Tuesday 9 February 2010

SEMANGAT KERJA KERAS

Semangat untuk bekerja keras memang agak hilang dalam diriku. Kini aku sedang memotivasi diriku sendiri besar-besaran agar aku dapat menjadi orang yang paling bersemangat kembali. Aku sadar bahwa memang aku belum stabil secara mental dan semangat. Aku masih perlu banyak belajar dan melatih diriku sendiri agar dapat menjadi seseorang yang stabil secara mental dan kepribadian.

Aku masih perlu melatih diri sendiri agar menjadi pribadi yang lebih tangguh secara mental. Aku harus mengingatkan diriku sendiri bahwa mental yang tangguh itu diperlukan dalam dunia kerja, sebab dunia kerja penuh dengan tantangan-tantangan yang lebih berat daripada di dunia perkuliahan. Aku perlu melatih diriku lebih dan lebih lagi agar memiliki semangat untuk bekerja keras yang lebih tinggi. Aku harus menata agar semangatku tidak naik turun seperti roller coaster. Aku sadar bahwa aku belum menjadi yang sepenuhnya stabil secara mental, namun aku juga tidak akan terus-terusan mencecar diriku sendiri, sebab hal itu justru akan semakin memperburuk mentalku sendiri.

Ternyata masih banyak juga hal yang harus dibenahi dalam diriku. Aku sendiri sudah menargetkan untuk menjadikan liburan ini sebagai sebuah kesempatan untuk membenahi diriku. Aku akan gunakan kesempatan ini untuk membenahi semua aspek diriku, mulai dari sikap, semangat, karakter, kepribadian, mental pekerja keras, stamina, kesehatan, dan juga yang tidak kalah penting memperbaiki hubunganku dengan semua orang serta anggota timku. Aku masih harus menggembleng diriku sendiri dengan lebih keras agar diriku benar-benar menjadi seorang manusia Indonesia yang tangguh dan kuat. Aku harus belajar keras terhadap diriku sendiri agar kehidupan menjadi lunak kepada diriku, sebab jika tidak hal sebaliknya yang akan berlaku yaitu kehidupan akan menjadi kepadaku jika aku lunak kepada diriku sendiri. Waktunya untuk berbenah !

MERINDUKAN BEBAN KERJA YANG TEPAT

Kini memang menjelang akhir masa kuliahku, kesibukanku memang tidak sebanyak dahulu. Sudah tidak ada mata kuliah lagi yang aku ambil dan sudah tidak ada pula kegiatan organisasi yang aku ikuti. Oleh karena itu, aku mencoba mencari kesibukan diluar dengan mencoba mencari beberapa pekerjaan yang bisa dikerjakan sambil berusaha untuk menyelesaikan tugas akhirku.

Pada masa-masa ini, aku merindukan kembali kesibukan yang dulu hampir selalu mengisi hari-hariku. Sangat sering ketika aku membaca koran atau cerita orang-orang yang sudah bekerja dan memiliki kesibukan, ingin rasanya seperti mereka. Ingin rasanya memiliki suatu kesibukan yang bisa aku kerjakan, sehingga aku benar-benar dapat memanfaatkan waktu-waktu yang ada dalam hidupku sehari-hari dengan maksimal. Benar-benar aku ingin merasakan kesibukan yang sama dengan yang orang-orang sukses lakukan. Kadang aku terkagum-kagum sama beberapa orang, seperti Dahlan Iskan misalnya. Dia adalah orang yang sibuk, tetapi masih sempat mengurusi beberapa hal lagi disela-sela kesibukannya. Dia adalah CEO dari Jawa Pos dan Jawa Pos Group, namun begitu, dia masih menerima juga pekerjaan baru sebagai seorang direktur PLN. Sungguh, cukup sering aku terkagum-kagum pada dia. Sungguh orang yang benar-benar gila kerja dan mencintai apa yang dikerjakannya.

Selain sebagai seorang CEO dan direktur, dia juga masih menyempatkan menulis di koran yang dia pimpin. Selain menulis di koran, dia juga telah menerbitkan beberapa buku termasuk buku yang menceritakan perjalanan dia selama proses penyembuhan diri dari penyakit kanker hati. Benar-benar orang yang punya semangat yang hebat dan sangat dahsyat. Sungguh, benar-benar orang yang gila kerja. Pernah suatu saat pula aku mendengar kesaksian dia di sebuah radio bisnis, dia bercerita bahwa dia bisa sukses mungkin saja karena Tuhan kasihan melihat yang setiap hari harus begadang karena bekerja keras untuk memajukan Jawa Pos. Sungguh cerita yang menginspirasiku.

