Saturday, 16 April 2011

Tak Banyak Bicara !

“Sedikit bicara, banyak bekerja.” “Do more talk less.” Kita kemungkinan sering mendengar atau membaca kalimat tersebut. Beberapa hari ini saya cukup banyak mendengar dan membaca kalimat yang sejenis dengan kalimat tersebut. Saya terkadang merasa tertegur saat membaca atau mendengar kalimat tersebut. Saya merasa tertegur, sebab dalam beberapa kesempatan saya masih lebih banyak berbicara dibandingkan bekerja.
Tertegur oleh kalimat tersebut, saya hari seperti tersadar bahwa saya harus dan perlu mengingatkan diri saya sendiri untuk lebih banyak bekerja atau bertindak dibandingkan berbicara saja. Atau paling tidak banyaknya pembicaraan saya seimbang dengan banyaknya pekerjaan atau tindakan yang saya lakukan. Saya perlu melatih dan mengingatkan diri saya sendiri agar benar-benar, “sedikit bicara, banyak bekerja”, “do more talk less”, atau paling tidak seimbang dalam perbuatan dan ucapan.

MANAGING MY OWN LIFE MORE BETTER

Sekitar satu bulan terakhir, aku sedang belajar untuk mengatur kehidupan sendiri lebih baik dibandingkan sebelumnya. Aku yang dulu teratur, sempat menjadi berantakan, dan kini sedang berusaha untuk kembali ke kehidupan yang teratur. Kehidupan yang terjadwal setiap hari dengan sebuah jadwal yang ketat dan jelas.
Aku memutuskan untuk kembali memakai sistem lama yang terbukti berhasil ini setelah sebuah sistem baru yang bebas ternyata tidak berhasil membawaku menjadi pribadi yang lebih baik. Kini dengan mengusung sistem lama dengan ditambah sedikit modifikasi, besar harapanku dapat menjalani hidup dengan lebih teratur dan dengan tujuan yang jelas. Tujuan yang jelas ini aku butuhkan agar aku mengetahui dengan pasti kemana aku harus melangkah, sehingga aku tidak terombang-ambing dalam menjalani kehidupan.

Sunday, 10 April 2011

Menantang Diri Sendiri

Setiap kita kemungkinan besar pernah mendengar atau membaca kalimat berikut, “musuh terbesar yang harus kita taklukkan adalah diri kita sendiri”. Dari hasil pengalaman pribadi saya sendiri, saya merasakan bahwa kalimat tersebut benar adanya. Musuh terbesar kita bukanlah lingkungan kita ataupun orang-orang yang ada di dalamnya. Musuh terbesar itu adalah diri kita sendiri.
Kita mungkin pernah beralasan bahwa jika lingkungan kita negatif, maka kita akan terpengaruh menjadi negatif, sebaliknya pula jika lingkungan kita positif, maka kita akan terpengaruh menjadi positif. Hal tersebut juga benar, bagaimanapun kondisi lingkungan sekitar kita akan mempengaruhi kita. Namun satu hal yang harus kita semua ketahui adalah bahwa kita memiliki sesuatu yang bernama ‘kehendak bebas’. Kita memiliki kehendak bebas untuk menentukan respons kita terhadap segala yang terjadi pada kita maupun terhadap segala sesuatu yang lingkungan kita coba berikan kepada kita. Kita bebas untuk memilih jenis sikap, emosi, ataupun tindakan kita.

Awalnya Saya Tidak Menyadarinya


Sejak dari saya masih kecil, sebenarnya saya sudah melakukannya, meskipun tidak terlalu sering. Mengajar, itulah yang maksudkan. Saya teringat bahwa ketika waktu kecil dahulu, saya pernah bermain peran sebagai guru untuk diri saya sendiri. Saya memiliki papan tulis kecil yang dibelikan oleh kedua orang tua saya sebagai sarana belajar. Papan tulis itu pula yang saya gunakan untuk berperan seolah-olah saya adalah guru yang sedang mengajar suatu mata pelajaran tertentu di dalam kelas.
Tanpa saya sadari ternyata aktivitas mengajar juga menjadi salah satu kesukaan saya. Aktivitas bercerita serta berbagi ilmu. Hari ini saya baru mulai menyadari serta benar-benar merasakan bahwa mengajar itu seru juga. Hal tersebut saya ketahui dan sadari setelah pengalaman beberapa kali mengajar komputer melalui suatu lembaga kursus yang dibangun oleh teman saya. Saya memang baru sempat mengajar dua orang sampai sejauh ini, tapi pengalaman singkat tersebut ternyata menyenangkan juga. Melalui aktivitas mengajar tersebut, saya memperoleh kesempatan untuk berbagi ilmu pengetahuan, memperoleh dorongan juga untuk terus belajar dan mengembangkan diri, serta tentu saja juga memperoleh uang dari hasil jerih payah saya.

Apa yang Terjadi pada Saya Selama lebih dari Satu Tahun Terakhir ?

