Beberapa tahun lalu, saya masih ingat dengan jelas buku karya Dan Brown ini mampu membuat heboh cukup banyak pihak, khususnya pihak gereja Katolik. Isi buku yang sedikit kontroversial menurut sebagian orang dikhawatirkan dapat membuat iman orang-orang Kristiani goyah, sebab buku tersebut menceritakan beberapa hal yang memang bertentangan dengan kitab suci. Kala itu, saya tidak begitu penasaran dan memang tidak tertarik untuk membaca buku kontroversial ini. Namun, beberapa minggu lalu, saya akhirnya memutuskan untuk mencari tahu mengapa buku tersebut mampu menimbulkan kontroversi dan berita yang begitu heboh di kalangan para pemuka agama Kristiani. Saya sendiri adalah pemeluk Kristiani dan saya percaya bahwa isi kitab suci agama saya adalah benar adanya, tidak seperti apa yang diceritakan dalam buku The Da Vinci Code. Namun tulisan saya kali ini tidak akan membahas pertentangan antara apa yang disampaikan oleh kitab suci dengan apa isi buku tersebut, saya membahas segi lain dari isi buku ini yang sanggup menarik perhatian saya untuk tetap bertahan dan menyelesaikan membacanya.
Setelah membaca beberapa halaman awal buku ini, saya sempat mengira bakal tidak ada yang terlalu istimewa dengan isi buku ini, tetapi saya salah. Saya mulai merasakan kedahsyatan cerita dalam buku ini sejak cerita mulai memasuki hal-hal yang melatarbelakangi kematian Jacques Sauniere seorang penjaga museum Louvre. Hal yang sangat menarik bagi saya adalah rangkaian kode demi kode yang diberikan oleh Sauniere untuk membantu menyingkapkan banyak hal yang berhubungan dengan pembunuh dirinya serta latar belakang mengapa pembunuhan tersebut dilakukan. Sebagai penggemar cerita atau bacaan yang memasukkan unsur pikiran atau kekuatan otak, saya sangat terkagum-kagum akan cara yang Brown gunakan untuk mengalirkan misteri demi misteri dalam bukunya. Teka-teki demi teka-teki yang disebarkan disepanjang isi buku sanggup membuat saya untuk tetap serta terus membacanya hingga tuntas. Rasa penasaran saya yang sangat tinggi akan kemampuan otak, misteri serta teka-teki, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, benar-benar terpuaskan dengan membaca buku ini. Kepuasan itu pula yang mendorong saya untuk mulai membaca buku Brown lainnya, Digital Fortress (Benteng Digital), meskipun saya belum menyelesaikan membaca buku ini.
Kini, setelah saya selesai membaca buku The Da Vinci Code, sepertinya saya akan secepat mungkin mulai membaca sedikit demi sedikit buku Digital Fortress. Saya menduga bahwa isi buku tersebut juga tidak akan kalah spektakuler dengan buku The Da Vinci Code. Saya menduga Brown akan sanggup menghadirkan teka-teki serta berbagai misteri lain yang sanggup memuaskan rasa ingin tahu orang-orang yang tergila-gila akan misteri dan ilmu pengetahuan, seperti saya.
Meskipun buku The Da Vinci Code telah menimbulkan kontroversi serta sejumlah besar tentangan dari pihak gereja hingga mengakibatkan diterbitkannya sejumlah besar buku, saya tetap menyukai jalan cerita buku ini, tanpa membuat keimanan saya secara pribadi goyah. Saya salut akan ketelitian serta kelengkapan yang Brown paparkan mengenai setiap tempat yang menjadi latar belakang cerita dalam bukunya. Imajinasi saya bahkan sanggup dibawa terbang untuk ikut membayangkan bentuk tempat yang diceritakan dalam buku. Sebuah buku yang benar-benar luar biasa yang saya rasa layak untuk dibaca dan diberi nilai 8. Bagi semua yang tertarik akan misteri serta teka-teki, saya sarankan untuk membaca buku ini.
No comments:
Post a Comment