Kini, setelah menyaksikan kesibukan orang-orang sukses tersebut dan merenungkannya sejenak, akhirnya aku menemukan sebuah kesimpulan yang sangat berharga yaitu orang-orang akan benar-benar efektif memanfaatkan setiap waktu yang ada dalam hidupnya setiap hari ketika dia diberi beban kerja yang tepat. Aku benar-benar meyakini hal itu, sebab ketika aku mengingat kembali sejarah hidupku, aku meraih hasil yang paling maksimal dalam setiap hal yang aku kerjakan justru ketika hampir-hampir aku tidak punya untuk mengerjakannya. Aku sungguh-sungguh menjadi individu yang berprestasi dan meraih hasil kerja yang maksimal ketika aku memperoleh beban kerja dalam kadar tertentu yang tepat. Kini, aku sedang berusaha mengembalikan kinerja terbaikku dengan cara mencoba menyibukkan diriku sendiri dengan beberapa kegiatan yang dapat aku temukan. Aku tidak ingin diriku terlalu menganggur, sebab ternyata hal itu membuat diriku menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak terlalu penting dan berguna. Aku ingin kembali menemukan beban kerja yang tepat itu, sehingga aku bisa kembali menjadi pribadi yang maksimal. Harus segera dan dengan demikian aku bisa segera memaksimalkan diriku kembali !

MENJADI PEMIMPIN: KEMAMPUAN TEKNIS SAJA TIDAK CUKUP

Sebuah kesadaran yang baru kuperoleh hari ini. Sebelum hari ini, aku beranggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin hanya dibutuhkan kemampuan teknis saja. Namun setelah aku menjalani tugas kepemimpinanku, aku baru benar-benar sadar bahwa ternyata kemampuan teknis saja tidak cukup. Untuk dapat menjadi seorang pemimpin yang baik masih dibutuhkan beberapa kemampuan lain lagi.

Beberapa kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, diantaranya kemampuan manajemen, kemampuan interpersonal, dan kemampuan untuk membuat suatu keputusan. Setiap kemampuan diatas memiliki perannya sendiri-sendiri untuk seseorang menjadi pemimpin yang baik. Kemampuan manajemen misalnya dibutuhkan oleh seorang pemimpin untuk mengatur orang-orang yang dipimpinnya, membagi-bagi tugas dalam tim atau organisasi yang dipimpinnya, menentukan deadline atau batas waktu kapan suatu pekerjaan atau tugas harus diselesaikan, dan menentukan orang-orang yang akan menjadi pemimpin tim-tim kecil dalam organisasi yang dipimpinnya. Kemampuan interpersonal diperlukan untuk dapat memahami setiap sifat atau karakter dari orang-orang yang dipimpinnya. Tugas untuk memahami sifat atau karakter seseorang ini susah-susah gampang, sebab sifat atau karakter seseorang tidaklah sama. Ada orang yang bisa dikerasi, tapi ada juga orang yang tidak bisa dikerasi. Ada orang yang memiliki inisiatif untuk bergerak sendiri, tapi ada juga orang yang baru bergerak ketika diperintah atau diberitahu. Kemampuan terakhir yang juga penting dan bahkan bisa dibilang paling penting adalah kemampuan untuk membuat keputusan. Kemampuan ini penting dan harus dimiliki oleh setiap pemimpin, sebab tugas utama dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan. Keputusan yang dibuat oleh seorang pemimpinlah yang menentukan kualitas kepemimpinan seseorang. Oleh karena itu dalam membuat keputusan seorang pemimpin tidak bisa sembarangan, dia harus berpikir dahulu dengan matang sebelum membuat sebuah keputusan.

Dari pengalaman selama menjalani tugas kepemimpinanku, kemampuan yang paling kurang dalam diriku adalah kemampuan interpersonal. Aku sadar bahwa aku masih kurang memahami secara mendalam sifat atau karakter dari semua orang yang kupimpin. Oleh karena itu aku perlu belajar mendengar lebih banyak lagi setiap isi hati dan pikiran mereka agar aku dapat mengenal dengan lebih baik setiap sifat atau karakter mereka. Aku masih akan terus belajar dan mengasah kemampuan interpersonalku. Aku akan terus mengasahnya sehingga kemampuan interpersonalku dapat menjadi lebih baik dan semakin baik.