Banyak, mungkin sangat banyak diantara kawan-kawan saya, keluarga saya, dan siapapun yang mengenal saya dengan sangat dekat, cukup dekat, atau sekedar mengenal saya bertanya-tanya dalam dirinya sendiri pertanyaan yang menjadi judul tulisan ini. Mungkin banyak dari mereka yang bertanya mengapa saya yang dikenal sebagai pribadi yang selalu memberikan kinerja terbaik lebih daripada yang lain, sekarang menjadi pribadi yang jauh menurun kinerjanya. Ya, sendiri juga akhirnya sadar akan hal tersebut dan sedang berusaha serta berlatih sangat keras untuk kembali ke puncak. Berusaha dan berlatih keras untuk berada di tahapan top performers.
Setelah waktu terus berjalan selama satu tahun lebih akhirnya saya menyadari penyebab kemunduran saya. Sejak berhasil mewujudkan impian terbesar saya, memperoleh jabatan Ketua Panitia Pekan Kampus di tahun 2009 lalu, saya seolah merasa sudah meraih segalanya. Keberhasilan tersebut membuat saya lupa bahwa masih ada begitu banyak dan bahkan sangat banyak impian yang membutuhkan perjuangan terbaik saya untuk mewujudkannya. Ya, saya terlena atas keberhasilan kecil tersebut, sehingga saya terlupa untuk tetap belajar dan ‘bertarung’ untuk mewujudkan impian-impian saya lainnya. Euforia keberhasilan tersebut benar-benar membuat saya terlempar dari jalur saya menuju pencapaian impian.

Friday, 25 March 2011

Bukan Tidak Sempat

Salah satu yang kemungkinan besar sering menjadi alasan mengapa kita tidak mengerjakan sesuatu atau mengerjakan sesuatu dengan hasil yang kurang maksimal adalah tidak sempat. Mungkin saja bagi sebagian orang yang memang benar-benar sibuk, hal itu benar adanya. Namun setelah melakukan penelusuran terhadap kehidupan saya sendiri, saya akhirnya menyadari bahwa seringkali alasan yang lebih tepat bukanlah tidak sempat, melainkan tidak menyempatkan diri. Kita bukan tidak sempat, melainkan tidak menyediakan waktu untuk menyempatkan diri untuk mengerjakan segala pekerjaan atau tanggung jawab kita.
Menyadari hal tersebut, akhirnya saya mulai belajar dan mencoba mengatur kembali diri saya serta waktu yang saya miliki untuk menyempatkan diri mengerjakan pekerjaan serta tanggung jawab yang masih tertunda penyelesaiannya hingga saat ini. Saya mulai berusaha untuk menyingkirkan satu per satu aktivitas atau kegiatan yang kurang penting untuk pencapaian impian atau tujuan saya. Saya mulai belajar untuk mengurangi sebanyak mungkin waktu yang saya gunakan untuk kegiatan-kegiatan yang kurang penting tersebut dan mencoba mengalokasikannya untuk kegiatan yang lebih penting, kegiatan yang lebih memberikan hasil atau kegiatan yang lebih mendekatkan diri saya kepada pencapaian seluruh impian serta cita-cita saya.

Manfaat Kuliah

Ilustrasi: Kuliah
Sekitar enam tahun yang lalu, saat saya berada di tingkat akhir masa pendidikan SMU, saya mulai berpikir mengenai jurusan kuliah yang akan saya tempuh di jenjang pendidikan tinggi. Saat itu begitu banyak pilihan yang saya miliki, antara lain jurusan komputer, jurusan bahasa, jurusan ekonomi, jurusan hubungan internasional, dan jurusan teknik industri. Banyaknya pilihan sempat membuat saya bingung. Pilihan-pilihan tersebut muncul karena pada dasarnya saya memiliki ketertarikan pada bidang-bidang tersebut.
Namun setelah memilah-milah dengan berdasarkan beberapa pertimbangan seperti minat terbesar saya dan juga prospek jurusan tersebut untuk memberikan pekerjaan dengan gaji yang besar di masa depan, akhirnya saya memutuskan untuk memilih jurusan komputer atau tepatnya jurusan Teknik Informatika. Satu masalah terselesaikan, tetapi persoalan tidak beres sampai disitu, ada satu masalah berikutnya yang datang menghampiri. Persoalan tersebut adalah menentukan universitas atau kampus yang akan saya gunakan untuk menempuh pendidikan di jurusan yang sudah saya tentukan tersebut. Saya memiliki tiga pilihan universitas, yaitu Universitas Surabaya (UBAYA), Sekolah Tinggi Teknik Surabaya (STTS), dan Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM).

Saturday, 19 March 2011

Definisi Sukses Terbaik Yang Pernah Saya Ketahui

Sukses, saya yakin setiap orang ingin meraihnya. Sukses pula yang akhir-akhir ini sering topik dalam seminar-seminar motivasi atau pengembangan diri. Pada umumnya, orang mendefinisikan atau menghubungkan sukses dengan keberhasilan memperoleh kekayaan, keberhasilan meraih suatu prestasi tertentu, keberhasilan mewujudkan impian, keberhasilan memperoleh suatu jabatan atau posisi puncak, dan sejenisnya. Namun, beberapa bulan yang lalu saya menemukan sebuah definisi terbaik mengenai sukses. Definisi diucapkan oleh salah seorang pelatih kepemimpinan terbaik dunia asal Amerika Serikat, Dr. John C. Maxwell. Dia memberikan sebuah definisi yang unik mengenai sukses, “first of all, success is knowing our purpose in life”.

KumpulBlogger