on and after Pekan Kampus 2009 have done. Without you all I can do nothing. My very special thanks to Suhendro for becoming my partner in strategical thinking, to Aileen and Aretta for becoming my balancer, so that I not only care about jobs that I and my people do but also but also about their feeling. Thanks also for all people who have join with me on Pekan Kampus 2009. Love you all !

Monday 10 May 2010

PELAJARAN #2 DARI PEKAN KAMPUS 2009: LOVING OTHERS

Pelajaran kedua dari Pekan Kampus 2009 yang juga sungguh berharga, tidak kalah berharganya dibanding pelajaran pertama tentang mendelegasikan tugas. Pelajaran tentang mencintai orang lain.

Akhir-akhir ini aku sadar bahwa di satu sisi kepribadian bawaanku yaitu koleris sangat membantuku dalam melakukan setiap pekerjaan atau tanggung jawab yang aku pegang atau jalani dengan sangat baik dan menjadikanku orang yang tidak menggantungkan nasib pada orang lain melainkan hanya pada kerja keras yang aku lakukan. Namun di sisi lain ternyata kepribadian tersebut juga membawa masalah tersendiri bagiku, yaitu seringkali karena kemampuan bawaan yang besar yang ada dalam diriku, aku seringkali menjadi egois serta kurang peduli pada orang lain. Hal ini baru aku sadari setelah aku membaca sekilas sebuah buku yang membahas mengenai empat kepribadian manusia. Buku tersebut menyadarkanku akan hal ini. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa setiap kepribadian memiliki sisi baik dan sisi buruk, termasuk kepribadian koleris.

Ciri-ciri kepribadian ini adalah orang yang selalu optimis, bergairah, diberi kemampuan memimpin sejak dari lahir, tidak suka bergantung pada orang lain, suka melakukan pekerjaan yang menantang, dan beberapa sisi positif atau baik lainnya. Namun selain dari sisi baik atau positif tersebut, orang koleris juga memiliki kelemahan antara lain keras kepala, semaunya sendiri, suka memaksa orang lain mengikuti caranya, egois, kurang peduli dengan orang lain, dan beberapa hal lainnya. Setelah aku renungkan beberapa saat, aku sadar bahwa aku sebagai orang yang memiliki kepribadian koleris juga memiliki kelemahan tersebut. Aku terkadang cukup egois dan ingin memaksakan apa yang aku inginkan serta kurang dapat mencintai atau mengasihi orang-orangku.

Aku merasa beruntung aku memiliki beberapa orang yang akhirnya membantu menyadarkanku tentang salah satu kelemahanku tersebut. Aku merasa beruntung, bahwa ada orang yang dengan senyumnya yang ramah dan juga dengan muka imutnya itu yang membantu mengingatkanku akan kasih terhadap orang-orang yang ada dibawahku. Aku sampai sekarang masih terus belajar untuk pada saat tertentu ketika dibutuhkan untuk membatasi kepribadian kolerisku yang keras agar aku dapat mengasihi orang-orangku.

Sekian pelajaran singkat kedua yang aku dapatkan dari Pekan Kampus 2009. Semoga aku mampu untuk menyeimbangkan kepribadianku dengan orang lain dan aku dapat mulai belajar mengasihi mereka. Semoga aku juga dapat benar-benar peduli pada mereka, tidak hanya peduli pada pekerjaan mereka yang mereka lakukan bagiku. Aku tahu hal ini cukup susah bagiku, namun aku akan belajar agar tahu saat yang tepat untuk marah kepada mereka dan juga saat yang tepat untuk dapat memberikan senyum yang indah serta mengasihi mereka. Semoga bisa ! Semoga pelajaran ini juga berguna, tidak hanya bagiku, tapi juga bagi kalian semua yang membacanya. Thanks !

MENGGUNAKAN RASA TIDAK PUAS DENGAN TEPAT

Rasa tidak puas dalam kadar tertentu itu boleh dan bahkan mungkin harus ada. Rasa tersebut harus ada agar kita tidak terus-menerus berada di zona nyaman kita dan akhirnya membuat kita berhenti berkembang. Rasa tidak puas harus kita manfaatkan dengan cara-cara yang tepat untuk memicu kegelisahan dalam diri kita jika kita hanya menjadi individu yang biasa-biasa saja. Kita harus manfaatkan rasa tidak puas untuk meraih sesuatu yang lebih lagi dalam hidup kita.

Hal ini yang baru-baru saja aku sadari. Aku baru saja menyadari bahwa dalam kadar tertentu rasa tidak puas itu diperbolehkan untuk membantu kita melejitkan potensi diri kita serta untuk melejitkan kinerja kita ke tingkat yang tertinggi. Kini, setelah menemukan kesadaran ini, aku sedang berusaha untuk membuat diriku “gelisah” dalam kadar yang tepat. “Gelisah” jika diriku tidak meraih prestasi. “Gelisah” jika tidak menggunakan waktu secara efektif untuk hal-hal yang mendekatkan kepada impian-impian kita. “Gelisah” jika tidak menghasilkan kinerja sesuai hasil maksimal yang dapat atau mampu diraih.