Begitulah sekilas pengalaman yang kuperoleh dari tugas kepemimpinan yang kujalani selama ini. Aku membuat komitmen pribadi dalam diriku sendiri untuk tetap dan terus belajar. Keep on learn !

KETIKA PASSION YANG MENJADI PERSOALAN

Selama sekitar 1 minggu terakhir, aku menyadari satu hal yang sangat berharga, yaitu PASSION atau dalam Bahasa Indonesia berarti gairah. Aku temukan kesadaran yang berharga ini ketika berpikir masalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang. Awalnya aku sempat heran, kenapa ada orang-orang yang dengan hebat bisa berprestasi dalam suatu bidang tertentu sementara yang lain hanya biasa-biasa saja. Kini, aku menjadi sadar akan satu hal yang bisa menjadi latar belakangnya, yaitu gairah atau passion.

Benar, passion atau gairah atau bisa dibilang juga kecintaan terhadap apa yang kita kerjakan bisa mempengaruhi seberapa maksimal kita dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Semakin kita mencintai apa yang kita kerjakan, akan semakin maksimal pula kita memberikan semua yang ada dalam diri kita untuk hasil yang terbaik pada pekerjaan tersebut. Sudah sangat banyak contoh atas pentingnya passion atau kecintaan dalam mengerjakan sesuatu. Bill Gates bisa menjadi kaya raya seperti sekarang bermula dari kecintaannya yang sangat besar pada bidang komputer, khususnya pemrograman. Steve Jobs bisa bangkit kembali setelah dipecat dari perusahaan yang dia dirikan dan mendirikan perusahaan yang lain lagi adalah karena kecintaannya yang sangat besar pada bidang teknologi.

Larry Page dan Sergey Brin bisa membangun Google yang awalnya hanyalah sebuah proyek penelitian S3 mereka menjadi sebuah perusahaan nomor satu dalam dunia internet juga karena kecintaan mereka yang sangat besar pada bidang komputer dan penelitian. Mereka berdua bahkan rela bekerja keras sampai kehabisan tenaga, hanya demi melihat buah karya penelitian mereka menjadi sebuah program yang nyata dan berdaya guna. Sungguh gairah yang besar dalam diri merekalah yang membuat mereka mampu bertahan seperti itu.

Saya yakin juga gairah yang sama terhadap suatu bidang yang dicintai yang dapat membuat orang-orang menjadi sangat sukses pada suatu bidang tertentu, sementara yang lain hanya menjadi biasa-biasa saja. Saya menjadi semakin yakin bahwa mereka yang biasa-biasa saja tersebut hanyalah orang yang kurang memiliki gairah atau kecintaan pada apa yang mereka kerjakan, saya yakin mereka semua punya kemampuan yang hebat dalam dirinya masing-masing, hanya saja mereka mungkin tidak memiliki passion di bidang itu sehingga mereka tidak maksimal. Andai saja mereka mau mencoba mencintai bidang tersebut atau mereka ditempatkan pada bidang yang menjadi passion terbesar mereka saya yakin mereka akan lebih maksimal dan sangat jauh lebih mudah untuk meraih sukses yang terbesar. Sekian !

ORANG-ORANG HEBAT DIBENTUK DENGAN CARA-CARA YANG TIDAK BIASA

Selama beberapa waktu di tahun 2009 lalu, kiprah dari Densus (Detasemen Khusus) 88 Mabes Polri cukup menjadi perhatian masyarakat Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya. Kiprah detasemen yang dibentuk khusus untuk menangani terorisme di Indonesia ini juga menarik perhatianku. Yang menjadi sumber perhatian paling utamaku bukanlah kiprah mereka dalam memberantas terorisme, namun bagaimana mereka dilatih dan dibentuk sehingga mereka bisa menjadi suatu detasemen khusus di markas besar kepolisian Republik Indonesia.

Aku sempat sampaikan juga kepada beberapa orang “anak buahku” di panitia Pekan Kampus 2009 melalui sms yang berisi kata-kata motivasi yang mengandung kata Densus. Kurang lebih aku bilang kepada mereka bahwa orang-orang hebat, seperti para anggota Densus 88, itu dibentuk dan dilatih dengan cara-cara yang hebat pula dan tidak biasa. Suatu pembentukan yang tidak akan pernah diterima oleh orang-orang biasa. Aku percaya waktu itu dan semakin percaya kini, bahwa orang-orang dibentuk sesuai dengan tugas atau tanggung jawab yang akan diberikan kepadanya.

