Setelah beberapa hari kemarin tidak ada tulisan yang keluar dari pikiran sendiri, maka hari ini kembali menelurkan tulisan yang melintas dari pikiran sendiri. Sebenarnya ide untuk tulisan ini sudah ada sejak beberapa hari lalu, namun baru hari ini akhirnya terealisasi untuk dituliskan. Semoga bermanfaat.
Kalimat yang menjadi judul tulisan ini lengkapnya adalah, ‘Seorang pelajar juga harus profesional’. Kalimat tersebut diucapkan oleh Indayati Oetomo selaku Direktur Internasional dari lembaga pelatihan serta pengembangan kepribadian John Robert Powers Indonesia. Kalimat yang diucapkan di hadapan mahasiswa Universitas Ma Chung Malang ini seharusnya menjadi sebuah perhatian khusus bagi para pelajar.
Apa yang Indayati Oetomo ucapkan memang benar adanya. Jika kita mau teliti, sebenarnya setiap pelajar, apapun jenjang pendidikannya, sebenarnya juga merupakan seorang ‘pekerja’. Setiap pelajar sebenarnya merupakan ‘karyawan’ dari kedua orang tuanya, sebab jika mau kita perhatikan, memang setiap pelajar memperoleh ‘gaji’ dari kedua orang tua mereka. Kedua orang tua membayar mereka untuk belajar sebaik mungkin di setiap level atau jenjang pendidikan apapun yang mereka jalani saat ini. Selain membayar biaya pendidikan kita, kedua orang tua juga membayar kita dengan uang saku maupun uang makan yang kita terima dari mereka. Jadi dengan mengacu pada dua fakta sederhana diatas, harusnya kita semua sebagai pelajar sadar bahwa kita adalah seorang ‘karyawan’ atau ‘pegawai’ dari kedua orang tua. Kedua orang tua kita adalah ‘bos’ kita dan karena mereka adalah ‘bos’ kita yang memberi kita ‘gaji’ sehingga kita bisa memperoleh pendidikan serta uang saku maupun uang makan, maka kita juga memberikan hasil ‘kerja’ kita yang sebaik mungkin bagi mereka selaku ‘bos’ kita.
Analogi mengenai hubungan orang tua dengan anaknya selaku pelajar yang diasumsikan seperti hubungan ‘atasan’ dengan ‘karyawan’ memang dapat menjadi suatu analogi yang baik untuk menyadarkan para siswa bahwa mereka juga harus belajar dengan rajin, tekun, bekerja keras, semangat, disiplin, serta memiliki komitmen yang terbaik untuk memberikan hasil belajar yang terbaik yang mereka dapat untuk dapat memuaskan orang tua mereka selaku ‘atasan’. Jujur, saat saya membaca kalimat yang Indayati ucapkan, saya merasa tertuduh sekaligus kembali tersadarkan bahwa sebenarnya saya adalah ‘karyawan’ dari kedua orang tua saya. Karena saya seorang ‘karyawan’, maka saya harus bertanggung jawab untuk menyelesaikan semua pekerjaan atau tanggung jawab yang diberikan kepada saya, yaitu belajar dengan sebaik mungkin untuk memberikan hasil belajar yang juga sebaik mungkin.
Sungguh, saya sebagai pelajar di tingkat universitas yang sudah memasuki masa-masa akhir dan sempat menjalani kehidupan masa akhir menjadi mahasiswa ini dengan kurang produktif, merasa kembali disadarkan sekaligus ditegur dengan sangat keras oleh ucapan tersebut. Saya seolah diingatkan kembali mengenai bagaimana dari masa awal hingga menginjak tahun keempat kuliah saya begitu bekerja keras untuk meraih yang terbaik yang dapat saya raih untuk kepentingan saya sendiri. Ya kala kita sebagai pelajar melakukan tugas kita yaitu belajar sebaik mungkin serta memperoleh nilai-nilai atau hasil belajar yang sebaik mungkin, sebenarnya orang pertama yang paling diuntungkan adalah diri kita sendiri. Setelah diri kita baru kedua orang tua kita yang merasa bangga bahwa anaknya dapat berprestasi.
Kalimat yang diucapkan oleh Indayati tersebut bukan berarti untuk mengharuskan kita selalu memiliki nilai-nilai yang terbaik di kelas maupun nilai semester yang terbaik, tetapi lebih ditujukan bahwa kita juga harus mengkondisikan diri kita seperti seorang karyawan yang harus bekerja dengan rajin, tekun, semangat, disiplin, serta dengan penuh komitmen untuk berupaya menghasilkan sesuatu yang sebaik mungkin. Saya yakin, dia hanya berusaha mengingatkan para pelajar untuk tidak bermain-main dengan masa-masa atau kesempatan belajar yang dimilikinya. Saya yakin, Indayati ingin mendorong setiap pelajar untuk melakukan tugas serta tanggung jawabnya belajar dengan sebaik mungkin.
Secara pribadi saya menyesal karena sempat menyia-nyiakan 1,5 tahun terakhir masa kuliah tahap sarjana saya dengan terlalu santai, kurang rajin, kurang disiplin, kurang tekun, kurang fokus. Saya sungguh malu juga ketika saya sadar bahwa masih kurang profesional sebagai seorang pelajar. Saya kurang menghayati dengan penuh kesungguhan ‘pekerjaan’ saya sebagai pelajar. Namun saya juga sadar bahwa semua hal tersebut sudah berlalu dan saya tidak bisa mengubah masa lalu. Sekarang yang bisa saya dan kita semua yang pernah melakukan atau mengalami seperti yang lakukan adalah segera bangkit kembali serta menjadikan diri kita semua sebagai seorang pelajar yang profesional. Kita harus menjadikan diri kita kembali sebagai seorang pelajar yang benar-benar menyadari apa tugasnya sebagai seorang pelajar, yaitu untuk belajar dengan sebaik mungkin dan bukan hanya bisa bersenang-senang, main game, jalan-jalan atau shopping di mall, nonton film di bioskop, berkaraoke di tempat karaoke atau klub malam, hanya bisanya pacaran yang tidak jelas atau dengan cara yang tidak tepat. Sekian dan semoga bermanfaat bagi kita semua, khususnya para pelajar seperti saya yang sedang berusaha menjadi pelajar atau mahasiswa yang lebih baik dan lebih bertanggung jawab di masa-masa akhir studinya.
No comments:
Post a Comment