Jadi, kita semua harus belajar untuk dapat merasa gelisah jangan tenang terus-menerus, sebab dengan merasa gelisah berarti paling tidak kita sadar ada sesuatu yang kurang baik dalam keseharian kita yang masih dapat kita perbaiki. Dengan merasa gelisah pula, kita akan terus terdorong untuk mencari tahu kekurangan-kekurangan apa yang mungkin masih ada dan dapat kita benahi untuk menjadikan diri kita pribadi yang lebih unggul dan lebih baik. Ya, kita perlu merasa gelisah jika kita hanya jadi pribadi yang biasa-biasa saja. Kita perlu gelisah jika dalam seumur hidup kita sampai sekarang kita belum menghasilkan suatu karya yang hebat untuk menolong orang lain dan untuk membuat nama kita tercantum dalam sejarah kehidupan orang-orang disekitar kita sebagai seseorang yang telah membantu mereka untuk memiliki kehidupan lebih baik. Kita harus gelisah jika hanya menjadi biasa-biasa saja. Harus !

MENGAPA BELAJAR NETWORKING MELALUI CCNA ?

Tulisan ini ditujukan bukan untuk promosi atau tujuan lain apapun, melainkan hanya sebagai hasil renungan pribadi yang aku sadari kemarin. Awalnya aku mengikuti training networking melalui CCNA hanyalah untuk tujuan memperoleh ilmu dan untuk meraih suatu gengsi yang berbeda. Tapi, sebenarnya aku sendiri kurang mengerti, mengapa tiba-tiba saja aku lebih memilih mengikuti training networking padahal di kampus ada beberapa training lain yang berhubungan dengan teknologi informasi dan komputer yang dapat aku pilih untuk ikuti, seperti training untuk MCSE, MCP, dan sejenisnya dari Microsoft atau training OCA dari Oracle.

Mungkin ini sudah jalan yang Tuhan arahkan buatku. Namun, kemarin secara tiba-tiba aku mendapatkan sebuah pencerahan mengenai manfaat lain dari mengikuti training networking melalui CCNA selain kedua manfaat untuk memperoleh ilmu dan gengsi yang akan meningkat karena diakui secara internasional oleh perusahaan pembuat hardware jaringan yang paling banyak dipakai serta paling baik di dunia, yaitu untuk membuka jalan menuju kesuksesan. Semenjak satu tahun terakhir, aku banyak mendapat pengetahuan baru mengenai cara-cara atau jalan untuk menuju kesuksesan. Ada dengan cara menjadi agen asuransi (ini yang sempat aku jalani selama beberapa bulan), ada jalan melalui menjadi trader saham atau indeks, ada melalui berjualan produk-produk tertentu. Ya, memang semua jalan tersebut menawarkan bagi setiap orang untuk meraih kesuksesan baik secara finansial maupun sukses untuk membantu orang lain hidup lebih baik atau lebih sehat. Semua cara tersebut tidak ada yang salah.

Namun, kemarin saat secara tidak sengaja aku memperhatikan halaman web Cisco di bagian khusus untuk training networking, aku menemukan suatu kalimat yang cukup membuka mata serta pikiranku. Kalimat tersebut berbunyi “opening doors to new opportunities”. Ya, ternyata setiap cara atau setiap jalan yang orang-orang lain tawarkan sebenarnya adalah sebuah jalan yang dapat kita pakai atau gunakan untuk meraih kesuksesan dalam hidup ini dan kita harus mau membuka pintu hati serta mata kita lebar-lebar untuk setiap peluang meraih kesuksesan tersebut.

Jadi, kini aku menemukan satu jawaban lain selain kedua jawaban yang telah aku sebutkan diatas sebagai alasan aku mengikuti training networking melalui CCNA, yaitu karena dengan mengikuti training networking melalui CCNA aku sudah membuka peluang baru bagi diriku untuk menapaki jenjang karir yang lebih berkesinambungan serta membuka peluang yang lebih besar bagiku untuk meraih kesuksesan dalam hidup. Ya, kini aku telah menemukan suatu alasan baru yang cukup atau bahkan sangat kuat mengapa aku bersusah payah “memaksa” kedua orang tuaku mengeluarkan uang tambahan yang jumlahnya tidak sedikit sebagai biaya mengikuti training serta mengapa aku mesti bersusah payah belajar setiap harinya guna menyelesaikan training ini. Satu alasan tambahan tersebut adalah karena aku melihat sebuah peluang atau sebuah jalan yang dapat membantuku untuk meraih sukses secara finansial dalam hidup melalui training networking yang sudah diakui diseluruh dunia ini. Kini, aku juga akan terus mengingatkan diriku sendiri bahwa aku harus dan harus sukses secara finansial atau kaya, sebab melalui hal tersebut rencana Tuhan untuk mendatangkan damai sejahtera bagiku dan bagi umat-Nya yang lain dapat terwujud. Keep on struggle to becoming success and rich person !

KumpulBlogger