Berbicara mengenai pembentukkan ini, aku jadi teringat masa-masa awal aku menjadi panitia Pekan Kampus. Aku ingat betul waktu itu aku diingatkan oleh ketua panitia saat itu mengenai satu hal yang kurang tepat dalam cara mengerjakannya. Aku coba renungkan sebentar dan aku menyadari bahwa apa yang dikatakannya itu benar dan aku segera menurutinya. Pada masa-masa awal itu pula, aku diingatkan oleh koordinator acara tahun itu yang ternyata akan menjadi ketua panitia tahun berikutnya tentang apa yang menjadi tujuan atau motivasi sebagai panitia Pekan Kampus.

Kini, setelah aku melalui semua masa-masa tidak enak itu, aku merasakan benar manfaat besar dari semua pembentukan itu. Masa-masa yang aku akui benar-benar tidak enak tersebut. Pada awal aku diterima sebagai panitia Pekan Kampus, yaitu di Pekan Kampus 2006, aku ingat betul waktu itu aku yang ditempatkan di sie perlengkapan harus selalu pulang akhir dan datang paling pagi dibandingkan seluruh panitia yang lain. Setiap selesai acara harian Pekan Kampus, kami semua diharuskan untuk mengepel auditorium yang akan dipakai kembali untuk acara hari selanjutnya. Aku sempat bertanya-tanya pada diriku sendiri, mengepel, apa tidak salah ini ? Aku yang dirumah tidak pernah disuruh mengepel masa di kepanitiaan ini aku disuruh mengepel. Namun karena semua partnerku yang lain melakukannya, aku pun memutuskan untuk melakukannya, meskipun awalnya dengan malu-malu. Namun di hari-hari berikutnya itu sudah menjadi pekerjaan yang biasa bagiku dan aku percaya bahwa suatu saat aku akan naik tingkat, aku yakin bahwa tidak selamanya aku harus mengepel seperti ini. Aku hanya berusaha melakukan semua yang terbaik yang aku bisa, tanpa pernah terlalu banyak bertanya dan protes. Aku percaya bahwa apa yang para pemimpinku perintahkan untuk kerjakan adalah sesuatu yang baik (meskipun tidak selalu begitu, tergantung kepada bagaimana dan siapa pemimpinnya).

Waktu itu memang aku tidak memiliki kesadaran seperti ini, namun setelah aku berhasil menjadi ketua panitia Pekan Kampus, akhirnya aku menyadari makna semuanya itu, bahwa orang-orang yang akan menjadi hebat dibentuk dan dibebani dengan tanggung jawab yang tidak biasa dari orang lain. Aku sadar bahwa andaikan waktu itu aku berontak dan protes terhadap semua tugas-tugas baik yang sederhana yang telah diserahkan kepadaku, aku tidak akan pernah naik menjadi ketua panitia Pekan Kampus sampai kapan pun. Dan selamanya pula aku hanya akan jadi panitia biasa dan tidak pernah menduduki posisi yang lebih tinggi. Sungguh, kini aku bersyukur bahwa waktu itu aku bisa memiliki pola pikir yang seperti itu (yang waktu itu tidak aku sadari).

