Saturday 16 April 2011

Saya Tidak Akan Berhenti, Sebelum Saya Berhasil !

Saya sedang membaca sebuah buku yang begitu luar biasa, sama luar biasanya dengan seluruh bakat dan kemampuan yang telah dianugerahkan dalam hidup saya yang belum saya manfaatkan dengan maksimal. Buku tersebut berjudul, “Fight Like a Tiger Win Like a Champion”. Saat tulisan ini saya buat, saya sudah mencapai bagian terakhir dari buku tersebut dan tinggal beberapa halaman lagi saya akan menyelesaikannya. Saya membutuhkan waktu satu bulan lebih untuk menyelesaikan membaca buku tersebut, karena saya tidak rutin membacanya setiap hari.
Buku tersebut begitu indah dan luar biasa, karena buku tersebut membahas banyak hal yang menjadi ciri atau karakter seorang juara sejati. Karakter yang ternyata sudah ada dalam diri saya, namun telah begitu lama saya kubur dan biarkan memudar. Saya menyadari bahwa karakter serta mental seorang juara dalam diri saya memudar akhir-akhir ini. Atas kesadaran tersebut, maka saya putuskan untuk mulai membaca kembali buku-buku yang saya rasa perlu saya baca untuk membangun karakter seorang juara. Membangun mentalitas seorang pemenang atau juara yang sejati. Saya masih harus terus dan terus melatih serta memanfaatkan mental pemenang dan juara yang ada dalam diri saya, agar mentalitas tersebut dapat tertanam dalam sekali serta kembali menjadi ciri khas diri saya.

Tak Banyak Bicara !

“Sedikit bicara, banyak bekerja.” “Do more talk less.” Kita kemungkinan sering mendengar atau membaca kalimat tersebut. Beberapa hari ini saya cukup banyak mendengar dan membaca kalimat yang sejenis dengan kalimat tersebut. Saya terkadang merasa tertegur saat membaca atau mendengar kalimat tersebut. Saya merasa tertegur, sebab dalam beberapa kesempatan saya masih lebih banyak berbicara dibandingkan bekerja.
Tertegur oleh kalimat tersebut, saya hari seperti tersadar bahwa saya harus dan perlu mengingatkan diri saya sendiri untuk lebih banyak bekerja atau bertindak dibandingkan berbicara saja. Atau paling tidak banyaknya pembicaraan saya seimbang dengan banyaknya pekerjaan atau tindakan yang saya lakukan. Saya perlu melatih dan mengingatkan diri saya sendiri agar benar-benar, “sedikit bicara, banyak bekerja”, “do more talk less”, atau paling tidak seimbang dalam perbuatan dan ucapan.

MANAGING MY OWN LIFE MORE BETTER

Sekitar satu bulan terakhir, aku sedang belajar untuk mengatur kehidupan sendiri lebih baik dibandingkan sebelumnya. Aku yang dulu teratur, sempat menjadi berantakan, dan kini sedang berusaha untuk kembali ke kehidupan yang teratur. Kehidupan yang terjadwal setiap hari dengan sebuah jadwal yang ketat dan jelas.
Aku memutuskan untuk kembali memakai sistem lama yang terbukti berhasil ini setelah sebuah sistem baru yang bebas ternyata tidak berhasil membawaku menjadi pribadi yang lebih baik. Kini dengan mengusung sistem lama dengan ditambah sedikit modifikasi, besar harapanku dapat menjalani hidup dengan lebih teratur dan dengan tujuan yang jelas. Tujuan yang jelas ini aku butuhkan agar aku mengetahui dengan pasti kemana aku harus melangkah, sehingga aku tidak terombang-ambing dalam menjalani kehidupan.

