Tuesday 9 August 2011

Jangan Hanya Berpikir (dan Tak Semua Hal Harus Dipikirkan)

Sekitar dua tahun yang lalu, saya pernah mengucapkan kalimat ini, “tidak semua hal harus dijawab atau ditanggapi”. Kalimat tersebut terinspirasi oleh sikap seseorang kawan atau rekan kerja saya dalam kehidupan organisasi di kampus. Rekan kerja yang kemudian juga akhirnya menjadi pimpinan (ketua) saya dalam suatu organisasi. Rekan satu ini masih saya ingat hingga sekarang, sebab secara tidak langsung dan tanpa saya terlalu sadari, dia telah membantu saya untuk menjadi individu lebih baik serta menyiapkan saya untuk menjadi penggantinya. Ketika saya akhirnya benar-benar berhasil menjadi penggantinya, saya menerapkan sebagian besar (baca: cukup banyak) pelajaran yang saya peroleh selama bekerja sama dengan rekan tersebut.
Itulah pengantar singkat untuk tulisan ini. Tulisan ini pada dasarnya akan berbicara mengenai pemikiran dan tindakan. Saya secara pribadi sering mendengar dari rekan-rekan saya maupun membaca dari buku-buku atau artikel, kalimat-kalimat berikut ini, “jangan hanya jadi tukang pikir”, “kita perlu berpikir, namun pikiran juga harus segera diikuti dengan tindakan”, “kita perlu tahu kapan saatnya berpikir dan kapan saatnya bertindak”, dan sejumlah kalimat yang sejenis. Saya memiliki kalimat saya sendiri, “tidak semua hal harus dipikirkan, kita perlu tahu apa yang penting untuk dipikirkan, dan apa yang tidak penting” serta “ada hal-hal yang memang perlu kita pikirkan, tetapi ada pula hal-hal yang memang diluar jangkauan berpikir kita, dan biarkan orang lain yang memikirkannya untuk kita”.
Saya beberapa hari ini tertegur oleh sejumlah kalimat yang saya tuliskan pada paragraf diatas. Saya merupakan orang dengan tipe pemikir sekaligus pekerja, namun saya tersadar bahwa akhir-akhir ini saya cenderung kearah pemikir dan kurang bekerja. Saya memikirkan teknik atau cara melakukan sesuatu, memikirkan teori atau pengetahuan tertentu, tetapi kurang dalam tindak lanjut untuk menerapkan teknik maupun pengetahuan tersebut menjadi sesuatu yang berwujud atau nyata. Namun, tiba-tiba, selama beberapa hari terakhir, saya seolah mendadak tertegur oleh kalimat-kalimat diatas. Saya seolah diingatkan kembali oleh beberapa ucapan yang pernah saya dengar dari rekan-rekan kerja saya dahulu sewaktu masih aktif berorganisasi ketika kuliah. Berpikir itu penting, tetapi kita juga perlu bertindak. Saya sendiri sudah mulai membiasakan diri untuk kembali menjadi orang dengan tipe pekerja (orang yang menindaklanjuti pemikirannya), bukan sekedar orang yang memikirkan suatu cara, tetapi tidak dapat membuktikan apa yang dipikirkannya ke dalam wujud nyata.
Kita harus akui, banyak dari kita kemungkinan besar juga seperti itu. Kita menyukai berpikir, bermimpi, serta membayangkan hal-hal yang indah, namun tidak banyak dari kita yang benar-benar menyukai melakukan tindakan demi tindakan yang menindaklanjuti impian atau pikiran kita. Kita semua suka berpikir dan bermimpi, namun tidak banyak diantara kita yang suka bertindak untuk mewujudkan impian atau gagasan yang melintas dalam pikiran kita. Kita dapat kuat dalam pikiran, tetapi masih sering lemah dalam tindakan. Oleh karena itu, mulai hari ini, mari kita semu belajar untuk menjadi manusia penindaklanjut, tidak hanya manusia pemikir. Mari kita belajar untuk dapat bekerja sambil berpikir, atau sebaliknya, dan untuk tahu hal atau persoalan yang perlu kita pikirkan serta tahu hal atau persoalan yang tidak perlu kita pikirkan dan biarkan orang lain memikirkannya.
Mari kita belajar untuk menjadi lebih bijak, untuk tidak hanya berpikir tetapi juga bertindak. Mari kita juga belajar menjadi lebih bijak, untuk mengetahui apa yang perlu kita pikirkan dan apa yang tidak perlu, sebab waktu kita terbatas dan sangat berharga untuk memikirkan hal-hal yang tidak penting. Kita akan sangat menyia-nyiakan kemampuan pikiran kita, jika kita hanya memanfaatkannya untuk berpikir hal-hal yang tidak penting. Sekian dan semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment

KumpulBlogger