Di panitia Pekan Kampus 2009, aku dan kedua wakilku serta semua orang lain yang telah membantu memilih panitia, telah berjuang keras untuk memilih yang terbaik dari yang ada. Kita semua berhasil memilih mereka semua yang benar-benar TERHEBAT dari yang ada. Namun ada beberapa hal yang aku sayangkan dan juga salutkan dari mereka. Hal yang kusayangkan adalah ada diantara mereka yang diberi tugas tertentu mereka protes dan berkata bahwa mereka tidak cocok ditempatkan untuk tugas tersebut. Ada diantara mereka yang bilang bahwa dia bukanlah tipe pemikir tapi tipe pekerja dan dia mempertanyakan keputusanku untuk menaruh dia disana. Waktu itu aku hanya berkata pada dia bahwa aku juga bukan tipe pemiki, aku tipe pekerja, tapi ketika aku diharuskan untuk menjadi pemikir aku tetap akan terima tanggung jawab itu dan lakukan. Aku agak menyayangkan ketika dia menanyakan keputusanku (meskipun sebenarnya itu juga tidak salah), tapi aku tempatkan dia disana karena aku sudah melihat sejak dari wawancara panitia bahwa dia mampu dan cocok ditempatkan di tugas tersebut. Aku tahu dia orang hebat dan punya kemampuan yang dahsyat, hanya sayang saja dia kurang maksimal. Aku berharap kedepan dia tidak terlalu banyak bertanya kenapa dia ditempatkan di suatu tugas tertentu, sebab aku yakin bahwa orang yang menempatkan dia disana sudah melihat atau menyesuaikan dengan kemampuan yang dia punyai yang mungkin dia sendiri tidak sadari. Aku hanya berharap dia mau lakukan yang terbaik di semua tugas yang diberikan kepadanya, tanpa pernah coba protes atau mengeluh. Sudah cukup lupakan hal itu. Sekarang aku akan ceritakan sedikit tentang apa yang aku salutkan dari mereka. Aku menemukan satu orang panitia yang kebetulan berada di satu sie dan juga menerima tugas yang sama dengan orang yang sebelumnya dan juga sama-sama merasa tidak seberapa suka dengan tugas itu dan dengan beberapa hal lainnya, orang yang di panitia Pekan Kampus 2008 kurang maksimal itu, kini telah berubah, dia mampu menunjukkan respon yang berbeda dan itulah yang membuat aku salut kepadanya. Dia benar-benar telah berubah ! Dia punya inisiatif untuk menerima suatu pekerjaan atau tanggung jawab yang lain yang meskipun masih ada hubungan dengan tugas yang diembannya di tim yang sama denganku, suatu tim yang mungkin tugasnya paling berat karena bertanggung jawab untuk mengatur seluruh panitia dan juga peserta. Dia menawarkan diri sendiri untuk mengerjakan untuk tugas tersebut bahkan sebelum aku sempat berpikir mengenai tugas itu dan siapa yang harus mengerjakannya. Sungguh benar-benar aku terkesima dan seandainya aku bukan ketua, mungkin aku ternganga-nganga melihat apa yang dia lakukan. Sungguh orang seperti dia layak untuk menjadi calon ketua berikutnya. Dia layak untuk naik tingkat di kepanitiaan berikutnya.

Maaf jika cerita ini agak ngelantur kemana-mana (meskipun sebenarnya juga masih ada sedikit hubungannya). Dari seluruh sejarah berorganisasiku di STTS-iSTTS, aku benar-benar merasakan bahwa panitia Pekan Kampus adalah organisasi terbaik yang pernah aku ikuti. Disana aku dan seluruh panitia yang lain ditempa dengan sangat keras serta dengan cara-cara yang tidak biasa. Kami harus pagi-pagi sekali setiap hari Sabtu bahkan saat sebagian karyawan masih tidur atau baru bangun. Saat menjelang pelaksanaan tugas kami semua semakin banyak dan bertambah berat, kami akan semakin intensif dalam rapat untuk mempersiapkan seluruh acara. Saat pelaksanaan adalah puncak dari segalanya. Sebuah puncak ketika semua yang sudah kami siapkan sebelumnya diuji. Sebuah puncak juga ketika kesabaran, daya tahan fisik, disiplin diri, emosi, dan seluruh aspek lain dari diri kita diuji. Sungguh sebuah pembentukkan paling dahsyat dan luar biasa selama aku kuliah. Pembentukkan yang hanya dapat ditandingi saat aku menjalani pendidikan dan pelatihan pecinta alam waktu SMU. Sebuah pembentukkan ketika seluruh aspek dalam diriku dibentuk, tidak hanya skill, tapi juga karakter dan disiplin diri. Sungguh sebuah pengalaman terbaik yang tidak akan pernah aku lupakan. Di kepanitiaan ini pula aku bertemu dengan orang-orang paling hebat dan berintegritas sepanjang umur hidupku di kuliah dan bahkan sepanjang umur hidupku sampai sekarang. Orang-orang paling luar biasa yang pernah aku jumpai. Mereka semualah yang membentuk aku menjadi seperti sekarang. Sungguh aku beruntung telah mengalami semua pembentukkan yang tidak enak itu. Aku beruntung karena itu semua yang telah turut membentukku menjadi individu yang tangguh dan tidak mudah menyerah. Jika ada kesempatan, ingin rasanya aku ditempa sekali lagi agar menjadi lebih hebat dan tangguh. Akhirnya aku benar-benar sadar bahwa orang-orang hebat dibentuk dengan cara-cara yang tidak biasa dan itulah yang jadikan mereka hebat dan berbeda. SEKIAN !

KumpulBlogger