Sunday 10 April 2011

Menantang Diri Sendiri

Setiap kita kemungkinan besar pernah mendengar atau membaca kalimat berikut, “musuh terbesar yang harus kita taklukkan adalah diri kita sendiri”. Dari hasil pengalaman pribadi saya sendiri, saya merasakan bahwa kalimat tersebut benar adanya. Musuh terbesar kita bukanlah lingkungan kita ataupun orang-orang yang ada di dalamnya. Musuh terbesar itu adalah diri kita sendiri.
Kita mungkin pernah beralasan bahwa jika lingkungan kita negatif, maka kita akan terpengaruh menjadi negatif, sebaliknya pula jika lingkungan kita positif, maka kita akan terpengaruh menjadi positif. Hal tersebut juga benar, bagaimanapun kondisi lingkungan sekitar kita akan mempengaruhi kita. Namun satu hal yang harus kita semua ketahui adalah bahwa kita memiliki sesuatu yang bernama ‘kehendak bebas’. Kita memiliki kehendak bebas untuk menentukan respons kita terhadap segala yang terjadi pada kita maupun terhadap segala sesuatu yang lingkungan kita coba berikan kepada kita. Kita bebas untuk memilih jenis sikap, emosi, ataupun tindakan kita.

Awalnya Saya Tidak Menyadarinya


Sejak dari saya masih kecil, sebenarnya saya sudah melakukannya, meskipun tidak terlalu sering. Mengajar, itulah yang maksudkan. Saya teringat bahwa ketika waktu kecil dahulu, saya pernah bermain peran sebagai guru untuk diri saya sendiri. Saya memiliki papan tulis kecil yang dibelikan oleh kedua orang tua saya sebagai sarana belajar. Papan tulis itu pula yang saya gunakan untuk berperan seolah-olah saya adalah guru yang sedang mengajar suatu mata pelajaran tertentu di dalam kelas.
Tanpa saya sadari ternyata aktivitas mengajar juga menjadi salah satu kesukaan saya. Aktivitas bercerita serta berbagi ilmu. Hari ini saya baru mulai menyadari serta benar-benar merasakan bahwa mengajar itu seru juga. Hal tersebut saya ketahui dan sadari setelah pengalaman beberapa kali mengajar komputer melalui suatu lembaga kursus yang dibangun oleh teman saya. Saya memang baru sempat mengajar dua orang sampai sejauh ini, tapi pengalaman singkat tersebut ternyata menyenangkan juga. Melalui aktivitas mengajar tersebut, saya memperoleh kesempatan untuk berbagi ilmu pengetahuan, memperoleh dorongan juga untuk terus belajar dan mengembangkan diri, serta tentu saja juga memperoleh uang dari hasil jerih payah saya.

Apa yang Terjadi pada Saya Selama lebih dari Satu Tahun Terakhir ?

Banyak, mungkin sangat banyak diantara kawan-kawan saya, keluarga saya, dan siapapun yang mengenal saya dengan sangat dekat, cukup dekat, atau sekedar mengenal saya bertanya-tanya dalam dirinya sendiri pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini. Mungkin banyak dari mereka yang bertanya mengapa saya yang dikenal sebagai pribadi yang selalu memberikan kinerja terbaik lebih daripada yang lain, sekarang menjadi pribadi yang jauh menurun kinerjanya. Ya, sendiri juga akhirnya sadar akan hal tersebut dan sedang berusaha serta berlatih sangat keras untuk kembali ke puncak. Berusaha dan berlatih keras untuk berada di tahapan top performers.
Setelah waktu terus berjalan selama satu tahun lebih akhirnya saya menyadari penyebab kemunduran saya. Sejak berhasil mewujudkan impian terbesar saya, memperoleh jabatan Ketua Panitia Pekan Kampus di tahun 2009 lalu, saya seolah merasa sudah meraih segalanya. Keberhasilan tersebut membuat saya lupa bahwa masih ada begitu banyak dan bahkan sangat banyak impian yang membutuhkan perjuangan terbaik saya untuk mewujudkannya. Ya, saya terlena atas keberhasilan kecil tersebut, sehingga saya terlupa untuk tetap belajar dan ‘bertarung’ untuk mewujudkan impian-impian saya lainnya. Euforia keberhasilan tersebut benar-benar membuat saya terlempar dari jalur saya menuju pencapaian impian.

KumpulBlogger